“Bagimu yang suka memuji dan suka untuk dipuji (seluruh amalan tergantung akhirnya)”
Saudaraku coba dengarlah ini..
🔺Jika engkau suka memuji…
🔺Jika engkau suka untuk mendapat pujian..
🔺Atau jika engkau suka/haus untuk diperhatikan…
🔺Ataupun sering mempermasalahkan jika tidak mendapatkan hal-hal tersebut..
Ketahuilah, bahwasannya jika kita hendak memuji seseorang atas kebaikan yang dia lakukan yang terlebih kita lihat, maka hendaklah kita puji dia ketika dia sudah wafat. Karena jika masih hidup, hendaklah kita hindari, Karena kita tidak tahu bagaimana akhir dari kehidupannya. Bisa jadi di akhir kehidupanya dia banyak berbuat maksiat. Terlebih jika seseorang mendapat pujian ketika masih hidup, sangat rentan mudah untuk dia menjadi takkabur (bangga), ujub sama dirinya, tidak ikhlas dalam beramal. Dan itu akan menggugurkan amalan-amalannya.. Karena hakekatnya semua amalan-amalan yang kita lakukan itu dilihat dari akhirnya,
🔹Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
لاَ ﺗُﻌْﺠَﺒُﻮﺍ ﺑِﻌَﻤَﻞِ ﺃَﺣَﺪٍ ﺣَﺘَّﻰ ﺗَﻨْﻈُﺮُﻭﺍ ﺑِﻢَ ﻳُﺨْﺘَﻢُ ﻟَﻪُ!
“Janganlah kalian dibuat takjub dengan amal yang dilakukan oleh siapa pun, sampai kalian melihat dengan amal apa hidupnya ditutup!” (Silsilah ash-Shahihah, 1334)
🔹Dari Abu Musa radhiyallahu ‘anhu, beliau menceritakan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mendengar ada orang yang senang memuji saudaranya dengan sangat berlebihan. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Kalian telah mematahkan punggung saudara kalian (kalian telah membinasakannya).” (HR. Bukhari 158 dan Muslim 2297)
📌 Maka apa sebaiknya yang kita katakan ketika hendak memuji? Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Jika salah seorang di antara kalian melihat sesuatu yang menakjubkan dari saudaranya, maka hendaklah dia mendo’akannya agar diberikan keberkahan kepadanya.” (HR. Malik II/716 : 2, Ahmad 447)
📌 Maka saudaraku..
Hendaklah kita sebagai seorang Muslim hendaknya selalu berusaha meluruskan hatinya dan selalu berusaha mengikhlaskan niat dalam hatinya bahwasanya keinginan atau harapannya adalah hanya mendapat pujian dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala, tak perlu kita berharap pujian dari manusia, ataupun yang lebih buruk kita menjadi bermasalah ataupun mempermasalahkan orang-orang terdekat kita karena kita merasa tidak mendapat pujian, tidak mendapat sanjungan dari mereka.. Subhanallah..
🔹 Ingatlah bagaimana ciri keikhlasan para penghuni surga yang Allah Ta’ala sebutkan dalam Al-Qur’an :
اِنَّمَا نُطْعِمُكُمْ لِـوَجْهِ اللّٰهِ لَا نُرِيْدُ مِنْكُمْ جَزَآءً وَّلَا شُكُوْرًا
“Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah karena mengharapkan keridhaan Allah, kami tidak mengharap balasan dan terima kasih dari kamu.” (Qs. Al-Insan 9)
📌 Ingatlah karena hakikatnya pujian dari manusia itu :
🔺 Sebanyak apapun..
🔺 Setinggi apapun..
🔺 Sesering apapun..
TIDAK AKAN menambahkan pahala bagimu disisi Allah dan TIDAK AKAN mengangkat derajatmu disisi Allah sedikitpun. Justru rentan akan ujub dan takkabur sehingga menggugurkan amalan-amalan kita, cukuplah bagi kita petunjuk yang diberikan Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bagi kita..
Mari perbaiki niat kita, perbaiki hati kita… Semoga karenanya Allah mudahkan kita menjadi orang-orang yang ikhlas..
_____________________________
- Abdullah bin Suyitno (عبدالله بن صيتن)