Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah berkata:
.
يجب على الإنسان أن يتثبت فيما يقول ويتثبت فيمن ينقل إليه الخـبر ، هل هو ثقة ، أو غير ثقة
.
Wajib bagi setiap orang untuk memastikan suatu berita yang akan dia ucapkan. Wajib baginya untuk tatsabbut (memastikan) dari siapa dia menukilkan berita. Apakah berita itu datang dari orang yang tsiqah (terpercaya) atau bukan orang yang tsiqah.
.
.
Sebagaimana firman Allah subhanahu wa ta’ala,
.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَنْ تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَىٰ مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ
.
“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepada kalian orang fasik membawa suatu berita, periksalah dengan teliti agar kalian tidak menimpakan musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kalian menyesal atas perbuatanmu itu.” (QS al-Hujurat 6)
.
ولاسيما إذا كثرت الأهواء وصار الـناس يتخبّطـون ويكثرون من الـقيل والـقال بلا تثبت ولا بيّنة ، فإنه يكون الـتثبت أشد وجوبـًا ، حتى لا يقع الإنسان في المهلـكة
.
Terlebih lagi jika hawa nafsu semakin berkecamuk, dan manusia sibuk dengan ‘katanya dan katanya’ tanpa ada tatsabbut dan tabayyun. Oleh karena itu, pada saat-saat tersebut, tatsabbut semakin wajib hukumnya, supaya manusia tidak terjerumus dalam kebinasaan.”
.
____________
.
Syarh Riyadhus Shalihin, 6/187