👤 Ibnu Qayyim rahimahullah berkata :
Sesungguhnya di antara hikmah Allah Ta’ala dalam keputusan-Nya MEMILIH PARA RAJA, PEMIMPIN DAN PELINDUNG UMAT MANUSIA ADALAH SAMA DENGAN AMALAN RAKYATNYA bahkan perbuatan rakyat seakan-akan adalah cerminan dari pemimpin dan penguasa mereka.
🔴 Jika rakyat lurus, maka akan lurus juga penguasa mereka.
🔴 Jika rakyat adil, maka akan adil pula penguasa mereka.
(Namun)
🔴 Jika rakyat berbuat zholim, maka penguasa mereka akan ikut berbuat zholim.
🔴 Jika tampak tindak penipuan di tengah-tengah rakyat, maka demikian pula hal ini akan terjadi pada pemimpin mereka.
🔴 Jika rakyat menolak hak-hak Allah dan enggan memenuhinya, maka para pemimpin juga enggan melaksanakan hak-hak rakyat dan enggan menerapkannya.
🔴 Jika dalam muamalah rakyat mengambil sesuatu dari orang-orang lemah, maka pemimpin mereka akan mengambil hak yang bukan haknya dari rakyatnya serta akan membebani mereka dengan tugas yang berat.
🔴 Setiap yang rakyat ambil dari orang-orang lemah maka akan diambil pula oleh pemimpin mereka dari mereka dengan paksaan.
📝 Dengan demikian setiap amal perbuatan rakyat akan tercermin pada amalan penguasa mereka. Berdasarkah hikmah Allah, seorang pemimpin yang jahat dan keji hanyalah diangkat sebagaimana keadaan rakyatnya.
Ketika masa-masa awal Islam merupakan masa terbaik, maka demikian pula pemimpin pada saat itu. Ketika rakyat mulai rusak, maka pemimpin mereka juga akan ikut rusak.
Dengan demikian berdasarkan hikmah Allah, apabila pada zaman kita ini dipimpin oleh pemimpin seperti Mu’awiyah, Umar bin Abdul Aziz, apalagi dipimpin oleh Abu Bakar dan Umar, maka tentu pemimpin kita itu sesuai dengan keadaan kita. Begitu pula pemimpin orang-orang sebelum kita tersebut akan sesuai dengan kondisi rakyat pada saat itu. Masing-masing dari kedua hal tersebut merupakan konsekuensi dan tuntunan hikmah Allah Ta’ala.”
- Miftah Daaris Sa’adah, 2 : 177-178
_____________________________
📌 Saudaraku, oleh karena itu, untuk mengubah keadaan kaum muslimin menjadi lebih baik, maka hendaklah SETIAP ORANG mengoreksi dan mengubah dirinya sendiri terlebih dahulu, bukan mengubah penguasa yang ada. Hendaklah setiap orang mengubah dirinya yaitu dengan memperbaiki aqidah, ibadah, akhlak dan muamalahnya. Renungkanlah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala :
إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ
“Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” (Qs. Ar Ra’du 11)
__________________________
- Abdullah bin Suyitno (عبدالله بن صيتن)