“Salah seorang paman Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam dan saudara sesusuan beliau adalah Hamzah bin Abdul Muththalib bin Hasyim bin Abdu Manaf al-Qurasyi al-Hasyimi Abu Ammarah Radhiyallahu anhu . Mereka berdua disusui oleh Tsuwaibah, bekas budak Abu Lahab.” (Shahihul Musnad Min Fadhail Ash-Shahabah halaman 183)
Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
“Hamzah bin Abdul Mutthalib Radhiyallahu anhu adalah saudara sepersusuanku.” (HR. Muslim) (Ash-Shahabah halaman 304)
? Dari Atha bin Jabir Radhiyallahu anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Penghulu para syuhada pada hari kiamat adalah Hamzah bin Abdul Muththalib.” (al-Hakim dalam Al-Mustadrak 2/130, 3/219) dalam Ash-shahabah halaman 304)
? Sa’ad bin Abi Waqqahh Radhiyallahu anhu mengatakan:
“Dahulu Hamzah bin Abdul Muththalib Radhiyallahu anhu ikut serta dalam perang Uhud; dan di depan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ia mengatakan: “Aku adalah singa Allah Azza wa Jalla.” (Shahihul Musnad Min Fadhail Ash-Shahabah hlm 187, nukilan dari al-Hakim dalam Al-Mustadrak 3/193)
? Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga pernah bersabda:
“Demi dzat yang jiwaku berada ditangan-Nya, sesungguhnya Hamzah bin `Abdul Muththalib telah ditulis di langit ke tujuh bahwa dia adalah singa Allah Azza wa Jalla dan Rasul-Nya.” (footnote kitab Ash-Shahihul Musnad Min Fadhail Ash-Shahabah halaman 187)
Kisah-Kisah Keberanian Hamzah Dalam Berperang.
Tatkala Allah Azza wa Jalla mengizinkan Rasul-Nya untuk berperang, Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam mulai mengutus para pasukan perang ke berbagai wilayah dengan tujuan tertentu. Ketika itu, panji pertama yang dibuat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah untuk Hamzah bin Abdul Mutthalib Radhiyallahu anhu. Beliau mengutusnya bersama 30 Muhajirin, untuk menghadang kafilah dagang Quraisy. Rombongan dagang itu datang dari Syam, dipimpin oleh Abu Jahal bin Hisyam dengan 300 orang Quraisy. Sampailah Hamzah dan orang-orang yang bersamanya di Saiful Bahr dari arah al-Ish. Dia bertemu dengan Abu Jahal dan para pengikutnya, dan kemudian kedua kelompok itu memilih berperang dan menghunus pedang-pedang mereka, kecuali Majdi bin Umar al-Juhani yang mempunyai hubungan erat dengan 2 kelompok itu. Ia berjalan di antara dua kelompok itu dan memisahkan mereka, sehingga perang pun tidak terjadi.” (Ash-shahabah halaman 305)
Dalam perang Badar al-Kubra, Hamzah adalah pejuang terdepan dalam mubarazah (perang tanding atau duel).
? Ali Radhiyallahu anhu berkata :
“Utbah bin rabi’ah maju, kemudian diikuti oleh anak laki-laki dan saudaranya. Ia berseru : “Siapa yang akan maju tanding?” kemudian beberapa pemuda Anshar pun meladeninya. Utbah bertanya : “Siapa kalian?” Mereka pun memberitahukan diri mereka. Lalu Utbah berkata : “Kami tidak ada urusan dengan kalian, yang kami butuhkan hanyalah kaum kami.” Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam berkata : “Berdirilah wahai Hamzah, berdirilah wahai Ali, berdirilah wahai Ubadah bin al-Harits.” Kemudian Hamzah mendatangi Utbah, aku (Ali) mendatangi Syaibah, sedangkan Ubadah dan al-Walid saling memukul 2 pukulan. Setelah kami (Ali dan Hamzah) mengalahkan musuh, lalu kami menuju al-Walid dan membunuhnya. Kami membawa Ubadah kembali ke pasukan kaum Muslimin.” Kisah ini menjelaskan bahwa Hamzah bin Abdul Mutthalib ikut berduel dalam perang Badar. (Ash-shahabah halaman 305-306)
? Kedua kelompok yang berduel itu adalah pasukan Allah Azza wa Jalla dan pasukan setan. Allah Azza wa Jalla berfirman:
هَٰذَانِ خَصْمَانِ اخْتَصَمُوا فِي رَبِّهِمْ
“Inilah dua golongan (golongan Mukmin dan golongan kafir) yang bertengkar, mereka saling bertengkar mengenai rabb mereka.” (Qs. Al-Hajj 19)
Abu Dzar Radhiyallahu anhu bersumpah bahwa ayat di atas turun berkenaan dengan orang-orang yang berduel dalam perang Badar, yaitu Hamzah, Ali, Ubaidah bin al-Harits, Utbah bin rabi’ah, Syaibah bin rabi’ah dan al-Walid bin Utbah.
Ali Radhiyallahu anhu berkata bahwa ayat di atas turun tentang orang-orang yang berduel pada saat perang Badar. (Ash-shahabah halaman 306)
Kesaksian Sahabat
Abdurrahman bin ‘Auf (salah seorang Sahabat yang dijamin masuk surga) memberikan syahadah (persaksian) bahwa Hamzah lebih baik daripada dirinya. Abdurrahman bin Auf juga mengatakan: “Hamzah telah terbunuh, padahal dia adalah orang yang lebih baik dariku, kemudian dunia dilapangkan bagi kami, atau mengatakan kami mendapatkan kesenangan dunia. Sungguh, kami takut kebaikan-kebaikan kami diberikan (di dunia-pent).” Kemudian dia menangis dan meninggalkan makanan itu.” (hlm 186, nukilan dari Bukhori 1275, dan dalam Shohihilul Musnad min Fadhail Ash-Shahabah halaman 183)
Kisah Pembunuhan Hamzah Radhiyallahu Anhu
Wahsyi (orang yang telah membunuh Hamzah Radhiyallahu anhu ) menceritakan, “Dahulu aku adalah budak Jubair bin Muth’im. Pamannya yang bernama Thuaimah bin Adi terbunuh di perang Badar (dibunuh oleh Hamzah Radhiyallahu anhu). Majikanku (Jubair) berkata kepadaku : “Jika engkau berhasil membunuh Hamzah Radhiyallahu anhu , maka engkau akan bebas.” Wahsyi berkata : “Aku dahulu adalah ahli tombak, sedikit sekali lemparan tombakku yang tidak mengenai sasaran. Aku keluar bersama beberapa orang. Ketika mereka telah bertemu, akupun mengambil tombakku dan keluar hingga melihat Hamzah Radhiyallahu anhu ada di antara orang banyak. Ia seperti unta yang berwarna keabu-abuan. Ia mengancam orang-orang dengan pedangnya dan tidak pernah melepaskan pedangnya. Demi Allah Azza wa Jalla , sesungguhnya aku telah bersiap-siap (bertarung) dengannya, dan tiba-tiba aku didahului as-Siba’ bin Abdul Uzza al-Khuzai. Tatkala Hamzah Radhiyallahu anhu melihatnya, Hamzah berkata : “Kemarilah wahai anak wanita tukang khitan.” Kemudian dia dipenggal oleh Hamzah Radhiyallahu anhu . Demi Allah Azza wa Jalla, tidak luput sabetan pada kepalanya. Aku tidak melihat sesuatu yang lebih cepat dari jatuhnya kepalanya. Kemudian akupun menggerakkan tombakku, dan ketika telah benar-benar yakin, akupun melemparkannya. Lemparanku tepat mengenai perut bagian bawahnya, hingga tembus ke antara kedua kakinya. Ia pun pergi untuk bangkit, akan tetapi tidak kuat. Kemudian aku menunggunya hingga mati, setelah itu aku berdiri di hadapannya. Aku ambil tombakku dan kemudian kembali ke pasukan dan duduk. Ketika Rasulullah menakhlukkan Mekah, aku kabur ke Thaif. Ketika utusan Thaif keluar untuk masuk Islam, aku merasa sangat berat. Aku (Wahsyi) berkata : “Aku pergi ke Syam, Yaman, dan negara-negara yang lain. Demi Allah Azza wa Jalla , sesungguhnya ketika itu aku sangat takut. Tiba-tiba ada seseorang berkata : “Demi Allah Azza wa Jalla , jika Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam hendak membunuh seseorang, orang itu segera masuk ke dalam agamanya (agar selamat).” Sehingga aku pun keluar menuju Madinah menemui Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam. Beliau bertanya, “Apakah engkau Wahsyi” Aku menjawab, “Ya” Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam berkata : “ Duduklah dan ceritakan bagaimana engkau membunuh Hamzah.” Lalu aku pun menceritakannya. Setelah itu Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam berkata : “Celaka engkau, menyingkirlah dariku. Janganlah engkau muncul di hadapan kami.” Ini menunjukkan kecintaan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam kepada pamannya, Hamzah Radhiyallahu anhu . Aku pun menjauh dari beliau hingga beliau meninggal dunia.”
? Wahsyi mengatakan :
“Tatkala kaum Muslimin keluar menuju Musailamah, aku ikut keluar dengan mereka dengan membawa tombakku yang dahulu aku gunakan untuk membunuh Hamzah Radhiyallahu anhu. Ketika kedua pasukan bertemu, aku melihat Musailamah yang membawa pedang. Demi Allah Azza wa Jalla, aku tidak tahu, tiba-tiba ada seorang Anshar yang hendak menuju kepadanya dari arah lain. Maka kami siap menuju kepadanya, hingga ketika sudah dekat aku melemparkan tombakku dan tepat mengenainya; sedangkan orang Anshar itu menyerang dengan pedangnya. Allah Azza wa Jalla lebih mengetahui siapa yang telah membunuhnya. Jika aku telah membunuhnya, sesungguhnya aku telah membunuh orang yang terbaik setelah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan aku pun juga telah membunuh orang yang paling jahat.” (Ash-shahabah halaman 309-310)
Ayat Yang Turun Tentang Hamzah Radhiyallahu Anhu, Allah Azza wa Jalla berfirman:
وَلَا تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ قُتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَمْوَاتًا ۚ بَلْ أَحْيَاءٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُونَ
“Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang terbunuh di jalan Allah Azza wa Jalla mati, bahkan mereka hidup, di sisi Allah Azza wa Jalla mereka diberi rezeki. (Qs. Ali Imran 169)
? Ibnu Abbas Radhiyallahu anhu berkata :
“Ayat ini turun berkenaan dengan Hamzah Radhiyallahu anhu dan para Sahabatnya.
? Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
“Tatkala teman-teman kalian dalam perang Uhud meninggal dunia, Allah Azza wa Jalla menjadikan ruh-ruh mereka di tenggorokan burung hijau yang ada di sungai-sungai surga, mereka makan biji-bijinya dan kembali ke pelita-pelita dari emas yang tergantung di Arsy. Ketika mereka memperoleh kesenangan dalam makan, minum dan tidur, mereka berkata : “ Siapa yang hendak menyusul kami. Kami hidup di surga dengan kenikmatan. Hendaknya mereka jangan meninggalkan jihad dan tidak mundur dalam perang.” Allah Azza wa Jalla berfirman : “Aku lebih tahu tentang mereka daripada kalian”, kemudian berfirman : “Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang terbunuh di jalan Allah Azza wa Jalla mati, bahkan mereka hidup, di sisi Allah Azza wa Jalla mereka diberi rezeki.” (Ash-shahabah halaman 307)
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam menyayangi dan merasa iba kepada Hamzah Radhiyallahu anhu tatkala perbuatan orang-orang kafir kepadanya. Anas Radhiyallahu anhu mengatakan, “Pada saat Uhud, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berdiri di hadapan jasad Hamzah Radhiyallahu anhu yang luka parah. Beliau bersabda : “Seandainya saja Shafiyah tidak menemukan jasadnya, pasti dia akan meninggalkannya hingga Allah Azza wa Jalla mengumpulkannya di perut binatang buas atau burung.” (Ash-shahabah halaman 309)
Maraji :
1. Ash-Shahabah, Syaikh Shalih bin Thaha ‘Abdul Wahid, Maktabah al-Ghuraba’, Dar al-Atsariyah, cet. Ke-1 tahun 1427H
2. Disadur dari kitab Ash-Shahihul Musnad Min Fadhailish Shahabah, Dar Ibnu Affan, karya Abu Abdillah Musthafa bin al-Adawi.
________________________
- Dari majalah As-Sunnah Edisi 08/Tahun XIII/1430H/2009M
- almanhaj.or.id