Khutbah Jum’at: Husnuzhon Kepada Allah: Antara Harapan dan Tipu Daya

Khutbah Pertama

الْحَمْدُ لِلَّهِ الْحَيِّ الْقَيُّومِ، الرَّحِيمِ الْوَدُودِ، الَّذِي وَسِعَتْ رَحْمَتُهُ كُلَّ شَيْءٍ، وَسَبَقَتْ نِعْمَتُهُ غَضَبَهُ، يُحْسِنُ إِلَى عِبَادِهِ وَيَقْبَلُ تَوْبَةَ التَّائِبِينَ، وَيَرْفَعُ الْمُخْلِصِينَ الصَّادِقِينَ، نَحْمَدُهُ حَمْدَ الشَّاكِرِينَ، وَنَسْتَغْفِرُهُ اسْتِغْفَارَ الْمُقَصِّرِينَ، وَنَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، عَظُمَ فَجْرُ رَجَائِهِ، وَعَلَتْ مَعَالِمُ حُسْنِ الظَّنِّ بِهِ، وَنَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، الْمَبْعُوثُ رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ، صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيمًا كَثِيرًا
أَمَّا بَعْدُ؛

Ma’asyirol Muslimin wa Zumrotal Mu’minin…

Dari mimbar yang mulia ini, khatib kembali mengingatkan diri sendiri dan segenap jamaah agar senantiasa meningkatkan ketakwaan kepada Allah ‘Azza wa Jalla. Karena takwa merupakan kunci keberuntungan di dunia dan akhirat.

وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَ لَعَلَّكُمۡ تُفۡلِحُونَ

“Dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung.” (QS. Al-Baqarah: 189)

Sidang jama’ah jumat yang Allah muliakan…

Masih banyak orang yang salah paham tentang makna sebenarnya dari husnuzhon (berprasangka baik) kepada Allah. Mereka mengira bahwa cukup dengan berprasangka baik, mereka bisa berbuat semaunya—melakukan dosa, menunda taubat, lalu berkata, “Saya yakin Allah Maha Pengampun.”

Mereka berdalil dengan sabda Nabi ﷺ dalam hadits qudsi:

‎أَنَا عِندَ ظَنِّ عَبْدِي بِي، فَلْيَظُنَّ بِي مَا شَاءَ

“Aku sesuai dengan prasangka hamba-Ku kepada-Ku. Maka hendaklah ia berprasangka kepada-Ku sebagaimana ia kehendaki.” (HR. Ahmad, no. 16016)

Namun ini adalah kekeliruan besar! Betul, Allah memperlakukan hamba-Nya sesuai dengan prasangkanya. Tapi prasangka baik itu tidak bisa berdiri sendiri tanpa disertai amal dan ketaatan.

Ikhatal Iman…

Orang yang benar-benar berprasangka baik kepada Allah adalah mereka yang memperbaiki amalnya, karena ia berharap ampunan, pahala, dan rahmat Allah. Sedangkan orang yang terus-menerus dalam maksiat, menzalimi sesama, dan meremehkan perintah Allah, sebenarnya tidak sedang berhusnuzhon, melainkan tertipu oleh angan-angan kosong.

Realitia mengungkapkan bahwa seorang anak yang durhaka, membawa aib dan beban bagi keluarganya, lalu kabur dari rumah, mungkinkah bisa mengharap sambutan hangat saat pulang?

Begitulah hubungan antara dosa dan prasangka kepada Allah: makin besar dosanya, makin berat pula untuk benar-benar berprasangka baik.

Hasan al-Bashri rahimahullah berkata:

‎إِنَّ الْمُؤْمِنَ أَحْسَنَ الظَّنَّ بِرَبِّهِ فَأَحْسَنَ الْعَمَلَ، وَإِنَّ الْفَاجِرَ أَسَاءَ الظَّنَّ بِرَبِّهِ فَأَسَاءَ الْعَمَلَ.

“Seorang mukmin berprasangka baik kepada Rabb-nya, maka ia pun memperbaiki amalnya. Sedangkan orang fajir berprasangka buruk, maka ia pun beramal buruk.” (HR. Abu Nu’aim 2/144)

Bagaimana mungkin seseorang mengaku berhusnuzhon kepada Allah, sementara ia terus menentang perintah-Nya, meremehkan larangan-Nya, bahkan terang-terangan memusuhi wali-wali Allah dan bersahabat dengan musuh-musuh-Nya?

Coba renungkan baik-baik: Bagaimana mungkin seseorang yakin bahwa Allah mendengar setiap kata, melihat setiap perbuatan, mengetahui yang rahasia maupun yang tampak, serta kelak akan meminta pertanggungjawaban atas semua amalnya, namun ia masih tenang dalam kemaksiatan? Apakah ini yang disebut husnuzhon?

Ini bukan husnuzhon, tapi penipuan terhadap diri sendiri. Allah tidak menjanjikan ampunan kepada orang yang terus membangkang tanpa usaha memperbaiki diri.

Perhatikan firman Allah Ta’ala:

‎إِنَّ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَٱلَّذِينَ هَاجَرُواْ وَجَٰهَدُواْ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِ أُوْلَٰٓئِكَ يَرۡجُونَ رَحۡمَتَ ٱللَّهِۚ وَٱللَّهُ غَفُورٞ رَّحِيمٞ

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman, dan orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itulah yang mengharapkan rahmat Allah. Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (QS. Al-Baqarah: 218)

Orang-orang yang benar-benar berharap rahmat Allah adalah mereka yang berjuang di jalan-Nya, bukan mereka yang tenggelam dalam dosa tanpa rasa takut.

Ummatal Islam…

Contoh nyata dari kejujuran dalam husnuzhon bisa kita lihat dari Nabi ﷺ sendiri. Dalam keadaan sakit menjelang wafatnya, beliau memiliki enam atau tujuh dinar. Beliau memerintahkan ‘Aisyah untuk membagikannya sebagai sedekah. Namun karena sibuk merawat beliau, ‘Aisyah lupa. Setelah sedikit membaik, beliau bertanya:

مَا فَعَلْتِ؟ أَكُنْتِ فَرَّقْتِ السِّتَّةَ الدَّنَانِيرِ؟

“Apa yang kau lakukan dengan dinar-dinar itu? Apakah sudah kau bagikan?”

‘Aisyah menjawab bahwa ia belum sempat. Maka beliau ﷺ menggenggam dinar-dinar itu dan bersabda:

مَا ظَنُّ نَبِيِّ اللهِ لَوْ لَقِيَ اللهَ، وَهَذِهِ عِنْدَهُ؟

“Apa prasangka seorang Nabi jika bertemu Allah, sementara dinar-dinar ini masih ada padanya?” (HR. Ahmad, no. 24733)

Begitu besar rasa takut beliau kepada Allah, padahal beliau seorang Nabi. Lalu bagaimana dengan kita, yang masih menyimpan tumpukan dosa, hak orang lain, dan kelalaian?

بَارَكَ اللَّهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيهِ مِنْ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيمِ، وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ، فَاسْتَغْفِرُوهُ؛ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ.

Khutbah Kedua

الْحَمْدُ لِلَّهِ الْوَاسِعِ الْجُودِ وَالْإِنْعَامُ، الْقَرِيبِ مِنْ عِبَادِهِ بِالرّحْمَةِ وَالْإِكْرَامِ، أَثْنَى عَلَى عِبَادِهِ الْمُؤْمِنِينَ بِحُسْنِ الظَّنِّ بِهِ، وَجَعَلَهُ مِنْ أَعْظَمِ الْقُرُبَاتِ وَأَبْوَابِ الرَّجَاءِ إِلَيْهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، الْكَرِيمُ الْغَفُورُ الْحَلِيمُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، خَيْرُ مِنْ رَجَا رَبَّهِ فَأَحْسَنَ الْعَمَلَ، صَلّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ، وَسَلَّمَ تَسْلِيمًا كَثِيرًا. أَمّا بَعْدُ؛

Ma’asyirol Muslimin wa Zumrotal Mu’minin…

Bertakwalah kepada Allah dan ucapkanlah ucapan yang benar, niscaya amal ibadah kita akan membaik, dan dosa kita akan terampuni. Allah Ta’ala berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا (٧٠) يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا

“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan ucapkanlah perkataan yang benar. Niscaya Allah akan memperbaiki amal-amal kalian dan mengampuni dosa-dosa kalian. Barang siapa menaati Allah dan Rasul-Nya, maka ia telah meraih kemenangan yang besar.” (QS. Al-Ahzab: 70-71)

Sidang Jama’ah Jum’at yang berbahagia…

Kalau sekadar mengaku “berhusnuzhon kepada Allah” lalu bebas bermaksiat, maka tidak akan ada lagi orang fasik dan zalim yang tersentuh azab. Semua orang bisa bebas menuruti hawa nafsunya, lalu berlindung di balik kata-kata manis: “Saya yakin Allah Maha Pengampun.”

Nabi Ibrahim ‘alaihissalam pernah mengingatkan kaumnya:

‎أَئِفْكًا آلِهَةً دُونَ ٱللَّهِ تُرِيدُونَ (٨٦) فَمَا ظَنُّكُم بِرَبِّ ٱلْعَـٰلَمِينَ

“Apakah kalian menghendaki tuhan-tuhan palsu selain Allah? Maka apa prasangka kalian terhadap Rabb seluruh alam ini?” (QS. Ash-Shaffat: 86–87)

Maksudnya: Apa balasan yang kalian sangka akan Allah berikan jika kalian bertemu dengan-Nya dalam keadaan menyekutukan-Nya?

Maka, husnuzhon yang benar kepada Allah harus disertai usaha sungguh-sungguh untuk taat dan memperbaiki diri. Orang yang sungguh-sungguh beramal karena berharap balasan dari Allah, dialah yang benar-benar husnuzhon.

Rasulullah ﷺ bersabda:

‎ٱلْكَيِّسُ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ، وَعَمِلَ لِمَا بَعْدَ ٱلْمَوْتِ، وَٱلْعَاجِزُ مَنۡ أَتۡبَعَ نَفۡسَهُ هَوَاهَا، وَتَمَنَّىٰ عَلَى ٱللَّهِ

“Orang yang cerdas adalah yang mampu mengevaluasi dirinya dan beramal untuk kehidupan setelah mati. Sedangkan orang lemah adalah yang mengikuti hawa nafsunya dan hanya berangan-angan kepada Allah.”
(HR. Tirmidzi, no. 2459, Ibnu Majah, no. 4260, Ahmad, no. 17164)

Kesimpulannya, husnuzhon yang benar kepada Allah adalah yang dibarengi dengan amal shalih dan usaha untuk menjauhi maksiat. Jika seseorang malah terus hidup dalam kelalaian dan dosa, lalu mengaku berprasangka baik kepada Allah, maka itu hanyalah harapan kosong yang menipu dirinya sendiri.

Semoga Allah Ta’ala menjadikan kita termasuk orang yang senantiasa berhusnuzhon kepada-Nya dengan terus beramal baik, dan menjauhkan diri dari tertipu oleh angan-angan kosong. Aamiin Ya Rabbal ‘alamiin..

أَيُّهَا الْمُؤْمِنُونَ…
إِنَّ اللَّهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيهِ بِنَفْسِهِ، وَثَنَّى بِمَلَائِكَتِهِ الْمُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ، وَأَيَّهَ بِكُمْ أَيُّهَا الْمُؤْمِنُونَ مِنْ جِنِّهِ وَإِنْسِهِ، فَقَالَ عَزَّ وَجَلَّ: إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًاً.
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ.

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيعٌ قَرِيبٌ مُجِيبُ الدَّعَوَاتِ، وَيَا قَاضِي الْحَاجَاتِ.

اللَّهُمَّ اجْعَلِ الْقُرْآنَ رَبِيعَ قُلُوبِنَا، وَنُورَ صُدُورِنَا، وَجَلَاءَ أَحْزَانِنَا، وَذَهَابَ هُمُومِنَا وَغُمُومِنَا، وَشِفَاءَ قُلُوبِنَا وَأَبْدَانِنَا.

اللَّهُمَّ أَصْلِحْ وُلَاةَ أُمُورِنَا وَوَفِّقْهُمْ لِمَا تُحِبُّ وَتَرْضَى، وَقَرِّبَ إِلَيْهِمْ الْبِطَانَةَ الصَّالِحَةَ، وَجَنِّبْهُمْ بِطَانَةَ السُّوءِ.

اللَّهُمَّ أَنْجِ الْمُسْتَضْعَفِينَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ، اللَّهُمَّ أَنْجِ الْمُسْتَضْعَفِينَ مِنْ الْمُؤْمِنِينَ، فِي فِلَسْطِينَ وَفِي كُلِّ مَكَانٍ، اللَّهُمَّ اشْدُدْ وَطْأَتَكَ عَلَى الْيَهُودِ، رَبَّنَا اطْمِسْ عَلَى أَمْوَالِهِمْ وَاشْدُدْ عَلَى قُلُوبِهِمْ، فَلَا يُؤْمِنُوا حَتَّى يَرَوُا الْعَذَابَ الْأَلِيمَ.

اللَّهُمَّ آتِ نُفُوسَنَا تَقْوَاهَا وَزَكِّهَا أَنْتَ خَيْرُ مَنْ زَكَّاهَا أَنْتَ وَلِيُّهَا وَمَوْلَاهَا
اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالْعَفَافَ وَالْغِنَى.
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً، وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.

عِبَادَ اللَّهِ، إِنَّ ٱللَّهَ يَأْۡمُرُ بِٱلِۡعَدْۡلِ وَٱلِۡإِحْۡسَٰنِ وَإِيتَآيِٕ ذِي ٱلِۡقُرْۡبَىٰ وَيَنْۡهَىَٰ عَنِ ٱلِۡفَحْۡشَآءِ وَٱلِۡمُنْكَرِ وَٱلْبَغٍّۡيِۚ يَعِظُكُمْۡ لَعَلَّكُمْۡ تَذَكَّرُونَ.

فَاذْكُرُوا اللَّهَ الْعَظِيمَ الْجَلِيلَ يُذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلِذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ، وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ. أَقِمِ الصَّلَاةَ..

(Terinspirasi dari nasehat yang disampaikan oleh Ibnul Qayyim dalam kitabnya Ad-Daa’ wa Ad-Dawaa’, hlm. 44-49)