Ibnu Qayyim al-Jauziyyah rahimahullah berkata :
وَمِنِ النَّاسِ مِنْ طَبْعِهِ طَبْعَ خِنْزِيرٍ، يَمُرْ بِالطَّيِّبَاتِ فَلَا يَلْوِي عَلَيْهَا، فَإِذَا قَامَ الْإِنْسَانُ عَنْ رَجِيعِهِ قُمْهُ، وَهَذَا كَثِيرُ مِنَ النَّاسِ يَسْمَعُ مِنْكَ وَيَرَى مِنَ الْمَحَاسِنِ أَضِعَافَ أَضْعَافِ الْمَسَاوِئِ، فَلَا يَحْفَظُهَا وَلَا يَنْقُلُهَا وَلَا تَنَاسُبُهُ، فَإِذَا رَأَى سَقْطَةً أَوْ كَلِمَةُ عَوْرَاءُ وَجِدُّ بُغْيَتِهِ وَمَا يُنَاسِبُهَا، فَجُعَلَهَا فَاكِهَتَهُ وَنَقْلَهُ.
“Sebagian orang ada yang tabiatnya seperti tabiat babi; ketika melewati makanan-makanan yang baik, dia tidak tertarik. Namun, ketika seseorang selesai buang air besar, babi tersebut segera memakannya habis. Sifat seperti ini banyak dijumpai pada manusia. Ketika dia mendengar darimu berbagai kebaikan yang berkali lipat dari keburukan, dia tidak mengingatnya, tidak menceritakannya. Semua itu tidak sesuai dengan seleranya. Namun, ketika dia melihat ketergelinciran atau ucapan yang keliru, dia merasa mendapatkan keinginannya dan yang sesuai dengan seleranya. Lalu dia menjadikannya sebagai buah hidangannya dan menceritakannya ke sana kemari.”
Madarijus Salikin, jilid 1, halaman 695-696