PERTANYAAN :
Maaf Ustadz, mohon penjelasan ttg hadits dibawah ini :
عَن ْ ابْنِ عُمَرَ ، أَن َّ رَسُوْ لَ اللهِ قَالَ : اللَّھُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي شَامِنَا وَ فِي یَمَنِنَا، قَالَ ، قَالُوا: وَ فِي نَج ْ دِنَا یَارَ سُوْ لَ اللهِ، قَالَ، قَالَ : اللَّھُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي شَامِنَاوَ فِي یَمَنِنَا، قَالَ ، قَالُوا: وَ فِي نَج ْ دِنَا یَا رَ سُو ْ لَ اللهِ،قَالَ، قَالَ : ھُنَاكَ الزَّلاَزِلُ ( وَ الْفِتَن ُ ، وَ بِھَا یَطْلُعُ قَرْ ن ُ الشَّیْطَانِ . رواه البخاري (979 (والترمذي (3888 (وأحمد (5715
“Dari Ibn Umar, bahwa Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam bersabda: “Ya Allah, berkahilah Syam dan Yaman bagi kami.” Mereka memohon: “Najd kami lagi wahai Rasulullah, doakan berkah.” Beliau menjawab: “Ya Allah berkahilah Syam dan Yaman bagi kami.” Mereka memohon: “Najd kami lagi wahai Rasulullah, doakan berkah.” Beliau menjawab: “Di Najd itu tempatnya segala kegoncangan dan berbagai macam fitnah. Dan di sana akan lahir tanduk (generasi pengikut) syetan.” Hadits ini diriwayatkan oleh al-Bukhari (979), al-Tirmidzi (3888) dan Ahmad (5715). terimakasih..
JAWABAN :
Hehe.. Nt Pemerhati syuhbat rupanya..
Ala kulli haal, banyak orang yg memahami hadits ini dengan pemahaman keliru. Mereka mengira bahwa ‘Nejed’ yang dimaksud para sahabat adalah ‘nejed’ yg dikenal sekarang sebagai salah satu wilayah Saudi, demikian pula dengan ‘Yaman’, dikira sebagai negara Yaman yg ada sekarang. Lha memangnya zaman dahulu sudah ada batas-batas geografi kaya’ begitu? Yg dimaksud ‘yaman’ adalah wilayah di selatan Mekkah secara umum, artinya lebih luas daripada negeri yaman yg ada sekarang. Makanya, sisi ka’bah yg menghadap ke selatan dinamakan Rukun Yamani, sedangkan yg menghadap ke utara dinamakan Rukun Syami. Adapun negeri Syam itu sendiri, maka sekarang mencakup empat negara, yaitu Suriah, Yordania, Lebanon, dan Palestina. Adapun Nejed dlm hadits di atas, maka maksudnya adalah ‘al masyriq’ (wilayah timur) yg sering disebut dengan ‘iraq’. karenanya, dlm Fathul Baari (13/46-47) Ibnu Hajar mentakhrij hadits ini dari berbagai jalur, yang beberapa di antaranya menunjukkan bahwa Nabi mengarahkan tangannya ke ‘al masyriq’ (wilayah timur), sbgmn dlm lafazh Muslim dan yang lainnya. Kemudian Ibnu Hajar menyebutkan riwayat berikut:
(فتح الباري – ابن حجر (13 /46
ولمسلم من روایة عكرمة بن عمار عن سالم سمعت بن عمر یقول سمعت رسول الله صلى الله علیھ و سلم یشیر بیده نحو المشرق ویقول ھا ان الفتنة ھا ھنا ثلاثا حیث یطلع قرن الشیطان ولھ من طریق حنظلة عن سالم مثلھ لكن قال ان الفتنة ھا ھنا ثلاثا ولھ من طریق فضیل بن غزوان سمعت سالم بن عبد الله بن عمر یقول یا أھل العراق ما أسألكم عن الصغیرة وأركبكم الكبیرة سمعت أبي یقول سمعت رسول الله صلى الله علیھ و سلم یقول ان الفتنة تجيء من ھا ھنا وأومأ بیده نحو المشرق من حیث یطلع قرنا الشیطان
Muslim meriwayatkan dari jalur Ikrimah bin Ammar, dari Salim (bin Abdillah bin Umar), katanya: Aku mendengar Ibnu Umar berkata: Aku mendengar Rasulullah bersabda sambil menunjuk ke wilayah timur (al masyriq): Fitnah itu dari sini (3x), tempat munculnya tanduk setan. Muslim juga meriwayatkan dari jalur Hanzhalah, dari Salim dengan lafazh: “Sesungguhnya, fitnah itu dari sini (3x)”. Muslim juga meriwayatkan dari jalur Fudhail bin Ghazwan, katanya: Aku mendengar Salim bin Abdillah bin Umar mengatakan: “Wahai penduduk Irak, kalian demikian antusias menanyakan masalah yg sepele, namun sangat berani melakukan dosa besar”, aku mendengar dari ayahku (Abdullah bin Umar) yang mengatakan: Aku mendengar Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya, fitnah akan datang dari sini, -sambil menunjuk ke arah timur-, tempat munculnya dua tanduk setan”. Al Muhallab (salah seorang pensyarah shahih Bukhari) mengatakan: “Nabi mengatakan hal tsb bagi wilayah timur, agar penduduknya menahan diri dari kejahatan, karena memang kejahatan banyak muncul dari wilayah mereka akibat fitnah-fitnah yang dikuasai oleh setan”. ulama yg lain mengatakan: “Dahulu, warga masyriq adalah orang-orang kafir. Karenanya, Nabi mengabarkan bahwa fitnah akan muncul dari sana, dan ternyata memang benar. Fitnah yg pertama memang berasal dari mereka, sehingga menyebabkan perpecahan kaum muslimin, dan hal ini disukai oleh setan (ini ucapan ulama yg dinukil oleh Al Hafizh ibnu Hajar, yang wafat th 852 H, yakni sekitar 3 abad sebelum munculnya dakwah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab!! .
Demikian pula berbagai bid’ah, juga tumbuh dari arah sana. Al Khattabi mengatakan: “Nejed adalah bagian dari wilayah timur. Bagi warga Madinah, nejed mereka adalah ‘baadiyatul iraq’ (gurun Irak) dan sekitarnya, itulah wilayah timurnya warga Madinah. Nejed sendiri adalah istilah bagi dataran tinggi, lawan dari ‘ghaur’ yg merupakan istilah bagi dataran rendah. Seluruh wilayah “Tihamah” termasuk ‘ghaur’, dan Mekkah adalah bagian dari Tihamah [..]
Jadi, seluruh dataran tinggi dinamakan “Nejed” secara bahasa. Ini pengertian Nejed yg dimaksud oleh para salaf, yaitu wilayah Masyriq yg cakupannya lebih luas dari Nejed yg berada di Saudi saat ini, karena meliputi sebagian wilayah Irak. Sejarah pun membuktikan bahwa berbagai fitnah justru keluar/muncul dari wilayah Irak, seperti fitnah dan bid’ahnya Khawarij di zaman Ali bin Abi Thalib, demikian pula Rafidhah, Mu’tazilah, Qadariyyah, dll. Semuanya muncul dari Irak, bukan dari Nejed yg sekarang berada di Saudi. Lagi pula, suatu daerah tidaklah dicela karena semata-mata lokasinya; tapi karena tingkah laku penduduknya. Contoh, Mekkah sebelum ditaklukkan oleh Rasulullah adalah Daarul Kufr/Daarul Harb karena penduduknya memerangi beliau dan syirik masih berkuasa di sana, meskipun Mekkah adalah bumi Allah yg paling dicintai-Nya. Demikian pula wilayah2 lainnya, tidaklah dipuji dan dicela kecuali karena kondisi warganya. Iran di masa para salaf merupakan gudangnya para ulama, namun hari ini adalah gudang kekufuran. Demikian pula Irak, Nejed, dan wilayah-wilayah lainnya. Bahkan Nejed saudi sebelum munculnya dakwah tauhid yang dipelopori oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab, merupakan sarang berbagai bid’ah, syirik, dan khurafat. Bahkan kondisi masyarakatnya lebih parah dari masyarakat jahiliyah di zaman Nabi. Sampai akhirnya bersih dari itu semua setelah tersebarnya dakwah tauhid. Jadi, yg dicela atau dipuji sebenarnya adalah kondisi warga suatu daerah, bukan tanah dan buminya semata. Meskipun ada sebagian wilayah yg lebih afdhal dari wilayah lain, seperti Al Haramain, Yaman, Syam, dll. Mereka yang kehabisan dalil untuk menghadapi kebenaran dakwah tauhid, selalu menempuh cara-cara yg tidak ilmiah dan memelintir hadits-hadits sesuai hawa nafsu mereka. salah satunya adalah hadits ini… padahal realita dan sejarah bertentangan dengan penafsiran mereka 180 derajat.
___________________________
- Ustadz Dr. Sufyan Baswedan Lc, MA
- 25 Rabbi’ul Awwal 1432 H / 1 Maret 2011