Ibnul Qayyim rahimahullah berkata :
“Sesuai kadar kekokohan seorang hamba berjalan di atas jalan (syariat) yang Allah tetapkan di dunia ini, seukuran itu pula kekokohannya dalam menyeberangi shirath (jembatan) yang terbentang di atas jahanam.
Ada seorang yang melintasinya bagaikan kilat, ada pula yang secepat kedipan mata, ada yang seperti tiupan angin, ada yang seperti orang yang memacu kuda, ada yang berlari, ada pula yang berjalan saja, ada yang merangkak, ada yang tergelincir hampir jatuh namun selamat, ada pula yang jatuh ke neraka.
Oleh karena itu, hendaknya seorang hamba melihat bagaimana dia menapaki jalan ini di dunia dan bagaimana kelak di akhirat. Balasan itu sesuai dengan amalan.
هَلۡ تُجۡزَوۡنَ إِلَّا مَا كُنتُمۡ تَعۡمَلُونَ
“Tidaklah kalian dibalasi, kecuali atas apa yang kalian amalkan.” (Qs. An-Naml 90)
Lihat pula godaan syahwat dan syubhat yang merintanginya di jalan shirathal mustaqim di dunia. Itulah permisalan kait-kait yang berada di sisi-sisi jembatan di atas neraka tersebut, menjuntai dan merintanginya untuk lewat di atasnya. Kalau di dunia ini banyak dia dapati, akan banyak pula dia dapati di sana.”
_________________
? Madarij as-Salikin, hlm. 16