Khutbah Jumat: Jangan Kirim Pasukan untuk Musuhmu

Khutbah Pertama

ٱلْـحَمْدُ لِلَّهِ ٱلْقَوِيِّ ٱلْعَزِيزِ، نَاصِرِ ٱلْحَقِّ، وَكَاشِفِ ٱلزَّيْفِ، وَمُنَزِّلِ ٱلْوَحْيِ رَحْمَةً وَهُدًى، وَمُحَذِّرِ ٱلْعِبَادِ مِنْ عَدُوٍّ خَبِيثٍ لَا يَنَامُ، يُزَيِّنُ ٱلْبَاطِلَ وَيُعَادِي ٱلْإِيمَانَ.

نَحْمَدُهُ عَلَى نِعَمِ ٱلْإِيمَانِ وَٱلْقُرْآنِ، وَنَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَٰهَ إِلَّا ٱللَّهُ، إِلَيْهِ يَصْعَدُ ٱلْكَلِمُ ٱلطَّيِّبُ، وَٱلْعَمَلُ ٱلصَّالِحُ يَرْفَعُهُ، وَنَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، أَرْسَلَهُ ٱللَّهُ لِيُفَرِّقَ بَيْنَ جُنْدِ ٱلرَّحْمَـٰنِ وَجُنْدِ ٱلشَّيْطَانِ، فَصَلَوَاتُ ٱللَّهِ وَسَلَامُهُ عَلَيْهِ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ. أَمَّا بَعْدُ،

Ma’asyiral Muslimin wa Zumrotal Mu’minin…

Dari mimbar yang mulia ini, khatib kembali mengingatkan diri sendiri dan segenap jamaah agar senantiasa meningkatkan ketakwaan kepada Allah ‘Azza wa Jalla. Karena takwa merupakan kunci keberuntungan di dunia dan akhirat.

وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَ لَعَلَّكُمۡ تُفۡلِحُونَ

“Dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung.” (QS. Al-Baqarah: 189)

Sidang Jama’ah Jum’at yang berbahagia…

Ketahuilah, salah satu dampak buruk dosa adalah: bahwa dosa akan menjadi bala tentara yang kita kirim kepada musuh kita: setan, untuk memperkuatnya dalam menyesatkan. Setiap maksiat yang dilakukan adalah peluru yang diserahkan ke tangan musuh untuk diarahkan kembali ke dada pelaku maksiat.

Subhanallah!
Bayangkanlah, kita sedang berperang melawan setan, tapi justru kita sendiri yang membiayai persenjataan lawan!

Ummatal Islam…

Allah ‘Azza wa Jalla telah menetapkan bahwa manusia tidak akan pernah lepas dari ujian dari musuh yang tak pernah tidur, tak pernah lelah, tak pernah lupa. Ia mengintai manusia dari tempat yang tak terlihat. Bahkan ketika kita sujud, dia tetap mengintai. Ketika kita tidur, dia menyusun strategi.

Musuh ini adalah iblis dan bala tentaranya, dari kalangan jin dan manusia.
Ia tidak hanya datang sendiri. Ia memiliki jaringan. Ia tidak bergerak tanpa rencana. Ia mengelilingi manusia dari segala arah, dan ia telah berikrar di hadapan Allah:

لَأَقۡعُدَنَّ لَهُمۡ صِرَٰطَكَ ٱلۡمُسۡتَقِيمَ (١٦) ثُمَّ لَأٓتِيَنَّهُم مِّنۢ بَيۡنِ أَيۡدِيهِمۡ وَمِنۡ خَلۡفِهِمۡ وَعَنۡ أَيۡمَٰنِهِمۡ وَعَن شَمَآئِلِهِمۡۖ وَلَا تَجِدُ أَكۡثَرَهُمۡ شَٰكِرِينَ

“Aku benar-benar akan menghalangi mereka dari jalan-Mu yang lurus. Lalu aku akan datang kepada mereka dari depan, dari belakang, dari kanan, dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur.” (QS. Al-A’raf: 16–17)

Iblis tidak main-main. Ia memandang kita sebagai musuh sejati, musuh yang harus dia kalahkan agar dia tidak sendiri dalam neraka.
Seakan ia berkata kepada bala tentaranya:
“Inilah musuh kalian! Jangan biarkan ia lolos menuju surga! Jangan biarkan dia diselimuti rahmat sementara kalian tertimpa laknat dan masuk neraka! Celakalah kita semua jika dia berhasil selamat!”

Lihatlah! Betapa sungguh-sungguh tekad mereka, sementara kita masih lalai dan bermain-main dengan dosa!

Ikhwatal Iman…

Namun Allah Maha Adil. Dia tidak membiarkan setan memiliki kekuatan tanpa memberi kita bekal dan bantuan. Ketika Allah mengetahui bahwa manusia akan diuji, maka Dia pun mengirim pasukannya, berupa: wahyu, malaikat, dan para rasul.
Allah juga bekali manusia dengan akal yang dapat mengatur strategi, ilmu yang memberi pencerahan, iman yang menguatkan, dan keyakinan yang menyinari.

Allah menjadikan hati sebagai panglima, jika hati hidup dan kuat, maka seluruh tubuh pun akan kokoh menghadapi musuh. Tapi jika hati lemah, maka pasukan akan tercerai-berai.

Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memperingatkan kita:

إِنَّ ٱلشَّيۡطَٰنَ لَكُمۡ عَدُوّٞ فَٱتَّخِذُوهُ عَدُوًّاۚ إِنَّمَا يَدۡعُواْ حِزۡبَهُۥ لِيَكُونُواْ مِنۡ أَصۡحَٰبِ ٱلسَّعِيرِ

“Sungguh, setan itu musuh bagimu, maka perlakukanlah ia sebagai musuh, karena sesungguhnya setan itu hanya mengajak golongannya agar mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala.” (QS. Fathir: 6)

Meski begitu dalam Allah memberikan peringatan akan permusuhan kita dengan setan, tetap saja ada manusia yang justru menjadi penolong setan.

Mereka membiarkan setan menguasai syahwat yang secara tidak langsung menjadi mata-mata yang membocorkan rahasia hati mereka kepada iblis: pemimpin mereka.

بَارَكَ اللَّهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيهِ مِنْ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيمِ. أَقُولُ قَوْلِي هَذَا فَاسْتَغْفِرُوهُ إِنَّهُ هُوَ الْعَفُورُ الرَّحِيمُ

Khutbah Kedua

الْـحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي خَلَقَ النَّفْسَ وَسَوَّاهَا، وَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَاهَا، فَقَدْ أَفْلَحَ مَنْ زَكَّاهَا، وَقَدْ خَابَ مَنْ دَسَّاهَا. نَحْمَدُهُ عَلَى نِعَمِهِ الَّتِي لَا تُعَدُّ، وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ مِنَ الذُّنُوبِ الَّتِي تَجُرُّ إِلَى الرَّدَى، وَتُفْسِدُ الْقَلْبَ وَالْمَدَدَ. وَنَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَنَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ، وَمَنْ سَارَ عَلَى نَهْجِهِ، وَاقْتَفَى أَثَرَهُ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ.
أَمَّا بَعْدُ،

Ma’asyiral Muslimin wa Zumrotal Mu’minin…

Bertakwalah kepada Allah, dan ketahuilah bahwa perang terpanjang dalam sejarah, yang paling sengit dampaknya, adalah peperangan antara manusia dan musuh abadinya: setan. Bagaimana tidak? Kisahnya telah dimulai sejak Iblis enggan bersujud kepada Adam, dan terus berlangsung hingga hari ini dan seterusnya.

Peperangan ini tidak mengenal gencatan senjata, tidak ada istirahat, tidak ada perdamaian atau kompromi. Musuh ini tidak pernah tidur, tidak pernah lupa. Wujudnya bisa berubah, tapi kedengkiannya tidak pernah berubah. Ia menggoda, memperindah dosa, dan membisikkan tipu daya, agar kita tersesat dari jalan Allah dan terjerumus ke dalam jurang kesesatan.

Perang ini adalah perang besar. Dua pasukan terus berhadap-hadapan.
Pasukan Allah di satu sisi, dan pasukan setan di sisi lain.
Yang diperebutkan adalah hati-hati manusia.

Ikhwatal Iman…

Iblis: raja kekufuran melihat bahwa hati manusia duduk di singgasananya, tenang dan dikelilingi oleh pasukan keimanan. Iblis sadar bahwa ia tak bisa menyerangnya secara langsung. Maka ia menyelinap melalui orang terdekatnya, yaitu hawa nafsu. Ia mendekatinya dan berkata kepada pasukannya:
“Masuki nafsunya melalui apa yang ia sukai. Cari tahu keinginannya. Tawarkan khayalan, suguhkan angan-angan. Jika ia mulai tertarik, kaitkan dia dengan syahwat. Jika sudah terkait, seret ia ke sisi kita.”

Setelah nafsu berpihak pada setan, benteng mulai runtuh.

Selanjutnya mata jadi jalan masuk, telinga jadi celah, lisan jadi senjata makan tuan, tangan dan kaki menjadi budak nafsu.

Jika ada pasukan kebaikan yang mencoba bangkit, mereka segera dilemahkan. Jika pandangan hati sempat terarah pada cahaya hidayah, langsung dialihkan ke arah yang melalaikan.

Iblis berkata: “Pandangan manusia adalah kunci kami! Dari situ kami tanam syahwat, sirami dengan angan-angan, dan tumbuhkan maksiat. Bisikkan padanya, ‘Apa salahnya curi-curi pandang?’”

Hingga akhirnya ia maksiat menjadi suatu candu yang tak bisa ia lepaskan.

Jika setan berhasil, maka manusia bukan lagi sekadar korban, tapi ia akan jadi agen setan. Ia akan jadi corong mereka, mengajak manusia yang lain kepada keburukan. Bahkan ia sendiri mengira sedang mendekat kepada Tuhan, padahal ia berjalan menuju jurang kehancuran.

Ma’asyiral Muslimin…

Ini bukan khayalan. Ini bukan sekadar ilustrasi. Ini adalah realita peperangan hidup kita.
Dan kita sedang menentukan sikap: menjadi bala tentara Allah, atau menjadi perpanjangan tangan setan.

Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:

وَإِنَّ جُندَنَا لَهُمُ ٱلۡغَٰلِبُونَ

“Dan sesungguhnya bala tentara Kami itulah yang pasti menang.” (QS. Ash-Shaffat: 173)

Allah Ta’ala juga telah mengajarkan strategi jihad dalam empat langkah dalam firman-Nya:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱصۡبِرُواْ وَصَابِرُواْ وَرَابِطُواْ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَ لَعَلَّكُمۡ تُفۡلِحُونَ

“Wahai orang-orang beriman! Bersabarlah, kuatkan kesabaranmu, berjaga-jagalah, dan bertakwalah agar kalian beruntung.” (QS. Ali ‘Imran: 200)

Tanpa sabar, tanpa penjagaan hati, tanpa takwa: benteng kita akan hancur.

Maka bersiaplah, Ma’asyiral Muslimin…

Jangan kirim bala bantuan kepada musuhmu. Jangan menjadi tentara yang membocorkan pertahanan kepada lawan. Jangan sampai kau terbangun dari dunia ini dalam keadaan kalah perang!

أَيُّهَا الْمُؤْمِنُونَ، إِنَّ اللَّهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيهِ بِنَفْسِهِ، وَثَنَّى بِمَلَائِكَتِهِ الْمُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ، وَأَيُّهُ بِكُمْ أَيُّهَا الْمُؤْمِنُونَ مِنْ جِنِّهِ وَإِنْسِهِ، فَقَالَ عَزَّ وَجَلَّ: ﴿إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا﴾، اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى عَبْدِكَ وَرَسُولِكَ مُحَمَّدٍ، وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنْ خُلَفَائِهِ الرَّاشِدِينَ، أَبِي بَكْرٍ، وَعُمَرَ، وَعُثْمَانَ، وَعَلِيٍّ، وَعَنْ سَائِرِ الصَّحَابَةِ أَجْمَعِينَ، وَعَنِ التَّابِعِينَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ، وَعَنَّا مَعَهُمْ بِمِنِّكَ وَكَرَمِكَ يَا أَكْرَمَ الْأَكْرَمِينَ.

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيعٌ قَرِيبٌ مُجِيبُ الدَّعَوَاتِ، وَيَا قَاضِي الْحَاجَاتِ.

اللَّهُمَّ ٱقْسِمْ لَنَا مِنْ خَشْيَتِكَ مَا يَحُولُ بَيْنَنَا وَبَيْنَ مَعَاصِيكَ، وَمِنْ طَاعَتِكَ مَا تُبَلِّغُنَا بِهِ جَنَّتَكَ، وَمِنَ ٱلْيَقِينِ مَا يُهَوِّنُ عَلَيْنَا مُصِيبَاتِ ٱلدُّنْيَا، وَمَتِّعْنَا بِأَسْمَاعِنَا وَأَبْصَارِنَا وَقُوَّتِنَا مَا أَحْيَيْتَنَا، وَٱجْعَلْهُ ٱلْوَارِثَ مِنَّا، وَٱجْعَلْ ثَأْرَنَا عَلَىٰ مَنْ ظَلَمَنَا، وَٱنْصُرْنَا عَلَىٰ مَنْ عَادَانَا، وَلَا تَجْعَلْ مُصِيبَتَنَا فِي دِينِنَا، وَلَا تَجْعَلِ ٱلدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّنَا، وَلَا مَبْلَغَ عِلْمِنَا، وَلَا تُسَلِّطْ عَلَيْنَا مَنْ لَا يَرْحَمُنَا.

اللَّهُمَّ أَنْجِ الْمُسْتَضْعَفِينَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ، اللَّهُمَّ أَنْجِ الْمُسْتَضْعَفِينَ مِنْ الْمُؤْمِنِينَ، فِي فِلَسْطِينَ وَفِي كُلِّ مَكَانٍ، اللَّهُمَّ اشْدُدْ وَطْأَتَكَ عَلَى الْيَهُودِ، رَبَّنَا اطْمِسْ عَلَى أَمْوَالِهِمْ وَاشْدُدْ عَلَى قُلُوبِهِمْ، فَلَا يُؤْمِنُوا حَتَّى يَرَوُا الْعَذَابَ الْأَلِيمَ.

اللَّهُمَّ أَصْلِحْ وُلَاةَ أُمُورِنَا وَوَفِّقْهُمْ لِمَا تُحِبُّ وَتَرْضَى، وَقَرِّبْ إِلَيْهِمْ الْبِطَانَةَ الصَّالِحَةَ، وَجَنِّبْهُمْ بِطَانَةَ السُّوءِ.

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.

عِبَادَ اللَّهِ، إِنَّ ٱلِلَّهَ يَأْۡمُرُ بِٱلِۡعَدْۡلِ وَٱلِۡإِحْۡسَٰنِ وَإِيتَآيِٕ ذِي ٱلِۡقُرْۡبَىٰ وَيَنْۡهَىَٰ عَنِ ٱلِۡفَحْۡشَآءِ وَٱلِۡمُنْكَرِ وَٱلِۡبَغٍّۡيِۚ يَعِظُكُمْۡ لَعَلَّكُمْۡ تَذَكَّرُونَ.

فَاذْكُرُوا اللَّهَ الْعَظِيمَ الْجَلِيلَ يُذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلِذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ، وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ. أَقِمِ الصَّلَاةَ..

(Terinspirasi dari nasehat yang disampaikan oleh Ibnul Qayyim dalam kitabnya Ad-Daa’ wa Ad-Dawaa’, hlm. 225-229)