Meraih Kebahagian Sejati

Khutbah Pertama

الْحَمْدُ لِلَّهِ الرَّبِّ الْغَفُورِ، الْعَفُوِّ الرَّؤُوفِ الشَّكُورِ، الَّذِي وَفَّقَ مَنْ شَاءَ مِنْ عِبَادِهِ لِتَحْصِيلِ الْمَكَاسِبِ وَالْأُجُورِ، وَجَعَلَ شُغْلَهُمْ بِتَحْقِيقِ الْإِيمَانِ وَالْعَمَلِ الصَّالِحِ، يَرْجُونَ تِجَارَةً لَنْ تَبُورَ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، الَّذِي بِيَدِهِ تَصَارِيفُ الْأُمُورِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، أَفْضَلُ آمِرٍ وَأَجَلُّ مَأْمُورٍ، اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِينَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الْبَعْثِ وَالنُّشُورِ. أَمَّا بَعْدُ؛

Ma’asyirol muslimin, sidang jama’ah jum’at yang Allah muliakan…
Tiada wasiat yang lebih baik untuk senantiasa diulang-ulang melebihi wasiat takwa, karena Allah Ta’ala menjanjikan kepada siapa saja yang bertakwa jalan keluar dari setiap kesulitan, dan rezeki dari arah yang tak pernah ia sangka-sangka. Sebagaimana firman-Nya:

وَمَن یَتَّقِ ٱللَّهَ یَجۡعَل لَّهُۥ مَخۡرَجࣰا ۝ وَیَرۡزُقۡهُ مِنۡ حَیۡثُ لَا یَحۡتَسِبُۚ

“Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya, dan Dia memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya.” (QS. At-Thalaq: 2–3)

Ikhwatal Iman…
Sesungguhnya ketenangan hati, hilangnya beban pikiran dan kesedihan, adalah dambaan setiap insan.
Itulah yang menjadikan hidup terasa nikmat dan penuh kebahagiaan.
Namun, semua itu tidak datang begitu saja. Ada sebab-sebabnya, baik sebab yang bersifat agama, alami, maupun tindakan nyata. Dan ketiganya, tak akan bisa berkumpul dengan sempurna kecuali pada diri orang-orang yang beriman.

Adapun selain orang yang beriman, meskipun sebagian dari sebab-sebab itu bisa mereka raih dengan usaha dan kecerdasan, tetap saja mereka kehilangan bagian terpentingnya.

Di antara manusia ada yang mendapatkan banyak dari sebab-sebab kebahagiaan itu, hingga ia pun hidup dengan tenang dan sejahtera.
Ada pula yang gagal total, lalu hidup dalam kesengsaraan.
Dan ada juga yang berada di antara keduanya, sesuai dengan kadar taufik dan petunjuk yang Allah berikan kepadanya.

Saudaraku seiman…
Sesungguhnya sebab terbesar untuk mendapatkan kebahagiaan sejati dan hakiki adalah: iman dan amal shalih. Allah Ta’ala berfirman:

مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِّن ذَكَرٍ أَوْ أُنثَىٰ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُم بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

“Barangsiapa mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik, dan akan Kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. An-Nahl: 97)

Allah menjanjikan kepada siapa yang menggabungkan antara iman dan amal shalih:
akan diberikan kehidupan yang baik di dunia ini, dan balasan terbaik di dunia dan akhirat.

Mengapa bisa begitu?
Karena orang-orang beriman yang benar-benar beriman, yang imannya membuahkan amal shalih dan memperbaiki hati, akhlak, serta urusan dunia dan akhirat, mereka memiliki prinsip dan landasan kokoh yang menjadikan mereka siap menghadapi segala sesuatu; baik yang membahagiakan maupun yang menyedihkan.

Ketika orang beriman mendapatkan nikmat dan kebahagiaan, ia menyambutnya dengan syukur, memanfaatkannya untuk berbuat kebaikan, dan berharap akan keberkahan serta pahala dari syukurnya. Maka kebahagiaan yang ia rasakan bukan hanya dari nikmat itu sendiri, tapi juga dari harapan pahala dan berkah yang menyertainya.

Sebaliknya, ketika ditimpa musibah, kesedihan, atau penderitaan, orang beriman menghadapinya dengan dua kekuatan: adaptasi dan kesabaran.
Ia beradaptasi dengan keadaan semampunya, mengurangi beban sebisanya, dan bersabar atas apa yang tidak bisa dihindari.
Dari sinilah ia mendapatkan kekuatan, pengalaman, pahala, dan keutamaan besar yang menghapus kesedihan dan menggantikannya dengan harapan dan ketenangan.

Rasulullah ﷺ bersabda:

عَجَبًا لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ، إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ، وَلَيْسَ ذَاكَ لِأَحَدٍ إِلَّا لِلْمُؤْمِنِ، إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ، فَكَانَ خَيْرًا لَهُ، وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ، صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ

“Sungguh menakjubkan keadaan seorang mukmin! Segala urusannya adalah kebaikan. Jika mendapat nikmat, ia bersyukur, dan itu baik baginya. Jika ditimpa musibah, ia bersabar, dan itu pun baik baginya. Dan hal itu tidak dimiliki oleh siapa pun kecuali oleh orang beriman.” (HR. Muslim, no. 2999)

Perhatikanlah sidang jama’ah jum’at yang Allah muliakan…
Dua orang bisa saja menghadapi ujian yang sama, misalnya sakit atau kesempitan hidup, namun sikap dan dampaknya bisa sangat berbeda, tergantung pada iman dan amal yang mereka miliki.

Orang beriman, ketika diuji dengan penyakit atau kemiskinan, ia tetap tenang.
Dengan keimanannya dan sikap qana’ah, ia merasa cukup dan tidak menuntut apa yang bukan bagian rezekinya.
Ia memandang ke bawah, bukan ke atas.
Bahkan, bisa jadi rasa bahagia dan damainya melebihi orang-orang yang bergelimang harta, tetapi hatinya tidak pernah puas.

Sebaliknya, orang yang tidak dibimbing oleh keimanan, jika kehilangan sebagian kenikmatan dunia, ia hidup dalam penderitaan, gelisah, dan murung.
Semua ini bisa kita lihat dan saksikan sendiri.

Ma’asyirol muslimin wa zumrotal mu’minin…
Di antara sebab yang sangat ampuh mengusir kegelisahan dan kesedihan adalah:
berbuat baik kepada sesama manusia, baik dengan ucapan, perbuatan, ataupun berbagai bentuk kebaikan lainnya.
Setiap kebaikan akan mengundang kebaikan lainnya dan menolak keburukan.
Dan ini berlaku bagi siapa saja, baik orang beriman maupun tidak.
Namun bagi orang beriman, pahala dan manfaatnya jauh lebih besar, karena ia melakukannya dengan niat ikhlas dan mengharap ridha Allah.

Dengan keikhlasan itu, Allah akan mudahkan ia untuk berbuat baik, meringankan beban orang lain, dan pada saat yang sama Allah ringankan pula kesulitannya sendiri.
Allah berfirman:

لَا خَيْرَ فِي كَثِيرٍ مِّن نَّجْوَاهُمْ إِلَّا مَنْ أَمَرَ بِصَدَقَةٍ أَوْ مَعْرُوفٍ أَوْ إِصْلَاحٍۢ بَيْنَ ٱلنَّاسِۚ وَمَن يَفْعَلْ ذَٰلِكَ ٱبْتِغَآءَ مَرْضَاتِ ٱللَّهِ فَسَوْفَ نُؤْتِيهِ أَجْرًا عَظِيمًا

“Tidak ada kebaikan dari banyak pembicaraan rahasia mereka, kecuali pembicaraan rahasia dari orang yang menyuruh (orang) bersedekah, atau berbuat kebaikan, atau mengadakan perdamaian di antara manusia. Barang siapa berbuat demikian karena mencari keridaan Allah, maka kelak Kami akan memberinya pahala yang besar.” (QS. An-Nisa: 114)

Allah memberitakan bahwa siapa saja yang melakukan kebaikan karena mengharap ridha-Nya, maka ia akan diberi balasan yang besar.
Dan di antara bentuk balasan besar itu adalah: hilangnya kegelisahan, kesedihan, dan beban hidup.

Hal ini juga terbukti dalam kehidupan nyata:
Betapa dada kita terasa lapang dan hati kita terasa senang ketika bisa membantu orang yang lapar, memberi pakaian pada yang kekurangan, atau meringankan beban mereka.

Rasulullah ﷺ bersabda:

مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا، نَفَّسَ اللَّهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ، يَسَّرَ اللَّهُ عَلَيْهِ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ، وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا، سَتَرَهُ اللَّهُ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ، وَاَللَّهُ فِي عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيهِ.

“Barang siapa melepaskan satu kesusahan dari seorang mukmin di dunia, Allah akan melepaskan satu kesusahannya di Hari Kiamat. Barang siapa memudahkan orang yang kesulitan, Allah akan memudahkannya di dunia dan akhirat. Barang siapa menutupi aib seorang Muslim, Allah akan menutup aibnya di dunia dan akhirat. Dan Allah senantiasa menolong hamba-Nya selama hamba itu menolong saudaranya.” (HR. Muslim, no. 2699)

بَارَكَ اللَّهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيهِ مِنْ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيمِ. أَقُولُ قَوْلِي هَذَا فَاسْتَغْفِرُوهُ إِنَّهُ هُوَ الْعَفُورُ الرَّحِيمُ

Khutbah Kedua

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي شَرَحَ صُدُورَ الْمُوَفَّقِينَ بِأَلْطَافِ بِرِّهِ وَآلَائِهِ، وَنُورِ بَصَائِرِهِمْ بِمُشَاهَدَةِ حُكْمِ شَرْعِهِ وَبَدِيعِ صُنْعِهِ وَمُحْكَمِ آيَاتِهِ، وَأَلْهَمَهُمْ كَلِمَةَ التَّقْوَى، وَكَانُوا أَحَقَّ بِهَا وَأَهْلَهَا، فَسُبْحَانَهُ مَنْ إِلٰهٌ عَظِيمٌ، وَتَبَارَكَ مَنْ رَبٌّ وَاسِعٌٍ كَرِيمٌ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، فِي أَسْمَائِهِ، وَصِفَاتِهِ، وَأَفْعَالِهِ، وَخَيْرَاتِهِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، أَشْرَفُ رُسُلِهِ وَخَيْرُ بِرَيَّاتِهِ، اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ فِي غَدَوَاتِ الدَّهْرِ وَرَوْحَاتِهِ.

Ma’asyirol muslimin wa zumrotal mu’minin…
Bertakwalah kepada Allah ‘Azza wa Jalla, karena takwa adalah sebab keberuntungan dan keberhasilan. Allah berfirman:

وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ لَعَلَّكُمۡ تُفۡلِحُونَ

“Bertakwalah kepada Allah agar kalian beruntung.” (QS. Al-Baqarah: 189)

Ummatal Islam…
Di antara sebab terbesar yang membuat hati lapang dan jiwa menjadi tenteram adalah memperbanyak dzikir mengingat Allah. Sebab dzikir memiliki pengaruh luar biasa dalam menenangkan hati, melapangkan dada, dan menghilangkan kesedihan serta kegundahan. Allah Ta’ala berfirman:

أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ

“Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar-Ra’d: 28)

Begitu pula, membicarakan dan menyadari nikmat-nikmat Allah, baik yang tampak maupun yang tersembunyi: adalah sebab hilangnya gundah dan galau dalam hati. Ketika seorang hamba mengenali nikmat Rabb-nya dan menyebut-nyebutnya, maka hal itu akan mendorongnya bersyukur. Dan syukur adalah kedudukan yang tinggi dan mulia, bahkan jikalau seorang hamba sedang berada dalam kondisi miskin, sakit, atau ditimpa musibah lainnya, maka jika dia mencoba membandingkan antara nikmat-nikmat Allah yang tidak terhitung jumlahnya dengan musibah yang menimpanya yang tidak disukainya, niscaya jumlah musibah itu tidak ada bandingannya dengan lautan nikmat yang telah Allah berikan.

Bahkan musibah itu, jika ia sikapi dengan sabar, ridha, dan tunduk kepada takdir, maka rasa sakitnya menjadi hilang, bebannya terasa lebih ringan, dan ketika ia mengingat pahala dan balasan besar di balik ujian itu, maka pahitnya cobaan akan terasa manis, karena manisnya pahala telah menutupi getirnya ujian.

Saudara-saudaraku yang dirahmati Allah…

Termasuk hal yang paling jitu dalam menghilangkan kesedihan adalah mengamalkan nasihat Rasulullah ‎ﷺ:

اُنْظُرُوا إِلَى مَنْ أَسْفَلَ مِنْكُمْ، وَلَا تَنْظُرُوا إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقَكُمْ، فَهُوَ أَجْدَرُ أَنْ لَا تَزْدَرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ

“Lihatlah kepada orang yang berada di bawah kalian, dan jangan melihat kepada orang yang berada di atas kalian. Karena itu akan lebih membuat kalian tidak meremehkan nikmat Allah yang ada pada kalian.” (HR. Muslim, no. 2964)

Jika seorang hamba senantiasa memegang prinsip ini, ia akan melihat bahwa meskipun ia mengalami ujian, ia masih lebih baik dari banyak orang dalam kesehatan dan berbagai bentuk kebaikan lainnya. Sehingga, lenyaplah kegelisahannya, berkuranglah kesedihannya, dan bertambah rasa syukurnya atas nikmat yang dimilikinya.

Semakin seorang hamba merenungkan nikmat-nikmat Allah, baik yang bersifat agama maupun dunia, maka akan semakin tampak betapa besar karunia Allah kepadanya, dan betapa banyak keburukan yang telah Allah hindarkan darinya. Dan tidak diragukan lagi, hal itu akan mengusir segala keresahan dan mendatangkan kegembiraan serta ketenangan jiwa.

أَيُّهَا الْمُؤْمِنُونَ…
إِنَّ اللَّهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيهِ بِنَفْسِهِ، وَثَنَّى بِمَلَائِكَتِهِ الْمُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ، وَأَيَّهَ بِكُمْ أَيُّهَا الْمُؤْمِنُونَ مِنْ جِنِّهِ وَإِنْسِهِ، فَقَالَ عَزَّ وَجَلَّ: إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًاً.
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ.

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيعٌ قَرِيبٌ مُجِيبُ الدَّعَوَاتِ، وَيَا قَاضِي الْحَاجَاتِ.

اللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا دِينِنَا الَّذِي هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا، وَأَصْلِحْ لَنَا دُنْيَانَا الَّتِي فِيهَا مَعَاشُنَا، وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنَا الَّتِي فِيهَا مَعَادُنَا، وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِي كُلِّ خَيْرٍ، وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ شَرٍّ.

اللَّهُمَّ أَصْلِحْ وُلَاةَ أُمُورِنَا وَوَفِّقْهُمْ لِمَا تُحِبُّ وَتَرْضَى، وَقَرِّبَ إِلَيْهِمْ الْبِطَانَةَ الصَّالِحَةَ، وَجَنِّبْهُمْ بِطَانَةَ السُّوءِ.

اللَّهُمَّ أَنْجِ الْمُسْتَضْعَفِينَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ، اللَّهُمَّ أَنْجِ الْمُسْتَضْعَفِينَ مِنْ الْمُؤْمِنِينَ، فِي فِلَسْطِينَ وَفِي كُلِّ مَكَانٍ، اللَّهُمَّ اشْدُدْ وَطْأَتَكَ عَلَى الْيَهُودِ، رَبَّنَا اطْمِسْ عَلَى أَمْوَالِهِمْ وَاشْدُدْ عَلَى قُلُوبِهِمْ، فَلَا يُؤْمِنُوا حَتَّى يَرَوُا الْعَذَابَ الْأَلِيمَ.

اللَّهُمَّ آتِ نُفُوسَنَا تَقْوَاهَا وَزَكِّهَا أَنْتَ خَيْرُ مَنْ زَكَّاهَا أَنْتَ وَلِيُّهَا وَمَوْلَاهَا
اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالْعَفَافَ وَالْغِنَى.
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً، وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.

عِبَادَ اللَّهِ، إِنَّ ٱللَّهَ يَأْۡمُرُ بِٱلِۡعَدْۡلِ وَٱلِۡإِحْۡسَٰنِ وَإِيتَآيِٕ ذِي ٱلِۡقُرْۡبَىٰ وَيَنْۡهَىَٰ عَنِ ٱلِۡفَحْۡشَآءِ وَٱلِۡمُنْكَرِ وَٱلِۡبَغٍّۡيِۚ يَعِظُكُمْۡ لَعَلَّكُمْۡ تَذَكَّرُونَ.

فَاذْكُرُوا اللَّهَ الْعَظِيمَ الْجَلِيلَ يُذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلِذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ، وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ. أَقِمِ الصَّلَاةَ..

(Terinspirasi dari Nasehat yang disampaikan oleh Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di dalam kitabnya Al-Wasail Al-Mufidah Lil Hayat As-Sa’idah, hlm. 12-22)