Khutbah Jum’at: Lupa terhadap Diri Sendiri

Khutbah Pertama

الْـحَمْدُ لِلَّهِ فَازَ مَنْ ذَكَرَهُ، وَخَسِرَ مَنْ نَسِيَهُ. نَحْمَدُهُ عَلَى نِعَمِهِ الَّتِي لَا تُحْصَى، وَنَشْكُرُهُ عَلَى آلَائِهِ الَّتِي لَا تُسْتَقْصَى. وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللَّهُ، وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، كُلُّ سَعَادَةٍ فِي ذِكْرِهِ، وَكُلُّ شَقَاءٍ فِي نِسْيَانِهِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، ذَكَرَ رَبَّهُ فِي الرَّخَاءِ فَثَبَّتَهُ فِي الْبَلَاءِ، صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ، وَمَنْ سَارَ عَلَى خُطَاهُ وَاقْتَدَى. أَمَّا بَعْدُ،

Ma’asyirol Muslimin wa Zumrotal Mu’minin…

Tidak ada satu pun di antara kita yang tidak mendambakan rahmat dan kasih sayang dari Rabb-nya. Itulah harapan tertinggi setiap orang beriman. Maka demi menggapai harapan itu, khatib berwasiat kepada diri sendiri dan kepada jama’ah sekalian: marilah kita bertakwa kepada Allah dengan sebenar-benarnya takwa. Karena Allah Ta’ala berfirman:

وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَ لَعَلَّكُمۡ تُرۡحَمُونَ

“Dan bertakwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat.” (QS. Al-Hujurat: 10)

Sidang Jama’ah Jum’at yang dirahmati Allah…

Salah satu dampak paling berbahaya dari dosa adalah: ia membuat seorang hamba lupa pada dirinya sendiri.

Mungkin ada yang bertanya, “Bagaimana mungkin seseorang bisa lupa pada dirinya sendiri? Jika ia lupa pada dirinya, lalu apa yang masih bisa ia ingat? Apa sebenarnya maksud ‘melupakan diri’ ini?”

Pertama-tama, marilah kita simak firman Allah Ta’ala:

وَلَا تَكُونُوا كَالَّذِينَ نَسُوا اللَّهَ فَأَنْسَاهُمْ أَنْفُسَهُمْ أُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ

“Dan janganlah kalian menjadi seperti orang-orang yang melupakan Allah, maka Allah pun menjadikan mereka lupa terhadap diri mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang fasik.”
(QS. Al-Hasyr: 19)

Ketika pelaku maksiat melupakan Tuhan mereka, maka Allah pun melupakan mereka dan menjadikan mereka lupa terhadap diri sendiri. Sebagaimana firman-Nya:

نَسُوا اللَّهَ فَنَسِيَهُمْ

“Mereka melupakan Allah, maka Allah pun melupakan mereka.” (QS. At-Taubah: 67)

Allah menghukum orang yang melupakan-Nya dengan dua hukuman:
1. Allah melupakannya (yakni meninggalkannya).
2. Allah menjadikannya lupa terhadap dirinya sendiri.

Adapun makna “Allah melupakan seorang hamba” adalah bahwa Dia mengabaikannya, membiarkannya, melepaskannya, dan menelantarkannya—hingga kebinasaan lebih dekat kepadanya daripada tangannya ke mulutnya!

Sedangkan makna “Allah menjadikannya lupa terhadap dirinya” adalah: Dia membuatnya lupa akan cita-cita tinggi dan sebab-sebab kebahagiaan sejati. Allah membuatnya tidak lagi mengingat apa yang bisa menyempurnakan dan menyelamatkan jiwanya. Ia tak lagi tergerak untuk meraihnya. Tidak terlintas di benaknya, tidak hadir dalam ingatannya, tidak menjadi arah keinginannya, dan ia pun tidak mengupayakannya.

Allah juga menjadikannya lupa terhadap aib dan kekurangan dirinya sendiri, sehingga ia tidak terpikir untuk memperbaikinya

Ia pun dilalaikan dari penyakit-penyakit hati dan jiwa yang menggerogotinya. Tidak terlintas di dalam hatinya untuk mengobatinya. Ia bahkan tidak sadar bahwa ia sedang sakit parah dan sedang menuju kebinasaan. Dan ini adalah salah satu hukuman paling besar.

Maka, adakah hukuman yang lebih berat daripada seseorang yang mengabaikan jiwanya, melupakan penyakit dan obatnya, melupakan segala sebab kebahagiaan, keberuntungan, dan kehidupan abadinya di surga yang kekal?

Ikhwatii fiddiin rahimani wa rahimakumullah…

Siapa yang merenungi kenyataan ini, akan mengetahui bahwa kebanyakan manusia sungguh telah melupakan diri mereka sendiri. Mereka mengabaikan jiwa mereka, menyia-nyiakan bagian mereka dari surga, dan menjualnya dengan harga yang sangat murah, penjualan yang penuh kerugian. Namun semua ini baru akan tampak jelas saat kematian tiba, dan benar-benar tersingkap pada Yaum-at Taghabun, hari di mana setiap jiwa sadar bahwa ia telah tertipu dalam akad hidupnya di dunia dan dalam “perdagangan akhiratnya”. Karena sejatinya, setiap orang sedang berdagang untuk kehidupan akhiratnya.

Orang-orang yang rugi adalah mereka yang mengira bahwa mereka adalah orang yang beruntung. Mereka memilih dunia dan kelezatannya, lalu menukarnya dengan akhirat dan kelezatannya. Mereka menikmati dunia, merasa cukup dengannya, dan menjadikannya sebagai tujuan hidup. Mereka berdagang dan bertransaksi, lalu menjual yang kekal demi yang fana, menjual sesuatu yang ditangguhkan demi sesuatu yang langsung ada. Sikap mereka seakan berkata:
“Ambillah dunia yang tampak di depan mata, dan tinggalkan akhirat yang hanya kabar semata.”

“Bagaimana mungkin aku menjual yang nyata dan bisa disentuh di dunia ini dengan sesuatu yang ghaib, yang belum tampak, dan adanya di alam lain selain alam ini?”

Ucapan semacam ini akan bertambah parah jika dibarengi dengan lemahnya iman, besarnya dorongan syahwat, ditambah dengan banyaknya manusia yang sejalan dengan pemikiran ini.

Padahal kebanyakan manusia terjun dalam perdagangan yang merugi, seperti yang difirmankan Allah Ta’ala:

أُولَئِكَ الَّذِينَ اشْتَرَوُا الْحَيَاةَ الدُّنْيَا بِالْآخِرَةِ فَلَا يُخَفَّفُ عَنْهُمُ الْعَذَابُ وَلَا هُمْ يُنْصَرُونَ

“Mereka itulah orang-orang yang membeli kehidupan dunia dengan (mengorbankan) akhirat. Maka tidak akan diringankan azab dari mereka, dan mereka tidak akan ditolong.”
(QS. Al-Baqarah: 86)

Allah juga berfirman:

فَمَا رَبِحَتْ تِجَارَتُهُمْ وَمَا كَانُوا مُهْتَدِينَ

“Perdagangan mereka tidak menguntungkan, dan mereka tidak mendapat petunjuk.”
(QS. Al-Baqarah: 16)

Saudara-saudaraku yang Allah rahmati…

Pada Yaum at-Taghabun, hari penyesalan dan terbongkarnya kerugian. Setiap orang akan melihat betapa ia telah tertipu dalam perdagangan hidup ini. Hati mereka terkoyak oleh kesedihan dan sesal yang tiada guna.

Namun orang-orang yang beruntung telah berdagang dengan pandangan yang jernih. Mereka menukar yang fana dengan yang kekal, yang rendah dengan yang mulia, dan yang hina dengan yang agung. Mereka berkata:
“Berapa nilai dunia ini dari awal hingga akhir, hingga kami harus menjual pahala dari Allah dan bagian kami di akhirat hanya demi mengejarnya?”

“Terlebih jika yang kami dapat dari dunia hanya sedikit dan sebentar, laksana mimpi singkat dalam tidur, tidak sebanding sama sekali dengan negeri keabadian yang menanti.”

Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:

وَيَوْمَ يَحْشُرُهُمْ كَأَنْ لَمْ يَلْبَثُوا إِلَّا سَاعَةً مِنَ النَّهَارِ يَتَعَارَفُونَ بَيْنَهُمْ

“Dan (ingatlah) pada hari (ketika) Allah mengumpulkan mereka, (mereka merasa) seakan-akan tidak pernah berdiam (di dunia) kecuali sesaat saja pada siang hari, (pada waktu) mereka saling berkenalan.” (QS. Yunus: 45)

Allah juga berfirman:

كَأَنَّهُمْ يَوْمَ يَرَوْنَهَا لَمْ يَلْبَثُوا إِلَّا عَشِيَّةً أَوْ ضُحَاهَا

“Pada hari ketika mereka melihat (hari kiamat) itu, seakan-akan mereka tidak tinggal (di dunia) kecuali hanya waktu sore atau pagi.” (QS. An-Nazi‘at: 46)

Dalam ayat lain, Allah berfirman:

كَأَنَّهُمْ يَوْمَ يَرَوْنَ مَا يُوعَدُونَ لَمْ يَلْبَثُوا إِلَّا سَاعَةً مِنْ نَهَارٍ

“Pada hari mereka melihat apa yang telah dijanjikan kepada mereka, seakan-akan mereka tidak tinggal (di dunia) kecuali hanya sesaat dari siang hari.” (QS. Al-Ahqaf: 35)

Allah juga berfirman:

قَالَ كَمْ لَبِثْتُمْ فِي الْأَرْضِ عَدَدَ سِنِينَ

Dia (Allah) berfirman, “Berapa tahunkah lamanya kamu tinggal di bumi?”

قَالُوا لَبِثْنَا يَوْمًا أَوْ بَعْضَ يَوْمٍ فَاسْأَلِ الْعَادِّينَ

Mereka menjawab, “Kami tinggal (di bumi) sehari atau setengah hari, maka tanyakanlah kepada mereka yang menghitung.”

قَالَ إِنْ لَبِثْتُمْ إِلَّا قَلِيلًا لَوْ أَنَّكُمْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ

Dia (Allah) berfirman, “Kamu tinggal (di bumi) hanya sebentar saja, jika kamu benar-benar mengetahui.” (QS. Al-Mu’minūn: 112–114)

Dalam ayat lainnya, Allah Ta’ala berfirman:

يَوۡمَ يُنفَخُ فِي ٱلصُّورِۚ وَنَحۡشُرُ ٱلۡمُجۡرِمِينَ يَوۡمَئِذٖ زُرۡقٗا

“Pada hari (Kiamat) sangkakala ditiup (yang kedua kali), dan pada hari itu Kami kumpulkan orang-orang yang berdosa dengan (wajah) biru muram.”

يَتَخَٰفَتُونَ بَيۡنَهُمۡ إِن لَّبِثۡتُمۡ إِلَّا عَشۡرٗا

Mereka saling berbisik satu sama lain, “Kamu tinggal (di dunia) tidak lebih dari sepuluh (hari).”

نَّحۡنُ أَعۡلَمُ بِمَا يَقُولُونَ إِذۡ يَقُولُ أَمۡثَلُهُمۡ طَرِيقَةً إِن لَّبِثۡتُمۡ إِلَّا يَوۡمٗا

Kami lebih mengetahui apa yang akan mereka katakan, ketika orang yang paling lurus jalannya mengatakan, “Kamu tinggal (di dunia), tidak lebih dari sehari saja.” (QS. Thaha: 102–104)

Inilah hakikat dunia bila dibandingkan dengan kenyataan hari kiamat, tak lebih dari satu hari yang sangat singkat!

بَارَكَ اللَّهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيهِ مِنْ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيمِ. أَقُولُ قَوْلِي هَذَا فَاسْتَغْفِرُوهُ إِنَّهُ هُوَ الْعَفُورُ الرَّحِيمُ

Khutbah Kedua

الْـحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي خَلَقَ النَّفْسَ وَسَوَّاهَا، وَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَاهَا، قَدْ أَفْلَحَ مَنْ زَكَّاهَا، وَقَدْ خَابَ مَنْ دَسَّاهَا. نَحْمَدُهُ عَلَى نِعَمِهِ الَّتِي لَا تُعَدُّ، وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ مِنَ الذُّنُوبِ الَّتِي تَجُرُّ إِلَى الرَّدَى، وَتُفْسِدُ الْقَلْبَ وَالْمَدَدَ. وَنَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَنَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ، وَمَنْ سَارَ عَلَى نَهْجِهِ، وَاقْتَفَى أَثَرَهُ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ.
أَمَّا بَعْدُ،

Ma’asyiral Muslimin wa Zumrotal Mu’minin…

Ketika seseorang menyadari betapa singkatnya hidup di dunia, dan bahwa tempat tinggal sejatinya adalah negeri akhirat yang kekal, ia paham bahwa menukar keabadian dengan dunia yang fana adalah kerugian besar. Maka ia pun memilih berdagang seperti orang-orang cerdas, bukan seperti mereka yang tertipu oleh gemerlap dunia.

Setiap manusia adalah pedagang. Setiap pagi, mereka berangkat, ada yang menjual dirinya lalu membinasakannya, dan ada pula yang menebus dirinya dan menyelamatkannya.

Allah Ta’ala berfirman:

۞إِنَّ ٱللَّهَ ٱشۡتَرَىٰ مِنَ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ أَنفُسَهُمۡ وَأَمۡوَٰلَهُم بِأَنَّ لَهُمُ ٱلۡجَنَّةَۚ يُقَٰتِلُونَ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِ فَيَقۡتُلُونَ وَيُقۡتَلُونَۖ وَعۡدًا عَلَيۡهِ حَقّٗا فِي ٱلتَّوۡرَىٰةِ وَٱلۡإِنجِيلِ وَٱلۡقُرۡءَانِۚ وَمَنۡ أَوۡفَىٰ بِعَهۡدِهِۦ مِنَ ٱللَّهِۚ فَٱسۡتَبۡشِرُواْ بِبَيۡعِكُمُ ٱلَّذِي بَايَعۡتُم بِهِۦۚ وَذَٰلِكَ هُوَ ٱلۡفَوۡزُ ٱلۡعَظِيمُ

“Sesungguhnya Allah membeli dari orang-orang mukmin, baik diri maupun harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang di jalan Allah; sehingga mereka membunuh atau terbunuh, (sebagai) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Alquran. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya selain Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan demikian itulah kemenangan yang agung.” (QS. At-Taubah: 111)

Itulah awal dari pembayaran harga perdagangan itu.

Maka, Ma’asyiral Muslimin, berdaganglah dengan cerdas! Tukarkanlah waktu yang singkat ini dengan surga yang kekal, sebagaimana yang telah Allah janjikan kepada hamba-hamba-Nya yang beriman dan bersabar!

ٱلتَّٰٓئِبُونَ ٱلۡعَٰبِدُونَ ٱلۡحَٰمِدُونَ ٱلسَّٰٓئِحُونَ ٱلرَّٰكِعُونَ ٱلسَّٰجِدُونَ ٱلۡأٓمِرُونَ بِٱلۡمَعۡرُوفِ وَٱلنَّاهُونَ عَنِ ٱلۡمُنكَرِ وَٱلۡحَٰفِظُونَ لِحُدُودِ ٱللَّهِۗ وَبَشِّرِ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ

“Orang-orang yang bertaubat, yang beribadah, yang memuji (Allah), yang berpuasa, yang ruku’, yang sujud, yang menyuruh kepada kebaikan, yang mencegah kemungkaran, yang menjaga batasan-batasan Allah. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang beriman.” (QS. At-Taubah: 112)

Allah juga berfirman:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ هَلۡ أَدُلُّكُمۡ عَلَىٰ تِجَٰرَةٖ تُنجِيكُم مِّنۡ عَذَابٍ أَلِيمٖ

“Wahai orang-orang yang beriman! Maukah kalian Aku tunjukkan suatu perdagangan yang akan menyelamatkan kalian dari azab yang pedih?”

تُؤۡمِنُونَ بِٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ وَتُجَٰهِدُونَ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِ بِأَمۡوَٰلِكُمۡ وَأَنفُسِكُمۡۚ ذَٰلِكُمۡ خَيۡرٞ لَّكُمۡ إِن كُنتُمۡ تَعۡلَمُونَ

“Yaitu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwa kalian. Itulah yang lebih baik bagi kalian jika kalian mengetahui.” (QS. Ash-Shaff: 10–11)

Kesimpulannya Ummatal Islam…

Dosa-dosa membuat seseorang lupa akan bagiannya dalam perdagangan yang menguntungkan ini, lalu menyibukkannya dengan perdagangan yang merugikan. Dan kelalaian semacam itu, pada hakikatnya, sudah menjadi hukuman yang berat baginya.

فَاللهُ المُستَعَان، وَهُوَ حَسْبُنَا وَنِعْمَ الوَكِيل.

أَيُّهَا الْمُؤْمِنُونَ، إِنَّ اللَّهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيهِ بِنَفْسِهِ، وَثَنَّى بِمَلَائِكَتِهِ الْمُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ، وَأَيُّهُ بِكُمْ أَيُّهَا الْمُؤْمِنُونَ مِنْ جِنِّهِ وَإِنْسِهِ، فَقَالَ عَزَّ وَجَلَّ: ﴿إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا﴾، اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى عَبْدِكَ وَرَسُولِكَ مُحَمَّدٍ، وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنْ خُلَفَائِهِ الرَّاشِدِينَ، أَبِي بَكْرٍ، وَعُمَرَ، وَعُثْمَانَ، وَعَلِيٍّ، وَعَنْ سَائِرِ الصَّحَابَةِ أَجْمَعِينَ، وَعَنِ التَّابِعِينَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ، وَعَنَّا مَعَهُمْ بِمِنِّكَ وَكَرَمِكَ يَا أَكْرَمَ الْأَكْرَمِينَ.

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيعٌ قَرِيبٌ مُجِيبُ الدَّعَوَاتِ، وَيَا قَاضِي الْحَاجَاتِ.

اللَّهُمَّ ٱقْسِمْ لَنَا مِنْ خَشْيَتِكَ مَا يَحُولُ بَيْنَنَا وَبَيْنَ مَعَاصِيكَ، وَمِنْ طَاعَتِكَ مَا تُبَلِّغُنَا بِهِ جَنَّتَكَ، وَمِنَ ٱلْيَقِينِ مَا يُهَوِّنُ عَلَيْنَا مُصِيبَاتِ ٱلدُّنْيَا، وَمَتِّعْنَا بِأَسْمَاعِنَا وَأَبْصَارِنَا وَقُوَّتِنَا مَا أَحْيَيْتَنَا، وَٱجْعَلْهُ ٱلْوَارِثَ مِنَّا، وَٱجْعَلْ ثَأْرَنَا عَلَىٰ مَنْ ظَلَمَنَا، وَٱنْصُرْنَا عَلَىٰ مَنْ عَادَانَا، وَلَا تَجْعَلْ مُصِيبَتَنَا فِي دِينِنَا، وَلَا تَجْعَلِ ٱلدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّنَا، وَلَا مَبْلَغَ عِلْمِنَا، وَلَا تُسَلِّطْ عَلَيْنَا مَنْ لَا يَرْحَمُنَا.

اللَّهُمَّ أَنْجِ الْمُسْتَضْعَفِينَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ، اللَّهُمَّ أَنْجِ الْمُسْتَضْعَفِينَ مِنْ الْمُؤْمِنِينَ، فِي فِلَسْطِينَ وَفِي كُلِّ مَكَانٍ، اللَّهُمَّ اشْدُدْ وَطْأَتَكَ عَلَى الْيَهُودِ، رَبَّنَا اطْمِسْ عَلَى أَمْوَالِهِمْ وَاشْدُدْ عَلَى قُلُوبِهِمْ، فَلَا يُؤْمِنُوا حَتَّى يَرَوُا الْعَذَابَ الْأَلِيمَ.

اللَّهُمَّ أَصْلِحْ وُلَاةَ أُمُورِنَا وَوَفِّقْهُمْ لِمَا تُحِبُّ وَتَرْضَى، وَقَرِّبْ إِلَيْهِمْ الْبِطَانَةَ الصَّالِحَةَ، وَجَنِّبْهُمْ بِطَانَةَ السُّوءِ.

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.

عِبَادَ اللَّهِ، إِنَّ ٱلِلَّهَ يَأْۡمُرُ بِٱلِۡعَدْۡلِ وَٱلِۡإِحْۡسَٰنِ وَإِيتَآيِٕ ذِي ٱلِۡقُرْۡبَىٰ وَيَنْۡهَىَٰ عَنِ ٱلِۡفَحْۡشَآءِ وَٱلِۡمُنْكَرِ وَٱلِۡبَغٍّۡيِۚ يَعِظُكُمْۡ لَعَلَّكُمْۡ تَذَكَّرُونَ.

فَاذْكُرُوا اللَّهَ الْعَظِيمَ الْجَلِيلَ يُذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلِذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ، وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ. أَقِمِ الصَّلَاةَ..

(Terinspirasi dari nasehat yang disampaikan oleh Ibnul Qayyim dalam kitabnya Ad-Daa’ wa Ad-Dawaa’, hlm. 243-248)