Khutbah Pertama
ٱلْـحَمْدُ لِلَّهِ ٱلَّذِي زَهَّدَ أَوْلِيَاءَهُ فِي دَارِ ٱلْغُرُورِ، وَرَغَّبَهُمْ فِي دَارِ ٱلسُّرُورِ، فَآثَرُوا ٱلْبَاقِيَ عَلَى ٱلْفَانِي، وَطَلَبُوا ٱلْعُلَا بِتَرْكِ ٱلدَّانِي.
نَحْمَدُهُ حَمْدَ مَنْ عَلِمَ أَنَّ ٱلدُّنْيَا دَارُ فِتْنَةٍ وَزَوَالٍ، وَأَنَّ ٱلْآخِرَةَ دَارُ كَرَامَةٍ وَنَوَالٍ، وَنَسْتَعِينُهُ ٱسْتِعَانَةَ مَنْ رَغِبَ فِي ٱلْفَوْزِ يَوْمَ ٱلْمَآلِ.
وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَـٰهَ إِلَّا ٱللَّهُ، وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، شَهَادَةَ عَبْدٍ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَهَى ٱلنَّفْسَ عَنِ ٱلْهَوَى، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، سَيِّدُ مَنْ زَهِدَ فِي ٱلدُّنْيَا، وَرَغِبَ فِي ٱلْبَاقِيَةِ ٱلْعُلْيَا، صَلَّى ٱللَّهُ عَلَيْهِ وَعَلَىٰ آلِهِ وَصَحْبِهِ صَلَاةً دَائِمَةً مَا تَعَاقَبَتْ لَيْلٌ وَنَهَارٌ.
أَمَّا بَعْدُ،
Ma’asyirol Muslimin wa Zumrotal Mu’minin…
Dari mimbar yang mulia ini, khatib kembali mewasiatkan diri pribadi dan juga para jama’ah sekalian untuk memperbanyak bekal ketakwaan, karena ia sebaik-baik bekal seseorang dalam menjalani kehidupan di dunia ini, dan saat kembali dikumpulkan menghadap-Nya.
وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَ وَٱعۡلَمُوٓاْ أَنَّكُمۡ إِلَيۡهِ تُحۡشَرُونَ
“Dan bertakwalah kepada Allah, dan ketahuilah bahwa kamu akan dikumpulkan pada-Nya.” (QS. Al-Baqarah: 203)
Sidang Jama’ah Jum’at yang dirahmati Allah…
Sesungguhnya orang yang paling tertipu adalah orang yang terpedaya oleh dunia dan kesenangan sesaatnya. Ia lebih mengutamakan dunia daripada akhirat, ia rela kehilangan akhirat yang kekal demi kenikmatan sementara ini.
Sebagian orang ada yang berkata, baik dengan ucapan maupun sikapnya, “Dunia itu nyata dan kontan, sedangkan akhirat hanyalah janji dan sesuatu yang masih nanti. Yang kontan tentu lebih menguntungkan daripada yang sekedar dijanjikan.”
Ada juga yang berkata, “Lebih baik sekeping uang yang sudah di tangan daripada mutiara yang masih dijanjikan.”
Ada juga yang berkata, “Kenikmatan dunia bisa dirasakan sekarang, sedangkan kenikmatan akhirat belum jelas. Aku tidak akan meninggalkan yang pasti demi sesuatu yang belum pasti.”
Ma’asyirol Muslimin…
Semua ini adalah tipu daya setan yang halus dan berbahaya. Bahkan binatang pun lebih cerdas daripada orang seperti ini. Binatang, jika tahu ada bahaya, ia akan menghindar walau harus disakiti. Sementara orang-orang ini justru berani menjerumuskan diri ke dalam kebinasaan, padahal mereka sebenarnya mengetahui akan kebenaran.
Jika ia beriman kepada Allah, Rasul-Nya, hari akhir, dan balasan amal, maka – dengan sikapnya ini – kelak ia termasuk orang yang paling besar penyesalannya di akhirat, karena ia berbuat dosa dalam keadaan tahu. Tetapi kalau ia tidak beriman dan tidak percaya sama sekali kepada Allah dan Rasul-Nya, maka ia adalah orang yang paling jauh dari petunjuk, dan sungguh celakalah dia!
Jika ada menyebarkan syubhat bahwa, “Yang kontan (maksudnya dunia) lebih baik daripada yang ditunda (maksudnya akhirat).” Maka kita jawab: “Itu benar hanya jika keduanya setara. Tetapi jika yang ditunda lebih besar dan lebih baik, tentu yang ditunda lebih utama. Lalu bagaimana jika seluruh dunia, dari awal sampai akhir, tidak lebih dari satu hembusan nafas dibanding kehidupan akhirat?” Rasulullah ﷺ bersabda:
مَا مَثَلُ الدُّنْيَا فِي ٱلْآخِرَةِ إِلَّا كَمَا يُدْخِلُ أَحَدُكُمْ إِصْبَعَهُ ٱلْبَحْرَ، ثُمَّ يُخْرِجُهَا، فَبِمَ تَرْجِعُ؟
“Perumpamaan dunia dibandingkan dengan akhirat, tidak lain seperti salah seorang dari kalian mencelupkan jarinya ke laut, lalu mengangkatnya kembali. Maka lihatlah, apa yang ia bawa?” (HR. Muslim, no. 2858)
Dalam kesempatan lain, Rasulullah ﷺ melewati pasar. Lalu beliau melihat seekor anak kambing yang telinganya kecil dan sudah menjadi bangkai. Beliau mengambilnya, memegang telinganya, lalu bersabda:
أَيُّكُمْ يُحِبُّ أَنَّ هَذَا لَهُ بِدِرْهَمٍ؟
“Siapa di antara kalian yang ingin memiliki ini dengan harga satu dirham?” Para sahabat menjawab:
مَا نُحِبُّ أَنَّهُ لَنَا بِشَيْءٍ، وَمَا نَصْنَعُ بِهِ؟
“Kami tidak menginginkannya. Apa yang bisa kami lakukan dengannya?” Beliau bertanya lagi:
أَتُحِبُّونَ أَنَّهُ لَكُمْ؟
“Apakah kalian ingin memilikinya secara gratis?” Para sahabat berkata:
وَٱللَّهِ! لَوْ كَانَ حَيًّا لَكَانَ عَيْبًا، فَكَيْفَ وَهُوَ مَيِّتٌ؟
“Demi Allah! Kalau pun ia masih hidup, ia hewan cacat. Apalagi kalau bangkai!” Kemudian Rasulullah ﷺ bersabda:
فَوَٱللَّهِ! لَلدُّنْيَا أَهْوَنُ عَلَى ٱللَّهِ مِنْ هَذَا عَلَيْكُمْ
“Demi Allah! Dunia lebih hina di sisi Allah daripada bangkai ini di mata kalian.” (HR. Muslim, no. 2957)
Maka Ma’asyirol Muslimin… memilih dunia yang sesaat ini daripada kenikmatan akhirat yang abadi adalah bentuk kerugian besar dan kebodohan nyata.
Jika seluruh dunia saja tidak ada nilainya dibanding akhirat, apalagi umur manusia yang hanya sekejap? Maka mana yang lebih layak bagi orang yang berakal: bersenang-senang sebentar lalu kehilangan kenikmatan abadi, atau bersabar sebentar demi mendapatkan kebahagiaan yang tidak terhingga, tanpa batas dan tanpa akhir?
بَارَكَ اللَّهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيهِ مِنْ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيمِ، وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ، فَاسْتَغْفِرُوهُ؛ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ.
Khutbah Kedua
ٱلْـحَمْدُ لِلَّهِ ٱلَّذِي بَصَّرَ أُولِيَ ٱلْأَلْبَابِ بِآيَاتِهِ، وَأَقَامَ عَلَى وُجُودِهِ وَوَحْدَانِيَّتِهِ شَوَاهِدَ قُدْرَتِهِ وَبَدِيعَ صَنْعَتِهِ، فَتَدَبَّرَ ٱلْمُتَفَكِّرُونَ، وَٱعْتَبَرَ ٱلْمُبْصِرُونَ، وَعَمِيَ ٱلْغَافِلُونَ.
نَحْمَدُهُ حَمْدَ مَنْ نَظَرَ فِي خَلْقِهِ فَعَلِمَ أَنَّهُ ٱلْحَكِيمُ ٱلْخَلَّاقُ، ٱلَّذِي لَا عَبَثَ فِي صُنْعِهِ، وَلَا بَاطِلَ فِي شَرْعِهِ، وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَسْتَهْدِيهِ وَنَسْتَنْصِرُهُ، وَنَعُوذُ بِهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا.
وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَـٰهَ إِلَّا ٱللَّهُ، شَهَادَةَ حَقٍّ عَلِمَ أَصْحَابُهَا أَنَّ مَنْ فِي ٱلسَّمَاوَاتِ وَٱلْأَرْضِ لَهُ عَبِيدٌ، وَأَنَّ ٱلْخَلْقَ دَلِيلٌ عَلَى ٱلْخَالِقِ، وَأَنَّ ٱلْإِتْقَانَ فِي ٱلصَّنْعِ شَاهِدٌ عَلَى كَمَالِ ٱلْحِكْمَةِ فِي ٱلتَّدْبِيرِ.
وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، دَعَا إِلَى ٱلتَّفَكُّرِ فِي مَلَكُوتِ ٱلسَّمَاوَاتِ وَٱلْأَرْضِ، وَنَبَّهَ ٱلْعُقُولَ عَلَى ٱلْآيَاتِ ٱلْمَنْشُورَةِ فِي ٱلْكَوْنِ، صَلَّى ٱللَّهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ، وَسَلَّمَ تَسْلِيمًا كَثِيرًا.
أَمَّا بَعْدُ،
Ma’asyirol Muslimin wa Zumrotal Mu’minin…
Bertakwalah kepada Allah, dan ketahuilah bahwa Allah Ta‘ala tidak pernah memuji dunia dalam Al-Qur’an, bahkan justru menggambarkannya sebagai permainan, senda gurau, dan tipuan yang menipu hati orang-orang yang lalai. Maka janganlah kalian tertipu oleh kilauannya yang fana, dan jangan sampai kalian menjual akhirat yang kekal dengan dunia yang cepat sirna.
ٱعْلَمُوٓا۟ أَنَّمَا ٱلْحَيَوٰةُ ٱلدُّنْيَا لَعِبٌۭ وَلَهْوٌۭ وَزِينَةٌۭ وَتَفَاخُرٌۢ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌۭ فِى ٱلْأَمْوَٰلِ وَٱلْأَوْلَـٰدِ ۖ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَبَ ٱلْكُفَّارَ نَبَاتُهُۥ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَىٰهُ مُصْفَرًّۭا ثُمَّ يَكُونُ حُطَـٰمًۭا ۖ وَفِى ٱلْـَٔاخِرَةِ عَذَابٌۭ شَدِيدٌۭ وَمَغْفِرَةٌۭ مِّنَ ٱللَّهِ وَرِضْوَٰنٌۭ ۚ وَمَا ٱلْحَيَوٰةُ ٱلدُّنْيَآ إِلَّا مَتَـٰعُ ٱلْغُرُورِ
“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan, senda gurau, perhiasan, saling berbangga di antara kalian, dan berlomba-lomba dalam kekayaan dan anak keturunan. Ibarat hujan yang tanamannya mengagumkan para petani, kemudian tanaman itu mengering lalu kamu melihatnya menguning, kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat ada azab yang keras dan ampunan serta keridhaan dari Allah. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” (QS. Al-Hadid: 20)
Sidang Jama’ah Jum’at yang Allah muliakan…
Adapun syubhat orang yang berkata, “Aku tidak akan meninggalkan sesuatu yang sudah pasti untuk sesuatu yang belum pasti,” maka ia perlu ditanya: “Apakah anda ragu terhadap janji Allah, ancaman-Nya, dan kebenaran para rasul-Nya? Atau anda yakin dengan semua itu?”
Jika anda yakin, maka yang anda tinggalkan hanyalah kenikmatan sebentar yang segera habis, demi sesuatu yang pasti dan tidak akan pernah berakhir. Tapi jika anda masih ragu, maka kembalilah merenungi ayat-ayat Allah yang menunjukkan bahwa Dia ada, berkuasa, berkehendak, Maha Esa, Maha Bijak, dan Maha Adil. Renungkan juga bukti-bukti kebenaran para rasul-Nya.
Berdirilah di hadapan Allah dengan jujur, sebagai pencari kebenaran, sampai anda yakin bahwa semua yang dibawa oleh para rasul adalah kebenaran yang tak terbantahkan.
Renungkanlah! Tuhan yang menciptakan langit dan bumi tidak mungkin bertentangan dengan apa yang disampaikan oleh utusan-Nya. Barang siapa menyangkal itu, maka sesungguhnya ia telah mencela Tuhannya, mendustakan-Nya, dan mengingkari keagungan-Nya.
Sungguh tidak masuk akal jika Tuhan Yang Maha Kuasa digambarkan oleh sebagian kelompok sebagai sosok yang tidak tahu, tidak mendengar, tidak melihat, tidak berbicara, tidak memerintah atau melarang, tidak memberi pahala atau hukuman, tidak memuliakan atau menghinakan siapa pun, tidak mengutus rasul-rasul-Nya, dan tidak peduli dengan hamba-hamba-Nya. Citra seperti ini bahkan tidak layak disematkan kepada raja manusia, apalagi kepada Raja segala raja, Penguasa langit dan bumi.
Renungilah dirimu: dari setetes air hina, lalu berkembang menjadi manusia sempurna. Siapa yang membentukmu seperti itu? Siapa yang menumbuhkanmu, memeliharamu, dan memberimu akal serta hati? Mustahil Tuhan yang membimbingmu melalui semua proses itu akan membiarkanmu tanpa aturan, tanpa arahan, tanpa memberi tahu hak-Nya atasmu, tanpa memberi pahala atau hukuman.
Jika seseorang mau merenung dengan sungguh-sungguh, maka seluruh yang ia lihat — bahkan yang tak terlihat — akan menjadi petunjuk yang mengantarkannya kepada keesaan Allah, kebenaran para nabi, dan bahwa Al-Qur’an benar-benar firman Allah.
فَلَا أُقْسِمُ بِمَا تُبْصِرُونَ
“Maka Aku bersumpah dengan apa yang kalian lihat.”
وَمَا لَا تُبْصِرُونَ
“Dan dengan apa yang tidak kalian lihat.”
إِنَّهُ لَقَوْلُ رَسُولٍ كَرِيمٍ
“Sesungguhnya (Al-Qur’an) itu benar-benar perkataan seorang utusan yang mulia.”
وَمَا هُوَ بِقَوْلِ شَاعِرٍ ۚ قَلِيلًا مَّا تُؤْمِنُونَ
“Dan bukanlah ia perkataan seorang penyair. Sedikit sekali kalian beriman.”
وَلَا بِقَوْلِ كَاهِنٍ ۚ قَلِيلًا مَّا تَذَكَّرُونَ
“Dan bukan pula perkataan tukang tenung. Sedikit sekali kalian mengambil pelajaran.”
تَنزِيلٌ مِّن رَّبِّ الْعَالَمِينَ
“Ia adalah wahyu yang diturunkan dari Tuhan semesta alam.” (QS. Al-Haqqah: 38-43)
Renungilah firman Allah:
وَفِيٓ أَنفُسِكُمۡۚ أَفَلَا تُبۡصِرُونَ
“Dan pada dirimu sendiri, apakah kamu tidak memperhatikan?” (QS. Adz-Dzariyat: 21)
Ayat ini menunjukkan bahwa manusia adalah bukti bagi dirinya sendiri tentang keberadaan Penciptanya, keesaan-Nya, kebenaran risalah, dan kesempurnaan sifat-sifat Allah.
Maka telah jelas, bahwa orang yang menyia-nyiakan hidupnya adalah orang yang tertipu, baik ia termasuk orang yang yakin tetapi lalai, maupun orang yang ragu dan mendustakan.
بَلْ تُؤْثِرُونَ ٱلْحَيَوٰةَ ٱلدُّنْيَا (١٧) وَٱلْآخِرَةُ خَيْرٌ وَأَبْقَىٰ
“Tetapi kalian lebih mengutamakan kehidupan dunia, padahal akhirat itu lebih baik dan lebih kekal.” (QS. Al-A’la: 17-18)
أَيُّهَا الْمُؤْمِنُونَ، إِنَّ اللَّهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيهِ بِنَفْسِهِ، وَثَنَّى بِمَلَائِكَتِهِ الْمُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ، وَأَيُّهُ بِكُمْ أَيُّهَا الْمُؤْمِنُونَ مِنْ جِنِّهِ وَإِنْسِهِ، فَقَالَ عَزَّ وَجَلَّ: ﴿إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا﴾، اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى عَبْدِكَ وَرَسُولِكَ مُحَمَّدٍ، وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنْ خُلَفَائِهِ الرَّاشِدِينَ، أَبِي بَكْرٍ، وَعُمَرَ، وَعُثْمَانَ، وَعَلِيٍّ، وَعَنْ سَائِرِ الصَّحَابَةِ أَجْمَعِينَ، وَعَنِ التَّابِعِينَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ، وَعَنَّا مَعَهُمْ بِمِنِّكَ وَكَرَمِكَ يَا أَكْرَمَ الْأَكْرَمِينَ.
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ، وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا لِلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَؤُوفٌ رَحِيمٌ.
اللَّهُمَّ أَعِزَّ الْإِسْلَامِ وَالْمُسْلِمِينَ، وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَالْمُشْرِكِينَ، وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّينِ، وَاحْمِ حَوْزَةَ الْإِسْلَامِ، وَاجْعَلْ هَذَا الْبَلَدَ آمِنًاً مُطْمَئِنًا وَسَائِرَ بِلَادِ الْمُسْلِمِينَ.
اللَّهُمَّ ٱقْسِمْ لَنَا مِنْ خَشْيَتِكَ مَا يَحُولُ بَيْنَنَا وَبَيْنَ مَعَاصِيكَ، وَمِنْ طَاعَتِكَ مَا تُبَلِّغُنَا بِهِ جَنَّتَكَ، وَمِنَ ٱلْيَقِينِ مَا يُهَوِّنُ عَلَيْنَا مُصِيبَاتِ ٱلدُّنْيَا، وَمَتِّعْنَا بِأَسْمَاعِنَا وَأَبْصَارِنَا وَقُوَّتِنَا مَا أَحْيَيْتَنَا، وَٱجْعَلْهُ ٱلْوَارِثَ مِنَّا، وَٱجْعَلْ ثَأْرَنَا عَلَىٰ مَنْ ظَلَمَنَا، وَٱنْصُرْنَا عَلَىٰ مَنْ عَادَانَا، وَلَا تَجْعَلْ مُصِيبَتَنَا فِي دِينِنَا، وَلَا تَجْعَلِ ٱلدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّنَا، وَلَا مَبْلَغَ عِلْمِنَا، وَلَا تُسَلِّطْ عَلَيْنَا مَنْ لَا يَرْحَمُنَا.
اللَّهُمَّ أَصْلِحْ وُلَاةَ أُمُورِنَا وَوَفِّقْهُمْ لِمَا تُحِبُّ وَتَرْضَى، وَقَرِّبْ إِلَيْهِمْ الْبِطَانَةَ الصَّالِحَةَ، وَجَنِّبْهُمْ بِطَانَةَ السُّوءِ.
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
عِبَادَ اللَّهِ، إِنَّ ٱلِلَّهَ يَأْۡمُرُ بِٱلِۡعَدْۡلِ وَٱلِۡإِحْۡسَٰنِ وَإِيتَآيِٕ ذِي ٱلِۡقُرْۡبَىٰ وَيَنْۡهَىَٰ عَنِ ٱلِۡفَحْۡشَآءِ وَٱلِۡمُنْكَرِ وَٱلِۡبَغٍّۡيِۚ يَعِظُكُمْۡ لَعَلَّكُمْۡ تَذَكَّرُونَ.
فَاذْكُرُوا اللَّهَ الْعَظِيمَ الْجَلِيلَ يُذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلِذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ، وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ. أَقِمِ الصَّلَاةَ..
(Terinspirasi dari nasehat yang disampaikan oleh Ibnul Qayyim dalam kitabnya Ad-Daa’ wa Ad-Dawaa’, hlm. 79-83)