Khutbah Pertama
الْحَمْدُ لِلَّهِ الرَّؤُوفِ الرَّحِيمِ، الْبِرِّ الْجَوَادِ الْكَرِيمِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ الْمَلِكُ الْعَظِيمُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ الْهَادِي إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ، اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ فِي كُلِّ أَمْرٍ قَوِيمٍ.
Amma ba’du:
Ma’asyirol Muslimin, sidang jama’ah jum’at yang Allah muliakan..
Dari mimbar yang mulia ini, khatib kembali mewasiatkan diri pribadi yang penuh dengan kekurangan ini, dan juga kepada seluruh jama’ah untuk senantiasa bertakwa kepada Allah Suhanahu wa Ta’ala, dengan menunaikan hak-hak-Nya dan hak-hak hamba-Nya. Karena dengan menjaga hak Allah dan sesama makhluk seseorang dikatakan berperangai baik, dan keimanannya dianggap sempurna.
Rasulullah ﷺ bersabda:
أَكْمَلَ الْمُؤْمِنِينَ إِيمَانًا أَحْسَنَهُمْ خَلْقًا
“Orang yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya.” (HR. Abu Dawud, no. 4682)
Maka, pergaulilah sesama manusia dengan akhlak yang indah.
Bersikaplah rendah hati kepada siapa pun, baik dalam urusan besar maupun kecil.
Tanamkan dalam hati tekad untuk mencintai seluruh kaum Muslimin.
Jadikan cinta itu sebagai jalan untuk mendekat kepada Allah ‘Azza wa Jalla.
Sidang jama’ah jumat yang berbahagia..
Berusahalah dengan penuh kesungguhan untuk menjaga dan merawat cinta itu.
Singkirkan segala hal yang bisa merusaknya, seperti perasaan benci, iri, dan dengki.
Lakukan apa saja yang bisa yang menumbuhkan kasih sayang dan menyatukan hati.
Anggaplah sesama mukmin sebagai saudara yang sejati, teman dalam kebaikan, dan sahabat dalam segala urusan.
Jika suatu saat kita mendapati ada rasa tak nyaman terhadap sesama Muslim, segeralah bersihkan hati itu. Mohonlah kepada Allah agar tidak menanamkan kebencian dalam dada kita terhadap orang-orang beriman. Dengan itu, semoga rahmat-Nya tercurah kepada kita.
إِنَّمَا ٱلۡمُؤۡمِنُونَ إِخۡوَةٞ فَأَصۡلِحُواْ بَيۡنَ أَخَوَيۡكُمۡۚ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَ لَعَلَّكُمۡ تُرۡحَمُونَ
“Sesungguhnya orang-orang beriman itu bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu (yang berselisih) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat.” (QS. Al-Hujurat: 10)
Ma’asyirol muslimin wa zumrotal mu’minin..
Berikan cinta dan penghormatan yang lebih kepada mereka yang memiliki andil lebih besar kepada Islam, seperti para ulama, pemimpin yang adil, dan para ahli ibadah yang dituakan. Karena mencintai mereka adalah bagian dari kesempurnaan cinta kepada Allah, sesuai dengan kedudukan dan jasa mereka.
Siapkanlah hati kita untuk menghadapi perlakuan buruk dari manusia, dan berusahalah tidak membalas kecuali dengan kebaikan.
Sungguh, di antara tanda akhlak yang mulia adalah: engkau memberi kepada yang tidak memberimu, memaafkan yang menzalimimu, dan tetap berbuat baik kepada orang yang membencimu.
Ingatlah, bahwa balasan itu sepadan dengan perbuatan.
Siapa yang memaafkan hamba-hamba Allah, Allah pun akan memaafkannya.
Siapa yang memudahkan urusan mereka, Allah akan memudahkan jalannya.
Dan siapa yang menutupi aib mereka, Allah akan menutupi aibnya.
Sidang jama’ah jumat yang Allah muliakan..
Perlakukanlah orang yang lebih tua seperti orang tua kita sendiri, yang lebih muda seperti anak kita sendiri, dan yang sebaya seperti saudara kita sendiri.
Berbicaralah kepada setiap orang sesuai dengan keadaannya: kepada ulama dan para ustadz dengan semangat belajar, kepada orang awam dengan lemah lembut dan bimbingan, kepada anak-anak dengan kelembutan, kepada orang miskin dengan kasih sayang, dan kepada teman sebaya dengan adab dan sopan santun.
لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لِأَخِيهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ
“Tidaklah salah seorang dari kalian benar-benar beriman, sampai ia mencintai untuk saudaranya apa yang ia cintai untuk dirinya sendiri.” (HR. Bukhari, no. 13 dan Muslim, no. 45)
Inilah spirit muslim sejati, hadir sebagai sumber kebaikan di manapun dan kapanpun.
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لانفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِي الْأَمْرِ
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauh dari sekitarmu. Maka maafkanlah mereka, mohonkan ampun untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu.” (QS. Ali Imran: 159)
بَارَكَ اللَّهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيهِ مِنْ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيمِ. أَقُولُ قَوْلِي هَذَا فَاسْتَغْفِرُوهُ إِنَّهُ هُوَ الْعَفُورُ الرَّحِيمُ
Khutbah Kedua
الْحَمْدُ لِلَّهِ الْفَتَّاحِ الْعَلِيمِ، الْمَلِكِ الْعَظِيمِ، الرَّبِّ الْحَكِيمِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، الْبَرُّ الرَّحِيمُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ الَّذِي قَالَ اللَّهُ فِيهِ: ﴿وَإِنَّكَ لَعَلَى خُلُقٍ عَظِيمٍ﴾ اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلَّمْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ فِي هَدْيِهِمْ الْقَوِيمِ
Ma’asyirol muslimin, sidang jama’ah Jumat yang Allah rahmati..
وَتَعَاوَنُواْ عَلَى ٱلۡبِرِّ وَٱلتَّقۡوَىٰۖ وَلَا تَعَاوَنُواْ عَلَى ٱلۡإِثۡمِ وَٱلۡعُدۡوَٰنِۚ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَۖ إِنَّ ٱللَّهَ شَدِيدُ ٱلۡعِقَابِ
“Dan tolong-menolonglah kalian dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan janganlah tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan. Bertakwalah kepada Allah, sungguh, Allah sangat berat siksa-Nya.” (QS. Al-Maidah: 2)
Rasulullah ﷺ bersabda:
إِنَّ لِهَذَا الْخَيْرِ خَزَائِنَ, وَلِتِلْكِ الْخَزَائِنِ مَفَاتِيحُ, فَطُوبَى لِعَبْدٍ جَعَلَهُ اللَّهُ مِفْتَاحًا لِلْخَيْرِ مِغْلَاقًا لِلشَّرِّ, وَوَيْلٌ لِعَبْدٍ جَعَلَهُ اللَّهُ مِفْتَاحًا لِلشَّرِّ مِغْلَاقًا لِلْخَيْرِ
“Sesungguhnya kebaikan itu memiliki gudang-gudang, dan bagi gudang-gudang itu ada kunci-kuncinya. Maka beruntunglah seorang hamba yang Allah jadikan sebagai kunci pembuka kebaikan dan penutup keburukan. Dan celakalah seorang hamba yang Allah jadikan sebagai kunci pembuka keburukan dan penutup kebaikan.” (HR. Ibnu Majah, no. 238)
Dengan standar inilah Rasulullah ﷺ menilai manusia: siapa yang membawa manfaat, dan siapa yang membawa kerusakan. Maka jadilah orang-orang yang membuka pintu-pintu kebaikan dan menutup jalan bagi keburukan dan bencana.
Siapa di antara kita yang tulus karena Allah, senang memberi nasihat, dan selalu berusaha menghadirkan manfaat semampunya, dialah hamba yang menjadi kunci kebaikan dan pemilik kebahagiaan sejati. Sebaliknya, siapa yang menjadi penghalang kebaikan dan penyebab kerusakan, maka dialah kunci keburukan dan sumber kesengsaraan yang penuh beban.
Sidang jama’ah jumat yang Allah muliakan..
Ada orang yang ketika berkumpul, mengajak pada hal-hal yang memperbaiki urusan agama dan dunia. Tapi ada juga yang hadir justru untuk menyibukkan orang lain dengan perkara yang sia-sia, bahkan merusak.
Ada yang mempersatukan hati dan menyambung silaturahmi, dan ada pula yang menyulut api perpecahan dan fitnah.
Ada yang berusaha menghapus kebencian dari hati sesama, dan ada pula yang justru menambahnya.
Ada yang mendorong untuk bersikap dermawan, lembut, dan ikhlas, dan ada pula yang menanamkan sifat pelit, keras, dan kasar.
Ada yang menyebarkan kebaikan dengan ucapan, tindakan, dan harta, dan ada pula yang tidak dikenal kebaikannya sama sekali, keadaannya begitu buruk hingga tak pantas ditiru.
Ada majelis yang penuh dengan ghibah dan adu domba, dan ada pula majelis yang bersih dari itu semua dan penuh manfaat.
Ada orang yang ketika kita melihat wajahnya, kita kembali ingat kepada Allah. Kata-katanya dan sikapnya mengajak kita pada ketaatan.
Tapi ada juga yang kehadirannya justru memadamkan semangat ibadah kita, dan pengaruhnya membuat hati semakin jauh dari Allah Ta’ala.
Maha Suci Allah yang menciptakan perbedaan besar antara satu hamba dan yang lain.
Ada yang mulia di sisi Allah dan manusia, ada pula yang hina.
Ada yang kehadirannya membawa berkah bagi orang-orang di sekitarnya, dan ada pula yang menjadi beban dan sumber segala perangai buruk.
Ada yang menjadi pembuka jalan-jalan kebaikan dan ketakwaan, dan ada pula yang membuka pintu-pintu kerusakan dan bencana.
Ada yang amanah terhadap kehormatan, jiwa, dan harta orang lain, dan ada pula yang khianat dan tak bisa dipercaya dalam keadaan apa pun.
Ada yang lisan dan tangannya tidak pernah menyakiti orang lain, dan ada pula yang siapa pun yang dekat dengannya akan tersakiti, bahkan keluarganya sendiri. Na’udzubillah.
كَذَٰلِكَ يَضۡرِبُ ٱللَّهُ ٱلۡحَقَّ وَٱلۡبَٰطِلَۚ فَأَمَّا ٱلزَّبَدُ فَيَذۡهَبُ جُفَآءٗۖ وَأَمَّا مَا يَنفَعُ ٱلنَّاسَ فَيَمۡكُثُ فِي ٱلۡأَرۡضِۚ كَذَٰلِكَ يَضۡرِبُ ٱللَّهُ ٱلۡأَمۡثَالَ
“Demikianlah Allah membuat perumpamaan (tentang) yang benar dan yang batil. Adapun buih, akan hilang sebagai sesuatu yang tidak ada gunanya; tetapi yang bermanfaat bagi manusia, akan tetap ada di bumi. Demikianlah Allah membuat perumpamaan.” (QS. Ar-Ra’d: 17)
Semoga Allah melindungi kita semua dari akhlak, perbuatan, dan hawa nafsu yang buruk.
Dan semoga Allah menjadikan kita semua insan pembuka pintu kebaikan, penutup keburukan, di manapun dan kapanpun kita berada.
أَيُّهَا الْمُؤْمِنُونَ، إِنَّ اللَّهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيهِ بِنَفْسِهِ، وَثَنَّى بِمَلَائِكَتِهِ الْمُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ، وَأَيُّهُ بِكُمْ أَيُّهَا الْمُؤْمِنُونَ مِنْ جِنِّهِ وَإِنْسِهِ، فَقَالَ عَزَّ وَجَلَّ: ﴿إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا﴾، اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى عَبْدِكَ وَرَسُولِكَ مُحَمَّدٍ، وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنْ خُلَفَائِهِ الرَّاشِدِينَ، أَبِي بَكْرٍ، وَعُمَرَ، وَعُثْمَانَ، وَعَلِيٍّ، وَعَنْ سَائِرِ الصَّحَابَةِ أَجْمَعِينَ، وَعَنِ التَّابِعِينَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ، وَعَنَّا مَعَهُمْ بِمِنِّكَ وَكَرَمِكَ يَا أَكْرَمَ الْأَكْرَمِينَ.
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ، وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا لِلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَؤُوفٌ رَحِيمٌ.
اللَّهُمَّ أَعِزَّ الْإِسْلَامِ وَالْمُسْلِمِينَ، وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَالْمُشْرِكِينَ، وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّينِ، وَاحْمِ حَوْزَةَ الْإِسْلَامِ، وَاجْعَلْ هَذَا الْبَلَدَ آمِنًاً مُطْمَئِنًا وَسَائِرَ بِلَادِ الْمُسْلِمِينَ.
اللَّهُمَّ أَصْلِحْ أَحْوَالَ الْمُسْلِمِينَ فِي كُلِّ مَكَانٍ، وَاجْمَعْ كَلِمَتَهُمْ عَلَى الْحَقِّ يَا رَبَّ الْعَالَمِينَ.
اللَّهُمَّ اجْعَلْنَا مَفَاتِيحَ لِلْخَيْرِ مَغَالِيقَ لِلشَّرِّ، وَاجْعَلْنَا مُبَارَكِينَ أَيْنَمَا كُنَّا، وَأَصْلِحْ وُلَاةَ أُمُورِنَا وَوَفِّقْهُمْ لِمَا تُحِبُّ وَتَرْضَى، وَقَرِّبْ إِلَيْهِمْ الْبِطَانَةَ الصَّالِحَةَ، وَجَنِّبْهُمْ بِطَانَةَ السُّوءِ.
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
عِبَادَ اللَّهِ، إِنَّ ٱلِلَّهَ يَأْۡمُرُ بِٱلِۡعَدْۡلِ وَٱلِۡإِحْۡسَٰنِ وَإِيتَآيِٕ ذِي ٱلِۡقُرْۡبَىٰ وَيَنْۡهَىَٰ عَنِ ٱلِۡفَحْۡشَآءِ وَٱلِۡمُنْكَرِ وَٱلِۡبَغٍّۡيِۚ يَعِظُكُمْۡ لَعَلَّكُمْۡ تَذَكَّرُونَ.
فَاذْكُرُوا اللَّهَ الْعَظِيمَ الْجَلِيلَ يُذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلِذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ، وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ. أَقِمِ الصَّلَاةَ..
(Terinspirasi dari Khutbah Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di dalam kitabnya, Al-Fawakih Asy-Syahiyyah, hlm. 113-117)