Khutbah Jum’at: Jangan Usir Malaikat-mu!

Khutbah Pertama

ٱلْحَمْدُ لِلَّهِ ٱلْجَبَّارِ ٱلْقَهَّارِ، ٱلْعَزِيزِ ٱلْغَفَّارِ، يُقَلِّبُ ٱلْقُلُوبَ كَيْفَ يَشَاءُ، وَيَصْرِفُ ٱلنُّفُوسَ حَيْثُ أَرَادَ، لَهُ ٱلْمُلْكُ وَلَهُ ٱلْحَمْدُ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ،
خَلَقَ ٱلْإِنسَانَ مِن طِينٍ، وَعَلَّمَهُ ٱلْبَيَانَ، وَٱبْتَلَاهُ بِٱلشَّهَوَاتِ وَٱلْفِتَنِ، لِيَبْلُوَهُ أَيُّهُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا، وَهُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلْعَلِيمُ.
نَحْمَدُهُ عَلَى جَزِيلِ ٱلْإِنْعَامِ، وَنَشْكُرُهُ عَلَى وَاسِعِ ٱلْإِكْرَامِ، وَنَسْتَغْفِرُهُ مِنَ ٱلذُّنُوبِ وَٱلْآثَامِ، وَنَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا ٱللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، ٱلْمَلِكُ ٱلْعَلَّامُ،
وَنَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، خَيْرُ مَنْ أَطَاعَ رَبَّهُ، وَأَخْشَاهُمْ لَهُ، وَأَتْقَاهُمْ لِمَا حَرَّمَ وَكَرِهَ، صَلَّى ٱللَّهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ، وَمَنْ سَارَ عَلَى نَهْجِهِ وَٱقْتَفَى أَثَرَهُ، إِلَى يَوْمِ ٱلدِّينِ.
أَمَّا بَعْدُ،

Ma’asyirol Muslimin wa Zumrotal Mu’minin…

Dari mimbar yang mulia ini, khatib kembali mengingatkan diri sendiri dan segenap jamaah agar senantiasa meningkatkan ketakwaan kepada Allah ‘Azza wa Jalla. Dengan bertakwa, niscaya amal ibadah kita akan membaik, dan dosa kita akan terampuni. Allah Ta’ala berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا (٧٠) يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا

“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan ucapkanlah perkataan yang benar. Niscaya Allah akan memperbaiki amal-amal kalian dan mengampuni dosa-dosa kalian. Barang siapa menaati Allah dan Rasul-Nya, maka ia telah meraih kemenangan yang besar.” (QS. Al-Ahzab: 70-71)

Sidang Jama’ah Jum’at yang Allah muliakan…

Salah satu dampak buruk dari dosa adalah menjauhkan seorang hamba dari sahabat terbaiknya, yaitu malaikat yang Allah tugaskan untuk menjaganya. Padahal, malaikat adalah makhluk paling tulus, setia, dan penuh manfaat bagi manusia. Dekat dengannya adalah kebahagiaan sejati. Sebaliknya, dosa justru mendekatkan hamba kepada musuh sejatinya: setan, yang penuh tipu daya dan membawa kehancuran.

Semakin besar dosa yang dilakukan, semakin jauh pula malaikat meninggalkannya.

Disebutkan dalam sebuah atsar:

إِذَا كَذَبَ الْعَبْدُ كَذْبَةً، تَبَاعَدَ مِنْهُ الْمَلَكُ مَسِيرَةَ مِيلٍ، لِنَتَنِ مَا جَاءَ بِهِ.

“Apabila seorang hamba berbohong dengan satu kebohongan, maka malaikat menjauh darinya sejauh perjalanan satu mil, karena bau busuk dari apa yang ia ucapkan.” (HR. Tirmidzi, no. 1972)

Maka, jika satu kebohongan saja membuat malaikat sejauh itu, bagaimana dengan dosa lain yang lebih besar?

Ummatal Islam…

Semakin dekat malaikat kepada seorang hamba, maka kendali dan pengaruh malaikat akan semakin kuat dalam dirinya. Mereka akan menemaninya dalam hidup, saat sekarat, bahkan kelak saat dibangkitkan. Allah Ta’ala berfirman:

إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ ۝ نَحْنُ أَوْلِيَاؤُكُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآخِرَةِ

“Sesungguhnya orang-orang yang berkata: ‘Tuhan kami adalah Allah’ lalu mereka istiqamah, maka para malaikat turun kepada mereka (dan berkata): ‘Jangan takut, jangan bersedih, dan bergembiralah dengan surga yang telah dijanjikan kepada kalian. Kami adalah penolong kalian dalam kehidupan dunia dan akhirat.’” (QS. Fussilat: 30–31)

Jika malaikat telah menjadi wali dan pendamping seseorang, maka ia akan memperkuat hati, mengajarkan kebaikan, meneguhkan iman, dan membisikkan ketenangan. Allah berfirman:

إِذْ يُوحِي رَبُّكَ إِلَى الْمَلَائِكَةِ أَنِّي مَعَكُمْ فَثَبِّتُوا الَّذِينَ آمَنُو

“Tatkala Rabbmu mewahyukan kepada para malaikat: ‘Sesungguhnya Aku bersama kalian, maka teguhkanlah orang-orang yang beriman.’”
(QS. Al-Anfal: 12)

Di saat kematian, malaikat akan menyapanya: “Jangan takut, jangan bersedih, bergembiralah dengan hal yang akan menyenangkanmu.”
Dan di saat-saat paling genting, baik di dunia, saat sakaratul maut, maupun saat ditanya di kubur, malaikatlah yang meneguhkannya.

Ikhwatii fiddiin rahimani wa rahimakumullah…

Malaikat adalah teman sejati dalam setiap keadaan: dalam sadar dan tidur, dalam kesendirian dan keramaian, dalam hidup hingga mati, bahkan dalam kesunyian kubur. Ia adalah sahabat sejati, pembela saat disakiti, pendidik di saat lemah, dan penghibur di saat gelisah. Ia membisikkan kebaikan, memberi kabar gembira, dan menguatkan keimanan. Dalam sebuah hadits, Rasulullah ﷺ bersabda:

إِنَّ لِلْمَلَكِ بِقَلْبِ ابْنِ آدَمَ لَمَّةً، وَلِلشَّيْطَانِ لَمَّةً، فَلَمَّةُ الْمَلَكِ إِيعَادٌ بِالْخَيْرِ وَتَصْدِيقٌ بِالْوَعْدِ، وَلَمَّةُ الشَّيْطَانِ إِيعَادٌ بِالشَّرِّ وَتَكْذِيبٌ بِالْحَقِّ.

“Sesungguhnya malaikat memiliki bisikan (inspirasi) dalam hati anak Adam, dan setan pun memiliki bisikan. Bisikan malaikat adalah ajakan kepada kebaikan dan pembenaran terhadap janji (Allah), sedangkan bisikan setan adalah ajakan kepada kejahatan dan pendustaan terhadap kebenaran.” (HR. Tirmidzi, no. 2988)

Jika kedekatan malaikat semakin kuat, maka ia akan menuntun lisan seorang hamba untuk mengucapkan perkataan yang benar. Namun jika malaikat menjauh dan setan mendekat, maka ucapan yang keluar adalah kebatilan dan kekejian. Maka tak aneh jika ada orang yang ucapannya bersih dan penuh hikmah, tak lain karena malaikatlah yang mengilhamkannya. Sebaliknya, ada yang ucapannya kotor dan menyesatkan karena setanlah yang membisikinya.

Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu berkata:

مَا كُنَّا نَبْعُدُ أَنَّ السَّكِينَةَ تَنْطِقُ عَلَى لِسَانِ عُمَرَ.

“Kami tidak menganggap jauh kemungkinan bahwa ketenangan berbicara melalui lisan Umar.” (HR. Ibnu Abi Syaibah, no. 32637)

Para ulama salaf pernah berkata, ketika mendengar ucapan yang baik dari seseorang:
“Yang meletakkan kata-kata itu di lisanmu pasti malaikat.”
Sebaliknya, jika mendengar ucapan yang buruk, mereka berkata: “Yang meletakkan kata-kata itu di lisanmu tidak lain adalah setan.”
Karena memang, malaikat mengilhamkan kebenaran ke dalam hati dan menggerakkan lisan untuk mengucapkannya, sementara setan menanamkan kebatilan di hati dan menjadikannya keluar lewat lisan.

بَارَكَ اللَّهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيهِ مِنْ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيمِ، وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ، فَاسْتَغْفِرُوهُ؛ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ.

Khutbah Kedua

الْـحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي خَلَقَ النَّفْسَ وَسَوَّاهَا، وَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَاهَا، فَقَدْ أَفْلَحَ مَنْ زَكَّاهَا، وَقَدْ خَابَ مَنْ دَسَّاهَا. نَحْمَدُهُ عَلَى نِعَمِهِ الَّتِي لَا تُعَدُّ، وَنَسْتَعِينُهُ مِنَ الذُّنُوبِ الَّتِي تَجُرُّ إِلَى الرَّدَى، وَتُفْسِدُ الْقَلْبَ وَالْمَدَدَ. وَنَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَنَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ، وَمَنْ سَارَ عَلَى نَهْجِهِ، وَاقْتَفَى أَثَرَهُ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ.
أَمَّا بَعْدُ،

Ma’asyirol Muslimin wa Zumrotal Mu’minin…

Bertakwalah kepada Allah ‘Azza wa Jalla, karena takwa merupakan kunci keberuntungan di dunia dan akhirat.

وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَ لَعَلَّكُمۡ تُفۡلِحُونَ

“Dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung.” (QS. Al-Baqarah: 189)

Sidang Jama’ah Jum’at yang Allah rahmati…

Inilah salah satu bahaya dosa: ia membuat kita kehilangan sahabat terbaik: malaikat, dan justru mendekatkan kita kepada musuh terbesar: setan. Padahal, malaikat membela kita bahkan ketika kita disakiti orang lain.
Pernah dua orang bertengkar di hadapan Nabi ﷺ. Salah satunya terus mencaci, sementara yang satunya diam. Namun ketika ia mulai membalas, Rasulullah ﷺ berdiri dan pergi. Ketika ditanya, beliau menjawab:

كَانَ الْمَلَكُ يُنَافِحُ عَنْكَ، فَلَمَّا رَدَدْتَ عَلَيْهِ جَاءَ الشَّيْطَانُ، فَلَمْ أَكُنْ لِأَجْلِسَ

“Tadinya malaikat sedang membelamu. Tapi ketika kamu membalas, setan datang. Maka aku tidak ingin duduk bersama setan.” (HR. Abi Dawud, no. 4896)

Ikhwatal Iman…

Di banyak dalil dijelaskan bahwa malaikat mendoakan kebaikan bagi orang yang mendoakan saudaranya secara diam-diam, dan mereka pun mengaminkan bacaan al-Fatihah dalam shalat. Bahkan ketika seorang hamba yang bertauhid dan mengikuti sunnah melakukan dosa, para malaikat pemikul ‘Arsy memohonkan ampun untuknya. Bila ia tidur dalam keadaan berwudhu, seorang malaikat akan menemaninya semalaman.

Malaikat yang mendampingi seorang mukmin adalah pembelanya. Ia melindunginya, mengajarinya, menguatkannya, dan menyemangatinya. Maka tidak pantas seorang mukmin memperlakukan malaikat ini dengan buruk, menyakitinya, mengusirnya, dan menjauhkannya melalui dosa-dosa dan maksiat. Sebab malaikat itu adalah tamunya, bahkan tetangganya yang paling dekat.

Jika menghormati tamu dari sesama manusia dan berbuat baik kepada tetangga merupakan bagian dari iman, maka bagaimana seharusnya sikap kita terhadap tamu termulia dan tetangga terbaik—yakni malaikat—yang senantiasa setia dan penuh kasih dalam mendampingi?

Ketika seorang hamba menyakiti malaikat dengan maksiat, kezaliman, atau perbuatan keji, maka malaikat itu mengadu kepada Tuhannya dan berkata:
“Ya Allah, jangan beri dia balasan kebaikan.”

Sebaliknya, jika sang hamba menghormatinya dengan ketaatan dan amal shalih, maka malaikat mendoakannya:
“Ya Allah, berilah ia balasan yang terbaik.”

Rasulullah ﷺ bersabda:

إِيَّاكُمْ وَالتَّعَزِّيَ، فَإِنَّ مَعَكُمْ مَنْ لَا يُفَارِقُكُمْ إِلَّا عِنْدَ الْغَائِطِ، وَحِينَ يُفْضِي الرَّجُلُ إِلَى أَهْلِهِ، فَاسْتَحْيُوهُمْ وَأَكْرِمُوهُمْ.

“Jangan kalian berkata dengan ucapan-ucapan keluh kesah (yang buruk), karena sesungguhnya bersama kalian ada (malaikat) yang tidak pernah berpisah dari kalian kecuali saat buang hajat dan saat seorang suami berhubungan dengan istrinya. Maka malulah kepada mereka dan hormatilah mereka.” (HR. Tirmidzi, no. 2800)

Tak ada yang lebih rendah akhlaknya dibandingkan orang yang tak tahu malu terhadap makhluk Allah yang mulia dan tak menghormatinya.

Allah berfirman:

وَإِنَّ عَلَيْكُمْ لَحَافِظِينَ ۝ كِرَامًا كَاتِبِينَ

“Dan sesungguhnya atas kalian ada para penjaga. Yang mulia dan mencatat.”
(QS. Al-Infithar: 10–11)

Maksudnya: hormatilah mereka, karena mereka menyaksikan amal kalian. Bahkan para malaikat pun merasa terganggu dengan apa yang mengganggu manusia. Jika manusia saja terganggu melihat kemaksiatan di depan matanya, apalagi para malaikat yang jauh lebih suci dan mulia?

فَاللهُ المُستَعَان، وَهُوَ حَسْبُنَا وَنِعْمَ الوَكِيل.

أَيُّهَا الْمُؤْمِنُونَ، إِنَّ اللَّهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيهِ بِنَفْسِهِ، وَثَنَّى بِمَلَائِكَتِهِ الْمُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ، وَأَيُّهُ بِكُمْ أَيُّهَا الْمُؤْمِنُونَ مِنْ جِنِّهِ وَإِنْسِهِ، فَقَالَ عَزَّ وَجَلَّ: ﴿إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا﴾، اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى عَبْدِكَ وَرَسُولِكَ مُحَمَّدٍ، وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنْ خُلَفَائِهِ الرَّاشِدِينَ، أَبِي بَكْرٍ، وَعُمَرَ، وَعُثْمَانَ، وَعَلِيٍّ، وَعَنْ سَائِرِ الصَّحَابَةِ أَجْمَعِينَ، وَعَنِ التَّابِعِينَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ، وَعَنَّا مَعَهُمْ بِمِنِّكَ وَكَرَمِكَ يَا أَكْرَمَ الْأَكْرَمِينَ.

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيعٌ قَرِيبٌ مُجِيبُ الدَّعَوَاتِ، وَيَا قَاضِي الْحَاجَاتِ.

اللَّهُمَّ ٱقْسِمْ لَنَا مِنْ خَشْيَتِكَ مَا يَحُولُ بَيْنَنَا وَبَيْنَ مَعَاصِيكَ، وَمِنْ طَاعَتِكَ مَا تُبَلِّغُنَا بِهِ جَنَّتَكَ، وَمِنَ ٱلْيَقِينِ مَا يُهَوِّنُ عَلَيْنَا مُصِيبَاتِ ٱلدُّنْيَا، وَمَتِّعْنَا بِأَسْمَاعِنَا وَأَبْصَارِنَا وَقُوَّتِنَا مَا أَحْيَيْتَنَا، وَٱجْعَلْهُ ٱلْوَارِثَ مِنَّا، وَٱجْعَلْ ثَأْرَنَا عَلَىٰ مَنْ ظَلَمَنَا، وَٱنْصُرْنَا عَلَىٰ مَنْ عَادَانَا، وَلَا تَجْعَلْ مُصِيبَتَنَا فِي دِينِنَا، وَلَا تَجْعَلِ ٱلدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّنَا، وَلَا مَبْلَغَ عِلْمِنَا، وَلَا تُسَلِّطْ عَلَيْنَا مَنْ لَا يَرْحَمُنَا.

اللَّهُمَّ أَنْجِ الْمُسْتَضْعَفِينَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ، اللَّهُمَّ أَنْجِ الْمُسْتَضْعَفِينَ مِنْ الْمُؤْمِنِينَ، فِي فِلَسْطِينَ وَفِي كُلِّ مَكَانٍ، اللَّهُمَّ اشْدُدْ وَطْأَتَكَ عَلَى الْيَهُودِ، رَبَّنَا اطْمِسْ عَلَى أَمْوَالِهِمْ وَاشْدُدْ عَلَى قُلُوبِهِمْ، فَلَا يُؤْمِنُوا حَتَّى يَرَوُا الْعَذَابَ الْأَلِيمَ.

اللَّهُمَّ أَصْلِحْ وُلَاةَ أُمُورِنَا وَوَفِّقْهُمْ لِمَا تُحِبُّ وَتَرْضَى، وَقَرِّبْ إِلَيْهِمْ الْبِطَانَةَ الصَّالِحَةَ، وَجَنِّبْهُمْ بِطَانَةَ السُّوءِ.

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.

عِبَادَ اللَّهِ، إِنَّ ٱلِلَّهَ يَأْۡمُرُ بِٱلِۡعَدْۡلِ وَٱلِۡإِحْۡسَٰنِ وَإِيتَآيِٕ ذِي ٱلِۡقُرْۡبَىٰ وَيَنْۡهَىَٰ عَنِ ٱلِۡفَحْۡشَآءِ وَٱلِۡمُنْكَرِ وَٱلِۡبَغٍّۡيِۚ يَعِظُكُمْۡ لَعَلَّكُمْۡ تَذَكَّرُونَ.

فَاذْكُرُوا اللَّهَ الْعَظِيمَ الْجَلِيلَ يُذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلِذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ، وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ. أَقِمِ الصَّلَاةَ..

(Terinspirasi dari nasehat yang disampaikan oleh Ibnul Qayyim dalam kitabnya Ad-Daa’ wa Ad-Dawaa’, hlm. 249-256)