Khutbah Jum’at: Harapan Keselamatan Untuk yang Terperangkap Cinta Terlarang

Khutbah Pertama

ٱلْـحَمْدُ لِلَّهِ ٱلَّذِي جَعَلَ ٱلْبَصَائِرَ أَقْوَى مِنَ ٱلْأَبْصَارِ، وَرَفَعَ أَقْوَامًا بِطَهَارَةِ ٱلْقَلْبِ وَنَقَاءِ ٱلسَّرَائِرِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَٰهَ إِلَّا ٱللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، يَعْلَمُ خَائِنَةَ ٱلْأَعْيُنِ وَمَا تُخْفِي ٱلصُّدُورُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، سَيِّدُ ٱلْعَافِّينَ، وَإِمَامُ ٱلْغَاضِّينَ لِأَبْصَارِهِمْ، صَلَوَاتُ رَبِّي وَسَلَامُهُ عَلَيْهِ، وَعَلَىٰ آلِهِ وَصَحْبِهِ ٱلطَّاهِرِينَ. أَمَّا بَعْدُ:

Ma’asyirol Muslimin wa Zumrotal Mu’minin…

Dari mimbar yang mulia ini, khatib tak henti-hentinya mengingatkan diri pribadi dan jama’ah sekalian untuk bertakwa dan terus beristigfar memohon ampunan kepada Allah Ta’ala, karena Allah tidak akan mengazab penduduk suatu negeri selama mereka beristigfar.

وَمَا كَانَ ٱللَّهُ لِيُعَذِّبَهُمۡ وَأَنتَ فِيهِمۡۚ وَمَا كَانَ ٱللَّهُ مُعَذِّبَهُمۡ وَهُمۡ يَسۡتَغۡفِرُونَ

“Allah tidak akan menghukum mereka, selama engkau (Muhammad) berada di antara mereka. Dan tidaklah (pula) Allah akan menghukum mereka, sedang mereka (masih) memohon ampunan.” (QS. Al-Anfal: 33)

Sidang Jama’ah Jum’at yang Allah muliakan…

Salah satu hal yang paling mengganggu jiwa dan membuat orang-orang di sekitarnya merasa prihatin adalah ketika seseorang terjerat dalam cinta yang terlarang.

Maka, jika ada yang bertanya: Apakah masih ada obat bagi cinta yang terlarang, sebuah penyakit yang begitu kronis ini?

Adakah ruqyah yang bisa menyembuhkan dari sihir cinta yang membinasakan ini?

Apa jalan keluar dari kegilaan dan kekacauan batin yang disebabkan oleh cinta terlarang?

Adakah peluang terbukanya jalan lurus menuju taufik Allah seteleh terjebak dalam hal ini?

Mungkinkah orang yang mabuk oleh anggur cinta bisa sadar kembali?

Bisakah orang yang dikuasai cinta mengendalikan hatinya, padahal cinta itu telah meresap hingga ke dasar jiwanya?

Masih adakah harapan bagi korban untuk sembuh dari sakit yang parah ini?

Jika seseorang menasihatinya, dia malah menikmati teguran itu karena mengingatkan dirinya kepada sang kekasih.

Jika ada yang mencelanya, celaan itu justru menyulut keinginannya dan membawanya makin jauh ke arah yang ia cintai.

Jawabannya: Ya, tentu saja ada obatnya!

Rasulullah ﷺ bersabda:

مَا أَنْزَلَ اللَّهُ دَاءً إِلَّا أَنْزَلَ لَهُ شِفَاءً، عَلِمَهُ مَنْ عَلِمَهُ، وَجَهِلَهُ مَنْ جَهِلَهُ

“Tidaklah Allah menurunkan suatu penyakit, melainkan Dia juga menurunkan obatnya. Ada yang mengetahuinya dan ada pula yang tidak mengetahuinya.” (HR. Baihaqi, no. 6863 dalam as-Sunan)

Ikhwatii fiddiin rahimani wa rahimakumullah…

Pembahasan tentang pengobatan penyakit ini terbagi dua:
1. Mencegah sebelum terjangkit.
2. Mengobati setelah terkena.

Keduanya mudah bagi siapa yang dimudahkan oleh Allah dan mustahil bagi siapa yang tidak diberi pertolongan oleh-Nya. Sebab, segala urusan berada di tangan-Nya.

Adapun cara mencegah diri kita supaya tidak jatuh ke dalam cinta terlarang adalah: dimulai dari menundukkan pandangan.

Pandangan adalah panah beracun dari panah-panah Iblis.
Siapa yang melepaskan pandangannya, maka penyesalan akan terus mengikutinya.

Menundukkan pandangan memiliki banyak manfaat yang menjadi bagian dari obat mujarab bagi penyakit ini:

Pertama: menundukkan pandangan adalah bentuk ketaatan kepada Allah.
Ini adalah puncak kebahagiaan seorang hamba di dunia dan akhirat.
Tidak ada yang lebih bermanfaat bagi hati dan hidup seorang hamba selain taat kepada Allah.
Dan tidak ada yang lebih merusaknya selain mengabaikan perintah-Nya.

Kedua: ia mencegah panah beracun itu mengenai hati.
Sebab, jika terkena, bisa jadi itu adalah awal dari kehancuran.

Ketiga: ia mendatangkan kelezatan ruhani berupa kedekatan dengan Allah.
Sementara pandangan bebas justru memecah hati dan menjauhkan dari-Nya.

Keempat: ia menguatkan dan menggembirakan hati.
Dan sebaliknya, pandangan bebas yang tak dikontrol akan melemahkan dan membuat hati gelisah.
Menundukkan pandangan dapat menerangi hati dengan cahaya.

Allah Ta’ala berfirman:

قُل لِّلۡمُؤۡمِنِينَ يَغُضُّواْ مِنۡ أَبۡصَٰرِهِمۡ وَيَحۡفَظُواْ فُرُوجَهُمۡۚ

“Katakanlah kepada laki-laki yang beriman, agar mereka menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluannya.”

Apa gerangan menundukkan pandangan?

‎ذَٰلِكَ أَزۡكَىٰ لَهُمۡۚ إِنَّ ٱللَّهَ خَبِيرُۢ بِمَا يَصۡنَعُونَ

“Yang demikian itu lebih suci bagi mereka. Sungguh, Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.” (QS. An-Nur: 30)

Kemudian 5 ayat setelah ayat ini Allah menyebutkan tentang cahaya, sebagai isyarat akan cahaya yang akan menyinari hati-hati orang beriman yang menundukkan pandangan.

Allah berfirman:

۞ٱللَّهُ نُورُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِۚ مَثَلُ نُورِهِۦ كَمِشۡكَوٰةٖ فِيهَا مِصۡبَاحٌۖ

“Allah (pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya-Nya, seperti sebuah lubang yang tidak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar.” (QS. An-Nur: 35)

Yakni cahaya Allah yang memenuhi hati orang yang menjaga pandangan dan menjauhi larangan-Nya.

Ikhwatal Iman…

Saat hati dipenuhi cahaya, berbagai kebaikan akan mengalir kepadanya dari segala arah. Sebaliknya, ketika hati diselimuti kegelapan, malapetaka dan keburukan pun berdatangan dari segala penjuru.

Beragam bentuk bid’ah, kesesatan, mengikuti hawa nafsu, menjauh dari petunjuk, berpaling dari jalan kebahagiaan, dan tenggelam dalam sebab-sebab kesengsaraan, semua itu hanya bisa dikenali dengan cahaya yang ada di hati. Jika cahaya itu hilang, maka manusia akan hidup layaknya orang buta yang tersesat di tengah kegelapan yang pekat.

Keenam: menundukkan pandangan dapat melahirkan firasat yang tajam dan benar.

Syah al-Karmani rahimahullah berkata:

مَنْ عَمَرَ ظَاهِرَهُ بِاتِّبَاعِ السُّنَّةِ، وَبَاطِنَهُ بِدَوَامِ الْمُرَاقَبَةِ، وَغَضَّ بَصَرَهُ عَنِ الْمَحَارِمِ، وَكَفَّ نَفْسَهُ عَنِ الشَّهَوَاتِ، وَاغْتَذَى بِالْحَلَالِ لَمْ تُخْطِئْ فِرَاسَتُهُ

“Barangsiapa memperbaiki lahiriyahnya dengan mengikuti sunnah, batinnya dengan terus merasa diawasi (oleh Allah), menundukkan pandangannya dari hal-hal yang haram, menahan dirinya dari syahwat, dan mengisi hidupnya dengan yang halal, maka firasatnya tidak akan meleset.”

Rasulullah ﷺ bersabda:

إِنَّكَ لَنْ تَدَعَ شَيْئًا لِلَّهِ إِلَّا بَدَّلَكَ اللَّهُ بِهِ مَا هُوَ خَيْرٌ لَكَ مِنْهُ

“Sesungguhnya engkau tidak meninggalkan sesuatu karena Allah, melainkan Allah akan menggantinya dengan sesuatu yang lebih baik bagimu.” (HR. Ahmad, no. 23074)

Maka barang siapa menahan pandangannya karena Allah, maka Allah akan memberinya cahaya di hatinya dan membukakan baginya pintu ilmu, iman, dan ma’rifah.

Sebaliknya, orang yang suka memandang maksiat, akan tenggelam dalam mabuk syahwat dan buta hati.

Allah Ta’ala berfirman:

لَعَمْرُكَ إِنَّهُمْ لَفِي سَكْرَتِهِمْ يَعْمَهُونَ

“Demi umurmu (wahai Muhammad), sesungguhnya mereka benar-benar dalam keadaan mabuk (lalai) dalam kesesatan mereka.” (QS. Al-Hijr: 72)

Ketujuh: menundukkan pandangan dapat memberi kekuatan dan keberanian.
Allah mengumpulkan dalam dirinya dua kekuatan: kekuatan ilmu dan kekuatan amal.

Malik bin Dinar rahimahullah berkata:

مَنْ غَلَبَ شَهْوَةَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا، فَذَلِكَ الَّذِي يَفْرَقُ الشَّيْطَانُ مِنْ ظِلِّهِ

“Barangsiapa mampu mengalahkan syahwat dunia, maka dialah orang yang sampai bayangannya saja ditakuti setan.” (HR. Abu Nu’aim 2/365)

Sebaliknya, pada orang yang mengikuti hawa nafsunya, engkau akan dapati kehinaan jiwa, kerendahan martabat, kehancuran harga diri, dan kehinaan yang Allah tanamkan pada siapa saja yang durhaka kepada-Nya.

Hasan al-Bashri rahimahullah berkata:

إِنَّهُمْ وَإِنْ طَقْطَقَتْ بِهِمُ الْبِغَالُ، وَهَمْلَجَتْ بِهِمُ الْبَرَاذِينُ، إِنَّ ذُلَّ الْمَعْصِيَةِ فِي رِقَابِهِمْ، أَبَى اللَّهُ إِلَّا أَنْ يُذِلَّ مَنْ عَصَاهُ

“Meskipun mereka dibawa oleh kendaraan yang mewah, dan menunggang kuda-kuda yang anggun, namun kehinaan maksiat tetap menggantung di leher mereka. Allah enggan kecuali menghinakan orang yang durhaka kepada-Nya.” (HR. Abu Nu’aim 2/177)

Allah Ta’ala berfirman:

مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْعِزَّةَ فَلِلَّهِ الْعِزَّةُ جَمِيعًا إِلَيْهِ يَصْعَدُ الْكَلِمُ الطَّيِّبُ وَالْعَمَلُ الصَّالِحُ يَرْفَعُهُ

“Barangsiapa menghendaki kemuliaan, maka (ketahuilah bahwa) semua kemuliaan itu milik Allah. Kepada-Nyalah naik perkataan yang baik, dan amal saleh akan mengangkatnya.”
(QS. Fathir: 10)

Maksudnya, barang siapa yang benar-benar menginginkan kemuliaan, hendaklah ia mencarinya melalui ketaatan kepada Allah dan dzikir kepada-Nya, yakni dengan ucapan yang baik dan amal shalih. Sebab kemuliaan sejati hanya dapat diraih dengan cara itu, bukan dengan maksiat, bukan dengan kedudukan dunia, bukan pula dengan mencari pengakuan manusia.

بَارَكَ اللَّهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيهِ مِنْ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيمِ. أَقُولُ قَوْلِي هَذَا فَاسْتَغْفِرُوهُ إِنَّهُ هُوَ الْعَفُورُ الرَّحِيمُ

Khutbah Kedua

ٱلْـحَمْدُ لِلَّهِ ٱلَّذِي جَعَلَ غَضَّ ٱلْبَصَرِ حِصْنًا لِلْعِفَّةِ، وَسَبَبًا لِطَهَارَةِ ٱلْقَلْبِ وَسَلَامَةِ ٱلصَّدْرِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَٰهَ إِلَّا ٱللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، أَمَرَ بِحِفْظِ ٱلْفُرُوجِ وَٱبْتَدَأَهُ بِغَضِّ ٱلْأَبْصَارِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، ٱلْمُصْطَفَى ٱلْمُخْتَارُ، صَلَّى ٱللَّهُ وَسَلَّمَ عَلَيْهِ وَعَلَىٰ آلِهِ وَصَحْبِهِ ٱلْأَبْرَارِ. أَمَّا بَعْدُ:

Ma’asyiral Muslimin wa Zumrotal Mu’minin…

Faedah Kedelapan dari menundukkan pandangan adalah: bahwa ia dapat menutup pintu masuk setan ke dalam hati. Sebab setan sering masuk bersama pandangan mata, dan tembus ke dalam hati lebih cepat dari angin yang menembus ruang kosong. Ia segera membisikkan gambaran indah dari apa yang dilihat, menghiasinya, dan menjadikannya seperti berhala yang dipuja oleh hati.

Setelah itu, setan mulai memberi janji dan angan-angan, menyalakan api syahwat dalam hati, lalu menumpuk kayu bakar maksiat yang sebelumnya tidak akan mampu dilakukan jika bukan karena pandangan tadi. Akibatnya, hati pun terbakar, dan dari kobaran itulah muncul desahan napas penuh gelisah, hawa panas, dan perasaan terbakar dalam dada.

Sungguh, hati yang terbakar itu seperti dikepung api dari segala arah, dan berada di tengah kobaran seperti seekor kambing yang terkurung di dalam tungku.

Ikhwatal Iman…

Yang kesembilan: Menundukkan pandangan dapat membantu hati tersibuk kan dengan hal-hal yang bermanfaat.
Sementara pandangan liar menyebarkan perhatian, menghambat fokus, dan menjatuhkan hati ke dalam kelalaian serta hawa nafsu.

Faedah kesepuluh: Bahwa antara mata dan hati terdapat jalur yang saling terhubung dan memengaruhi. Salah satunya akan ikut rusak jika yang lain rusak, dan akan menjadi baik jika yang lain menjadi baik.

Jika hati rusak, maka rusak pula pandangan mata. Dan jika pandangan mata rusak, maka hati pun ikut rusak. Begitu juga sebaliknya: jika pandangan terjaga, hati pun akan terjaga.

Namun jika mata dibiarkan rusak dan liar, hati pun ikut hancur, hingga akhirnya hati itu menjadi seperti tempat sampah, tempat berkumpulnya najis, kotoran, dan segala hal menjijikkan. Hati seperti ini tak lagi layak menjadi tempat bagi ma’rifat kepada Allah, cinta kepada-Nya, kembali kepada-Nya, merasakan kedekatan dengan-Nya, dan meraih kebahagiaan karena berada di sisi-Nya. Yang menghuni hati seperti ini hanyalah hal-hal yang bertentangan dengan itu semua.

Inilah isyarat dari sebagian faedah penting dalam menundukkan pandangan, yang akan membukakan kepadamu faedah-faedah besar lainnya yang lebih dalam dan luas.

Ummatal Islam…

Bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa. Sesungguhnya dunia ini penuh dengan jebakan pandangan yang mematikan hati. Kita hidup di zaman di mana fitnah datang dari segala arah. bukan lagi harus dicari, tapi justru datang menjemput, mengetuk layar-layar kecil di tangan kita, memaksa pandangan, dan mengikis iman sedikit demi sedikit.

Karena itu, saya mewasiatkan kepada diri saya sendiri dan kepada para jama’ah: jagalah pandangan kita.

Pandangan adalah panah beracun dari panah-panah Iblis. Bila ia dilepaskan tanpa kendali, ia akan menancap di hati, menumbuhkan rasa yang haram, membangkitkan syahwat, dan melemahkan semangat ibadah. Satu pandangan yang tidak dijaga, bisa menjadi sebab seorang hamba jatuh ke dalam lumpur maksiat yang sulit keluar darinya.

Di zaman ini, menundukkan pandangan bukan hanya dari jalanan dan pergaulan, tetapi juga dari layar-layar yang kita pegang setiap hari. Berapa banyak mata yang rusak karena gambar yang haram? Berapa banyak hati yang gelap karena video yang menjerumuskan? Berapa banyak rumah tangga yang hancur karena pandangan yang tidak dijaga?

‎أَيُّهَا الْمُؤْمِنُونَ، إِنَّ اللَّهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيهِ بِنَفْسِهِ، وَثَنَّى بِمَلَائِكَتِهِ الْمُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ، وَأَيُّهُ بِكُمْ أَيُّهَا الْمُؤْمِنُونَ مِنْ جِنِّهِ وَإِنْسِهِ، فَقَالَ عَزَّ وَجَلَّ: ﴿إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا﴾، اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى عَبْدِكَ وَرَسُولِكَ مُحَمَّدٍ، وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنْ خُلَفَائِهِ الرَّاشِدِينَ، أَبِي بَكْرٍ، وَعُمَرَ، وَعُثْمَانَ، وَعَلِيٍّ، وَعَنْ سَائِرِ الصَّحَابَةِ أَجْمَعِينَ، وَعَنِ التَّابِعِينَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ، وَعَنَّا مَعَهُمْ بِمِنِّكَ وَكَرَمِكَ يَا أَكْرَمَ الْأَكْرَمِينَ.

‎اللَّهُمَّ اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ، وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا لِلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَؤُوفٌ رَحِيمٌ.

‎اللَّهُمَّ أَعِزَّ الْإِسْلَامِ وَالْمُسْلِمِينَ، وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَالْمُشْرِكِينَ، وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّينِ، وَاحْمِ حَوْزَةَ الْإِسْلَامِ، وَاجْعَلْ هَذَا الْبَلَدَ آمِنًاً مُطْمَئِنًا وَسَائِرَ بِلَادِ الْمُسْلِمِينَ.

‎اللَّهُمَّ أَصْلِحْ أَحْوَالَ الْمُسْلِمِينَ فِي كُلِّ مَكَانٍ، وَاجْمَعْ كَلِمَتَهُمْ عَلَى الْحَقِّ يَا رَبَّ الْعَالَمِينَ.

‎اللَّهُمَّ ٱقْسِمْ لَنَا مِنْ خَشْيَتِكَ مَا يَحُولُ بَيْنَنَا وَبَيْنَ مَعَاصِيكَ، وَمِنْ طَاعَتِكَ مَا تُبَلِّغُنَا بِهِ جَنَّتَكَ، وَمِنَ ٱلْيَقِينِ مَا يُهَوِّنُ عَلَيْنَا مُصِيبَاتِ ٱلدُّنْيَا، وَمَتِّعْنَا بِأَسْمَاعِنَا وَأَبْصَارِنَا وَقُوَّتِنَا مَا أَحْيَيْتَنَا، وَٱجْعَلْهُ ٱلْوَارِثَ مِنَّا، وَٱجْعَلْ ثَأْرَنَا عَلَىٰ مَنْ ظَلَمَنَا، وَٱنْصُرْنَا عَلَىٰ مَنْ عَادَانَا، وَلَا تَجْعَلْ مُصِيبَتَنَا فِي دِينِنَا، وَلَا تَجْعَلِ ٱلدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّنَا، وَلَا مَبْلَغَ عِلْمِنَا، وَلَا تُسَلِّطْ عَلَيْنَا مَنْ لَا يَرْحَمُنَا.

‎اللَّهُمَّ أَصْلِحْ وُلَاةَ أُمُورِنَا وَوَفِّقْهُمْ لِمَا تُحِبُّ وَتَرْضَى، وَقَرِّبْ إِلَيْهِمْ الْبِطَانَةَ الصَّالِحَةَ، وَجَنِّبْهُمْ بِطَانَةَ السُّوءِ.

‎رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.

‎عِبَادَ اللَّهِ، إِنَّ ٱلِلَّهَ يَأْۡمُرُ بِٱلِۡعَدْۡلِ وَٱلِۡإِحْۡسَٰنِ وَإِيتَآيِٕ ذِي ٱلِۡقُرْۡبَىٰ وَيَنْۡهَىَٰ عَنِ ٱلِۡفَحْۡشَآءِ وَٱلِۡمُنْكَرِ وَٱلْبَغٍّۡيِۚ يَعِظُكُمْۡ لَعَلَّكُمْۡ تَذَكَّرُونَ.

‎فَاذْكُرُوا اللَّهَ الْعَظِيمَ الْجَلِيلَ يُذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلِذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ، وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ. أَقِمِ الصَّلَاةَ..

(Terinspirasi dari nasehat yang disampaikan oleh Ibnul Qayyim dalam kitabnya Ad-Daa’ wa Ad-Dawaa’, hlm. 413-422)