Sikap Seorang Muslim Terhadap Harta

ثُمَّ يَنْبَغِي لَهُ أَنْ يَأْخُذَ الْمَالَ بِسَخَاوَةِ نَفْسٍ لِيُبَارَكَ لَهُ فِيهِ وَلَا يَأْخُذُهُ بِإِشْرَافِ وَهَلَعٍ؛ بَلْ يَكُونُ الْمَالُ عِنْدَهُ بِمَنْزِلَةِ الْخَلَاءِ الَّذِي يَحْتَاجُ إلَيْهِ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَكُونَ لَهُ فِي الْقَلْبِ مَكَانَةٌ وَالسَّعْيُ فِيهِ إذَا سَعَى كَإِصْلَاحِ الْخَلَاءِ

“Hendaknya seorang muslim mencari harta dengan hati yang lapang (qana’ah), agar Allah memberi berkah padanya, dan tidak mencarinya dengan rasa tamak atau terburu-buru. Harta itu harus dipandang seperti toilet (yang hanya digunakan sementara), tanpa memberi tempat khusus dalam hati. Saat berusaha mencari rezeki, lakukanlah seperti saat kita memenuhi kebutuhan mendesak yang sifatnya sementara.”

___________

📚 Majmu’ Fatawa 10/663