Haji dan Umrah: Panggilan Iman dan Pengorbanan
Haji dan umrah adalah ibadah yang begitu agung dalam Islam. Bila shalat mencerminkan ibadah fisik, dan zakat merupakan bentuk ibadah harta, maka haji dan umrah adalah gabungan dari keduanya—ibadah yang menuntut kekuatan jasmani sekaligus pengorbanan materi.
Ia bukan sekadar perjalanan menuju Tanah Suci, tetapi bukti nyata dari ketundukan seorang hamba terhadap panggilan Rabb-nya.
Sebuah respon iman yang lahir dari hati yang bergetar saat mendengar seruan Allah dalam firman-Nya:
وَأَذِّنْ فِي النَّاسِ بِالْحَجِّ يَأْتُوكَ رِجَالًا وَعَلَىٰ كُلِّ ضَامِرٍ يَأْتِينَ مِنْ كُلِّ فَجٍّ عَمِيقٍ
“Dan serukanlah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki dan mengendarai setiap unta yang kurus, mereka datang dari segenap penjuru yang jauh.”
(QS. Al-Hajj: 27)
Seruan ini terus menggema, dan hati orang-orang beriman pun terpanggil. Mereka datang—dengan penuh harap dan rasa haru—meninggalkan kampung halaman demi meraih ampunan dan ridha Allah. Maka, siapa yang menunaikan haji atau umrah dengan ikhlas dan mengikuti tuntunan Rasulullah ﷺ, sungguh ia telah memenuhi salah satu panggilan terbesar dalam hidupnya.
Keutamaan haji dan umrah sangat banyak. Di antara keutamaannya adalah sebagai berikut:
Pertama: Jama’ah haji dan umroh yang tidak berkata kotor dan tidak berbuat maksiat, maka ia kembali seperti hari dilahirkan oleh ibunya (tanpa dosa).
Rasulullah ﷺ bersabda:
مَنْ حَجَّ هَٰذَا ٱلۡبَيۡتَ فَلَمۡ يَرۡفُثۡ، وَلَمۡ يَفۡسُقۡ، رَجَعَ كَيَوۡمِ وَلَدَتۡهُ أُمُّهُ
“Barang siapa berhaji ke Baitullah lalu tidak berkata keji dan tidak berbuat dosa, maka ia akan kembali (dari hajinya) seperti hari ketika ia dilahirkan oleh ibunya.” (HR. Bukhari, no. 1819 dan Muslim, 1350)
Catatan:
Keutamaan ini juga mencakup jama’ah umrah. (Lihat: Fathul Bari 3/382)
Kedua: Penghapusan dosa dan janji surga.
Rasulullah ﷺ bersabda:
ٱلۡعُمۡرَةُ إِلَى ٱلۡعُمۡرَةِ كَفَّارَةٌ لِمَا بَيۡنَهُمَا، وَٱلۡحَجُّ ٱلۡمَبۡرُورُ لَيۡسَ لَهُۥ جَزَآءٌ إِلَّا ٱلۡجَنَّةُ
“Umrah ke umrah berikutnya menghapus dosa-dosa di antara keduanya, dan haji mabrur tidak ada balasan baginya kecuali surga.” (HR. Bukhari, no. 1773 dan Muslim, no. 1349)
Haji mabrur adalah haji yang dilakukan dengan ikhlas, tanpa riya dan sum’ah, tidak tercampuri dosa, serta tidak diiringi kemaksiatan. Haji ini memenuhi seluruh rukun dan syaratnya dengan sempurna, dan salah satu tandanya adalah pelakunya kembali dalam keadaan lebih baik dan tidak mengulangi maksiat. (Lihat: Fathul Bari 3/383, Syarh Shahih Muslim 9/119)
Dalam hadits lain, Rasulullah ﷺ bersabda kepada Amr bin Ash radhiyallahu ‘anhu:
أَمَا عَلِمْتَ أَنَّ ٱلۡإِسۡلَامَ يَهۡدِمُ مَا كَانَ قَبۡلَهُ، وَأَنَّ ٱلۡهِجۡرَةَ تَهۡدِمُ مَا كَانَ قَبۡلَهَا، وَأَنَّ ٱلۡحَجَّ يَهۡدِمُ مَا كَانَ قَبۡلَهُ
“Apakah kamu tidak tahu bahwa Islam menghapus semua dosa sebelumnya, hijrah menghapus dosa sebelumnya, dan haji juga menghapus semua dosa yang dilakukan sebelumnya?” (HR. Muslim, no. 121)
Ketiga: Haji dan umrah menghilangkan kefakiran dan dosa-dosa.
Rasulullah ﷺ bersabda:
تَابِعُوا بَيْنَ ٱلۡحَجِّ وَٱلۡعُمْرَةِ، فَإِنَّهُمَا يَنۡفِيَانِ ٱلۡفَقۡرَ وَٱلذُّنُوبَ كَمَا يَنۡفِي ٱلۡكِيرُ خَبَثَ ٱلۡحَدِيدِ وَٱلذَّهَبِ وَٱلۡفِضَّةِ، وَلَيۡسَ لِلۡحَجِّ ٱلۡمَبۡرُورِ ثَوَابٌ إِلَّا ٱلۡجَنَّةُ
“Lakukanlah haji dan umrah secara berulang, karena keduanya menghilangkan kefakiran dan dosa sebagaimana api pelebur menghilangkan kotoran dari besi, emas, dan perak. Dan tidak ada balasan bagi haji mabrur kecuali surga.”
(HR. Tirmidzi, no. 810, Nasa’i, no. 2631, dan dinilai shahih oleh Al-Albani)
Keempat: Allah mengabulkan doa jama’ah haji dan umrah.
Rasulullah ﷺ bersabda:
ٱلۡغَازِي فِي سَبِيلِ ٱللَّهِ، وَٱلۡحَاجُّ، وَٱلۡمُعۡتَمِرُ، وَفۡدُ ٱللَّهِ، دَعَاهُمۡ فَأَجَابُوهُ، وَسَأَلُوهُ فَأَعۡطَاهُمۡ
“Orang yang berjihad di jalan Allah, orang yang berhaji, dan orang yang berumrah adalah tamu-tamu Allah. Dia memanggil mereka dan mereka pun memenuhi panggilan-Nya. Mereka memohon kepada-Nya dan Dia mengabulkan permintaan mereka.” (HR. Nasa’i, no. 2625)
Kelima: Allah membanggakan para jamaah haji di hadapan malaikat pada hari Arafah.
Rasulullah ﷺ bersabda:
مَا مِنۡ يَوۡمٍ أَكۡثَرَ مِنۡ أَن يُعۡتِقَ ٱللَّهُ فِيهِ عَبۡدٗا مِّنَ ٱلنَّارِ مِنۡ يَوۡمِ عَرَفَةَ، وَإِنَّهُ لَيَدۡنُو، ثُمَّ يُبَاهِي بِهِمُ ٱلۡمَلَائِكَةَ، فَيَقُولُ: مَا أَرَادَ هَٰؤُلَآءِ؟
“Tidak ada hari di mana Allah lebih banyak membebaskan hamba dari neraka daripada hari Arafah. Dia mendekat, lalu membanggakan mereka kepada para malaikat seraya berkata: ‘Apa yang diinginkan oleh orang-orang ini? (Aku telah mengampuni mereka)’”(HR. Muslim, no. 1349)
Dan masih banyak dalil lain yang menunjukkan betapa mulianya ibadah haji dan umrah. Andaikan satu-satunya keutamaan dari haji dan umrah hanyalah dihapuskannya dosa-dosa dan dijanjikannya surga, maka itu pun sudah lebih dari cukup untuk menggugah hati setiap muslim agar segera bersiap dan memantaskan diri menyambut panggilan suci itu.
Amalan-amalan yang Memiliki Pahala Haji
Salah satu wujud kasih sayang Allah kepada hamba-hamba-Nya adalah disyariatkannya amalan-amalan yang tampak sederhana, namun memiliki keutamaan dan pahala yang luar biasa. Bahkan, tidak sedikit amal ringan yang jika dikerjakan dengan ikhlas dan benar, pahalanya setara dengan pahala haji. Ini adalah bentuk kemurahan Allah, agar setiap hamba bisa meraih derajat tinggi meski belum mampu menunaikan haji secara langsung.
Pertama: Umrah di Bulan Ramadan
Rasulullah ﷺ bersabda:
عُمْرَةٌ فِي رَمَضَانَ تَعْدِلُ حَجَّةً مَعِي
“Umrah di bulan Ramadan sebanding dengan haji bersamaku.” (HR. Bukhari, no. 1782 dan Muslim, no. 1256)
Kedua: Menjaga Shalat Isyraq
Rasulullah ﷺ bersabda:
مَنْ صَلَّى الْفَجْرَ فِي جَمَاعَةٍ، ثُمَّ قَعَدَ يَذْكُرُ اللَّهَ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ، ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ، كَانَتْ لَهُ كَأَجْرِ حَجَّةٍ وَعُمْرَةٍ تَامَّةٍ، تَامَّةٍ، تَامَّةٍ
“Barangsiapa shalat Subuh berjamaah, lalu duduk berdzikir kepada Allah sampai matahari terbit, kemudian ia shalat dua rakaat, maka ia mendapatkan pahala seperti haji dan umrah. Sempurna, sempurna, sempurna.” (HR. Tirmidzi, no. 586)
Catatan:
Shalat Isyraq sebenarnya adalah shalat Dhuha di awal waktu, yang di diawali dengan shalat subuh berjama’ah dan berdzikir sampai masuk waktu. Sebagaimana dalam riwayat lain, Nabi ﷺ bersabda:
مَن صَلَّى صَلَاةَ الصُّبْحِ فِي جَمَاعَةٍ، ثُمَّ ثَبَتَ حَتَّى يُسَبِّحَ اللَّهَ سُبْحَةَ الضُّحَى، كَانَ لَهُ كَأَجْرِ حَاجٍّ وَمُعْتَمِرٍ، تَامٍّ لَهُ حَجَّتُهُ وَعُمْرَتُهُ
“Barangsiapa shalat Subuh berjamaah lalu duduk hingga mengerjakan shalat Dhuha, maka ia mendapatkan pahala seperti haji dan umrah, sempurna pahala haji dan umrahnya.”
(HR. Thabrani, no. 317 dalam al-Mu’jam al-Kabir, dan dinilai shahih oleh Al-Albani)
Ketiga: Menghadiri Majelis Ilmu di Masjid Sebagai Pengajar atau Pelajar
Rasulullah ﷺ bersabda:
مَنْ غَدَا إِلَى الْمَسْجِدِ لَا يُرِيدُ إِلَّا أَنْ يَتَعَلَّمَ خَيْرًا أَوْ يُعَلِّمَهُ، كَانَ لَهُ كَأَجْرِ حَاجٍّ تَامًّا حَجَّتُهُ
“Barangsiapa pergi ke masjid tidak lain untuk belajar kebaikan atau mengajarkannya, maka ia mendapat pahala seperti pahala haji yang sempurna.” (HR. Thabrani, no. 7473 dalam al-Mu’jam al-Kabir)
Keempat: Pergi ke Masjid dalam Keadaan Suci untuk Menunaikan Shalat Wajib
Rasulullah ﷺ bersabda:
مَنْ خَرَجَ مِنْ بَيْتِهِ مُتَطَهِّرًا إِلَى صَلَاةٍ مَكْتُوبَةٍ فَأَجْرُهُ كَأَجْرِ الْحَاجِّ الْمُحْرِمِ، وَمَنْ خَرَجَ إِلَى تَسْبِيحِ الضُّحَى لَا يَنْصِبُهُ إِلَّا إِيَّاهُ فَأَجْرُهُ كَأَجْرِ الْمُعْتَمِرِ، وَصَلَاةٌ بَعْدَ صَلَاةٍ لَا لَغْوَ بَيْنَهُمَا كِتَابٌ فِي عَلِّيِّينَ
“Barangsiapa keluar dari rumah dalam keadaan suci menuju shalat fardhu, maka pahalanya seperti pahala orang yang berhaji dalam keadaan berihram. Dan barangsiapa keluar hanya untuk shalat Dhuha, maka pahalanya seperti pahala umrah. Dan dua shalat yang dikerjakan berurutan tanpa perkataan sia-sia di antaranya, akan dicatat sebagai amalan di ‘Illiyyīn (tingkatan tinggi di surga).” (HR. Abu Dawud, no. 558)
Kemudian orang-orang yang mengajarkan manasik haji, memberikan motivasi kepada kaum muslimin untuk berhaji, atau membantu memberangkatkan orang lain ke Tanah Suci—mereka pun berpeluang besar mendapatkan pahala haji. Karena siapa saja yang menunjukkan kebaikan, akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya. Rasulullah ﷺ bersabda:
مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ فَاعِلِهِ.
“Barangsiapa menunjukkan kepada kebaikan, maka ia mendapatkan pahala seperti pahala orang yang melakukannya.” (HR. Muslim, no. 1893)
Fakta Menarik:
Bayangkan seorang ustadz atau pengajar berangkat ke masjid dalam keadaan suci untuk shalat Subuh berjamaah. Setelah itu, ia mengisi kajian tentang manasik haji, lalu menutupnya dengan shalat Isyraq atau Dhuha. Dalam rentang waktu sekitar satu jam saja, berapa pahala haji yang bisa ia raih?
Pahala berangkat shalat berjamaah, pahala duduk berdzikir (mengajarkan ilmu) hingga terbit matahari, dan pahala shalat Dhuha—semuanya disebut dalam hadits-hadits di atas memiliki ganjaran seperti pahala haji dan umrah.
Masya Allah, Tabarakallah!
Begitu besarnya kemurahan Allah bagi hamba-hamba-Nya yang memanfaatkan waktu dan kesempatan dengan sebaik-baiknya.
Catatan:
Perlu dipahami, meskipun amalan-amalan ini memiliki pahala besar dan disebut sebanding dengan haji, hal itu tidak menggugurkan kewajiban haji yang sesungguhnya bagi siapa pun yang telah mampu melaksanakannya.
Imam Nawawi rahimahullah berkata: “Amalan tersebut setara dengan haji dari sisi pahala, bukan berarti menyamainya dalam segala hal.” (Lihat: Syarh Shahih Muslim 9/2)
Wallahu a’lam.
Semoga Allah Ta’ala memudahkan kita semua—beserta keluarga-keluarga kaum muslimin—untuk menunaikan ibadah haji dengan lancar, diterima amalnya, dan dikaruniai haji yang mabrur. Karena haji yang mabrur adalah titik balik kehidupan seorang mukmin menuju kebaikan yang lebih besar.
اللَّهُمَّ ارْزُقْنَا حَجًّا مَبْرُورًا، وَسَعْيًا مَشْكُورًا، وَذَنْبًا مَغْفُورًا، وَتِجَارَةً لَنْ تَبُورَ. آمِينَ.
“Ya Allah, anugerahkanlah kepada kami haji yang mabrur, usaha yang diterima, dosa yang diampuni, dan perdagangan yang tidak merugi. Aamiin.”
Bogor, 29 Dzulqo’dah 1446 H / 27 Mei 2025