Home / Artikel / Rasa Malu Bagian Dari Keimanan

Rasa Malu Bagian Dari Keimanan

? Dari Abu hurairah radhiyallahu anhu, Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda :

َاْلإِيْمَانُ بِضْعٌ وَسَبْعُوْنَ أَوْ بِضْعٌ وَسِتُّوْنَ شُعْبَةً، فَأَفْضَلُهَا قَوْلُ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ، وَأَدْنَاهَا إِمَاطَةُ اْلأَذَى عَنِ الطَّرِيْقِ، وَالْحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنَ َاْلإِيْمَانُ.

“Iman memiliki lebih dari tujuh puluh atau enam puluh cabang. Cabang yang paling tinggi adalah perkataan ‘La ilaha illallah,’ dan yang paling rendah adalah menyingkirkan duri (gangguan) dari jalan. Dan malu adalah salah satu cabang Iman.” (Shahih: HR. Bukhori dalam al-Adabul Mufrad 598, Muslim 35, Abu Dawud 4676, an-Nasa-i VIII/110 dan Ibnu Majah 57, Lihat Shahihul Jami’ ash-Shaghir 2800)

? Dari Ibnu Umar Beliau berkata :

Ada salah seorang Shahabat Radhiyallahu anhu yang mengecam saudaranya dalam masalah malu dan ia berkata kepadanya, “Sungguh, malu telah merugikanmu.” Kemudian Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda :

دَعْهُ ، فَإِنَّ الْـحَيَاءَ مِنَ الإيْمَـانِ

“Biarkan dia, karena malu termasuk iman.” (Shahih: HR. Bukhari 24, 6118, Muslim 36, Ahmad II/9, Abu Dawud 4795, at-Tirmidzi 2516, an-Nasa-i VIII/121, Ibnu Majah 58, dan Ibnu Hibban 610)

? Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda :

اَلْـحَيَاءُ وَ اْلإِيْمَانُ قُرِنَا جَمِـيْعًا ، فَإِذَا رُفِعَ أَحَدُهُمَا رُفِعَ اْلاَ خَرُ.

“Malu dan iman senantiasa bersama. Apabila salah satunya dicabut, maka hilanglah yang lainnya.” (Shahih: HR. al-Hakim I/22, ath-Thabrani dalam al-Mu’jamush Shaghir I/223, al-Mundziri dalam at-Targhib wat Tarhib 3827, Abu Nu’aim dalam Hilyatul Auliya’ IV/328, 5741, dan selainnya. Lihat Shahih al-Jami’ish Shaghir 3200)

? Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda :

اَلْـحَيَاءُ مِنَ اْلإِيْمَانِ وَ َاْلإِيْمَانُ فِـي الْـجَنَّةِ ، وَالْبَذَاءُ مِنَ الْـجَفَاءِ وَالْـجَفَاءُ فِـي النَّارِ.

“Malu adalah bagian dari iman, sedang iman tempatnya di Surga dan perkataan kotor adalah bagian dari tabiat kasar, sedang tabiat kasar tempatnya di Neraka.” (HR. Ahmad II/501, at-Tirmidzi 2009, Ibnu Hibban 1929-Mawarid, al-Hakim I/52-53 shahihSilsilah al-Ahadits ash-Shahihah 495 dan Shahih al-Jami’ish Shaghir 3199).

_______________________________

  • Penyusun | Abdullah bin Suyitno (عبدالله بن صيتن) 
  • Disusun 16 Syawwal 1438 H/ 10 Juli 2017

About Tim Shahihfiqih

Seorang tholabul ilmi di bumi Allah. | Kepala Bidang Pendidikan Bimbingan Islam (Agustus 2015 - Maret 2016 Berlanjut Januari 2017- Januari 2018) | Kepala Bidang Dakwah Offline Bimbingan Islam (Agustus 2015 - Maret 2016 Berlanjut Januari 2017- Januari 2018) | Kepala Divisi BiASTV (2017- Juli 2019) | Manajer Program CS Peduli (September 2018- Juli 2019) | Media Dewan Fatwa Perhimpunan Al Irsyad (Februari 2018 - Januari 2019) | Ketua HSI Media (Agustus 2019 - Februari 2021)

Check Also

Hubungan Lisan Dan Sakaratul Maut

Ibnul Jauzi rahimahullah berkata,‏فمَن حفظَ لسانهُ لأجلِ الله تعالىٰ في الدنيا ، أطلقَ اللهُ لسانهُ …

Diantara Cara Melindungi Dari Kemunafikan

Ibnu Qayyim al-Jauziyyah rahimahullah berkata :كثرة ذكر الله عز وجل أمانٌ من النفاق، فإن المُنافقين …

Kirim Pertanyaan ke Shahihfiqih.com - Bertanya ke ulama - Kirim pertanyaan ke Ulama