Khutbah Pertama
ٱلْـحَمْدُ لِلَّهِ ٱلَّذِي فَتَحَ بَصَائِرَ ٱلْمُؤْمِنِينَ بِنُورِ ٱلْهِدَايَةِ، وَأَظْلَمَ قُلُوبَ ٱلْمُعْرِضِينَ بِسُحُبِ ٱلْغِوَايَةِ، فَلَا تَقُومُ لِلْحَقِّ فِي صُدُورِهِمْ قَائِمَةٌ، وَلَا يَثْبُتُ فِي قُلُوبِهِمْ نُورٌ وَلَا هِدَايَةٌ.
وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَٰهَ إِلَّا ٱللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، لَا يُضِلُّ مَنِ ٱسْتَعْصَمَهُ، وَلَا يَهْدِي مَنْ أَعْرَضَ عَنْهُ وَرَفَضَ أَمْرَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، أَرْسَلَهُ ٱللَّهُ بِٱلنُّورِ ٱلْمُبِينِ، لِيَفْتَحَ بِهِ أَعْيُنًا عُمْيًا، وَآذَانًا صُمًّا، وَقُلُوبًا غُلْفًا، صَلَّى ٱللَّهُ عَلَيْهِ وَعَلَىٰ آلِهِ وَصَحْبِهِ، وَسَلَّمَ تَسْلِيمًا كَثِيرًا.
أَمَّا بَعْدُ،
Ma’asyirol Muslimin wa Zumrotal Mu’minin…
Dari mimbar yang mulia ini, khatib kembali mengingatkan diri sendiri dan segenap jamaah agar senantiasa meningkatkan ketakwaan kepada Allah ‘Azza wa Jalla. Dengan bertakwa, niscaya amal ibadah kita akan membaik, dan dosa kita akan terampuni. Allah Ta’ala berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا (٧٠) يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan ucapkanlah perkataan yang benar. Niscaya Allah akan memperbaiki amal-amal kalian dan mengampuni dosa-dosa kalian. Barang siapa menaati Allah dan Rasul-Nya, maka ia telah meraih kemenangan yang besar.” (QS. Al-Ahzab: 70-71)
Sidang Jama’ah Jum’at yang Allah muliakan…
Hadirkan selalu dalam benak kita berbagai macam hukuman yang Allah tetapkan atas dosa. Bayangkanlah kemungkinan hukuman itu menimpa kita, dan jadikan hal itu sebagai dorongan kuat untuk meninggalkan dosa. Di sini kami akan menyebutkan beberapa contohnya, cukup untuk menjadi pelajaran bagi orang yang berakal dan mempercayainya.
Sungguh mengherankan, seseorang bisa tahu betapa bahayanya dosa, bahkan melihat sendiri akibatnya pada orang lain, namun tetap larut di dalamnya, seolah dirinya kebal dari hukuman Allah dan dikecualikan dari aturan-Nya.
أَفَأَمِنُواْ مَكۡرَ ٱللَّهِۚ فَلَا يَأۡمَنُ مَكۡرَ ٱللَّهِ إِلَّا ٱلۡقَوۡمُ ٱلۡخَٰسِرُونَ
“Apakah mereka merasa aman dari siksaan Allah (yang tidak terduga-duga)? Tidak ada yang merasa aman dari siksaan Allah selain orang-orang yang rugi.” (QS. Al-A’raf: 99)
Ikhwatal Iman…
Di antara hukuman dari dosa adalah hati yang ditutup dan dikunci, pendengaran yang tak lagi mampu menerima kebenaran, dan pandangan yang tertutupi dari cahaya petunjuk. Hati menjadi keras, tertutup lapisan demi lapisan, hingga akhirnya tak lagi mampu melihat yang benar sebagai kebenaran.
Allah menjadikan jarak antara seseorang dan hatinya, hingga ia lalai dari mengingat-Nya, lupa akan kebaikan untuk dirinya sendiri, tak lagi peduli akan kebersihan hatinya, dan dadanya menjadi sempit dan sesak, seolah-olah ia sedang mendaki ke langit.
Maksiat juga membuat hati berpaling dari kebenaran, menambah penyakit dalam hati yang telah sakit, dan membalikkan fitrah sehingga tak lagi bisa membedakan antara yang benar dan yang salah, antara sunnah dan bid’ah, antara tauhid dan syirik.
Sebagaimana dikatakan oleh Hudzaifah bin Yaman radhiyallahu ‘anhu:
القُلوبُ أربعةٌ: فَقَلْبٌ أَجْرَدُ فِيهِ سِرَاجٌ يُزْهِرُ، فَذَلِكَ قَلْبُ المُؤْمِنِ. وَقَلْبٌ أَغْلَفُ، فَذَلِكَ قَلْبُ الكَافِرِ. وَقَلْبٌ مَنْكُوسٌ، فَذَلِكَ قَلْبُ المُنَافِقِ. وَقَلْبٌ تُـمِدُّهُ مَادَّتَانِ: مَادَّةُ إِيمَانٍ وَمَادَّةُ نِفَاقٍ، وَهُوَ لِمَا غَلَبَ عَلَيْهِ مِنْهُمَا
“Hati itu ada empat: Hati yang bersih dan bersinar dengan cahaya, itulah hati orang beriman. Hati yang tertutup rapat, itulah hati orang kafir. Hati yang terbalik, itulah hati orang munafik. Hati yang memiliki dua sumber aliran: aliran keimanan dan aliran kemunafikan. Maka hati itu akan condong mengikuti yang paling dominan.” (HR. Ibnu Abi Syaibah, no. 30395)
Ummatal Islam…
Akibat dosa, Allah bisa menghalangi seseorang dari melakukan kebaikan dan membuatnya berat untuk beribadah. Hatinya menjadi tuli dari mendengar kebenaran, bisu dari mengucapkannya, dan buta dari melihatnya.
Hatinya tak lagi bisa merespons kebenaran, seperti telinga yang tak bisa mendengar suara, mata yang tak bisa melihat cahaya, dan lidah yang tak bisa bicara.
Dari sini kita pahami, bahwa tuli, bisu, dan buta yang sesungguhnya bukan pada pancaindra, tapi pada hati. Allah Ta’ala berfirman:
فَإِنَّهَا لَا تَعْمَى الْأَبْصَارُ وَلَكِنْ تَعْمَى الْقُلُوبُ الَّتِي فِي الصُّدُورِ
“Sesungguhnya bukan mata itu yang buta, tetapi yang buta ialah hati yang di dalam dada.” (QS. Al-Hajj: 46)
Ikhwatii fiddiin rahimani wa rahimakumullah…
Salah satu hukuman dari dosa adalah: hati yang dibalik dan dijatuhkan ke dalam kehinaan, seperti bumi yang ditenggelamkan. Ia jatuh ke titik paling rendah tanpa disadari pemiliknya.
Tandanya, hati itu selalu condong pada hal-hal yang hina, kotor, dan rendah. Sementara hati yang dijaga Allah justru tertarik pada kebaikan, amal mulia, dan akhlak yang terpuji.
Dikatakan oleh sebagian salaf:
إِنَّ هَذِهِ الْقُلُوبَ جَوَّالَةٌ، فَمِنْهَا مَا يَجُولُ حَوْلَ الْعَرْشِ، وَمِنْهَا مَا يَجُولُ حَوْلَ الْحُشِّ.
“Hati-hati itu berkelana. Ada yang berkelana di sekitar Arsy, dan ada yang berkelana di sekitar septic tank.”
Hati pun bisa berubah bentuk, sebagaimana tubuh bisa diubah rupanya. Hati yang rusak karena dosa bisa menyerupai hati hewan, sesuai dengan sifat dan perilaku pemiliknya.
Ada hati yang berubah seperti hati babi karena sifat rakus dan najis pemiliknya. Ada pula yang seperti anjing, keledai, ular, atau kalajengking, karena akhlak dan kelakuan mereka yang serupa dengan hewan-hewan tersebut.
Sufyan bin ‘Uyainah rahimahullah berkata tatkala menafsirkan firman Allah:
وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الْأَرْضِ وَلَا طَائِرٍ يَطِيرُ بِجَنَاحَيْهِ إِلَّا أُمَمٌ أَمْثَالُكُمْ
“Dan tidak ada binatang melata di bumi dan tidak ada burung yang terbang dengan kedua sayapnya melainkan umat seperti kamu juga.” (QS. Al-An’am: 38)
Beliau berkata:
“Di antara manusia ada yang berakhlak seperti binatang buas, ada yang seperti anjing, babi, keledai. Ada yang bersolek dengan bajunya seperti merak dengan bulunya, ada yang bodoh seperti keledai, ada yang suka berbagi seperti ayam jantan, ada yang akrab seperti burung merpati, ada yang pendendam seperti unta, dan ada pula yang seluruhnya baik seperti kambing. Ada yang seperti serigala, ada yang seperti rubah yang licik.” (Lihat: Tafsir al-Qurthubi 6/270)
Dalam Al-Qur’an, Allah menyerupakan orang-orang bodoh dan tersesat dengan keledai, anjing, dan hewan ternak. Karena batin mereka begitu rusak, maka kemiripan itu lambat laun bisa tampak secara lahir—meski samar—dan hanya dikenali oleh orang yang tajam pandangannya.
Namun bila kerusakan itu semakin parah, kemiripan itu bisa terlihat jelas dalam sikap dan perbuatan, hingga akhirnya bisa menjelma dalam bentuk fisik. Inilah yang pernah Allah timpakan kepada kaum Yahudi, dan akan terjadi pula pada sebagian umat ini: mereka diubah menjadi kera dan babi.
فَلَمَّا عَتَوْا عَنْ مَا نُهُوا عَنْهُ قُلْنَا لَهُمْ كُونُوا قِرَدَةً خَاسِئِينَ
“Ketika mereka (orang-orang yahudi) terus-menerus melakukan hal yang telah dilarang, Kami katakan kepada mereka: Jadilah kalian kera yang hina.” (QS. Al-A’raf: 166)
Subhanallah!
Betapa banyak hati yang terbalik tanpa disadari pemiliknya. Ada yang rusak total, tenggelam dalam kehinaan, bahkan berubah bentuk, namun tetap merasa aman karena dipuji manusia, karena aibnya ditutupi Allah, atau karena nikmat yang terus mengalir.
Padahal itu semua adalah bentuk hukuman dan kehinaan, tapi orang yang bodoh justru mengiranya sebagai kemuliaan dan tanda keberkahan.
بَارَكَ اللَّهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيهِ مِنْ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيمِ. أَقُولُ قَوْلِي هَذَا فَاسْتَغْفِرُوهُ إِنَّهُ هُوَ الْعَفُورُ الرَّحِيمُ
Khutbah Kedua
الحمدُ للهِ الّذي حَذَّرَ من الخَطِيئَةِ وَالعِصْيَان، وَوَعَدَ المُتَّقِينَ بِالجَنَّةِ وَالرِّضْوَان. نَحمَدُهُ حَمْدَ الخَائِفِينَ، وَنَسْتَغْفِرُهُ اسْتِغْفَارَ المُقَصِّرِينَ، وَنَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ، وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، عَزَّ فَغَفَرَ، وَجَلَّ فَسَطَرَ، وَهُوَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ. وَنَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، خَيْرُ مَنْ خَافَ رَبَّهُ وَخَشِيَهُ، صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ، وَمَنْ تَبِعَهُ وَاقْتَفَى أَثَرَهُ، إِلَى يَوْمِ الدِّين.
أَمَّا بَعْدُ،
Ma’asyirol Muslimin wa Zumrotal Mu’minin…
Bertakwalah kepada Allah dan teruslah beristigfar memohon ampunan kepada-Nya, karena Allah tidak akan mengadzab penduduk suatu negeri selama mereka beristigfar.
وَمَا كَانَ ٱللَّهُ لِيُعَذِّبَهُمۡ وَأَنتَ فِيهِمۡۚ وَمَا كَانَ ٱللَّهُ مُعَذِّبَهُمۡ وَهُمۡ يَسۡتَغۡفِرُونَ
“Allah tidak akan menghukum mereka, selama engkau (Muhammad) berada di antara mereka. Dan tidaklah (pula) Allah akan menghukum mereka, sedang mereka (masih) memohon ampunan.” (QS. Al-Anfal: 33)
Sidang Jama’ah Jum’at yang Allah muliakan…
Termasuk hukuman dari dosa adalah: Allah membalas tipu daya dengan tipu daya, membalas orang yang mempermainkan agama dengan kehinaan, dan membiarkan orang yang menyimpang semakin jauh dari kebenaran.
Hatinya dibalik hingga tak lagi bisa membedakan—yang batil dianggap kebenaran, yang benar dianggap kesesatan. Ia mengira sedang memperbaiki, padahal sedang merusak. Ia menghalangi jalan Allah, tapi merasa sedang berdakwah. Ia menjual hidayah demi kesesatan, tapi yakin dirinya di atas petunjuk. Ia mengikuti hawa nafsu, tapi mengaku taat kepada Tuhannya. Semua ini adalah hukuman yang menimpa hati akibat dosa.
Dengan bergelimang dalam dosa, ia telah rela menjadi prajurit setan, padahal kemenangan hanya milik tentara Allah.
وَإِنَّ جُندَنَا لَهُمُ ٱلۡغَٰلِبُونَ
“Dan sesungguhnya bala tentara Kami itulah yang pasti menang.” (QS. Ash-Shaff: 173)
اللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلًا وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ.
Ya Allah, tunjukkanlah kepada kami bahwa yang benar itu benar, dan karuniakanlah kami kemampuan untuk mengikutinya.
Dan tunjukkanlah kepada kami bahwa yang batil itu batil, serta anugerahkanlah kami kekuatan untuk menjauhinya….
أَيُّهَا الْمُؤْمِنُونَ، إِنَّ اللَّهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيهِ بِنَفْسِهِ، وَثَنَّى بِمَلَائِكَتِهِ الْمُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ، وَأَيُّهُ بِكُمْ أَيُّهَا الْمُؤْمِنُونَ مِنْ جِنِّهِ وَإِنْسِهِ، فَقَالَ عَزَّ وَجَلَّ: ﴿إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا﴾، اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى عَبْدِكَ وَرَسُولِكَ مُحَمَّدٍ، وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنْ خُلَفَائِهِ الرَّاشِدِينَ، أَبِي بَكْرٍ، وَعُمَرَ، وَعُثْمَانَ، وَعَلِيٍّ، وَعَنْ سَائِرِ الصَّحَابَةِ أَجْمَعِينَ، وَعَنِ التَّابِعِينَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ، وَعَنَّا مَعَهُمْ بِمِنِّكَ وَكَرَمِكَ يَا أَكْرَمَ الْأَكْرَمِينَ.
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيعٌ قَرِيبٌ مُجِيبُ الدَّعَوَاتِ، وَيَا قَاضِي الْحَاجَاتِ.
اللَّهُمَّ ٱقْسِمْ لَنَا مِنْ خَشْيَتِكَ مَا يَحُولُ بَيْنَنَا وَبَيْنَ مَعَاصِيكَ، وَمِنْ طَاعَتِكَ مَا تُبَلِّغُنَا بِهِ جَنَّتَكَ، وَمِنَ ٱلْيَقِينِ مَا يُهَوِّنُ عَلَيْنَا مُصِيبَاتِ ٱلدُّنْيَا، وَمَتِّعْنَا بِأَسْمَاعِنَا وَأَبْصَارِنَا وَقُوَّتِنَا مَا أَحْيَيْتَنَا، وَٱجْعَلْهُ ٱلْوَارِثَ مِنَّا، وَٱجْعَلْ ثَأْرَنَا عَلَىٰ مَنْ ظَلَمَنَا، وَٱنْصُرْنَا عَلَىٰ مَنْ عَادَانَا، وَلَا تَجْعَلْ مُصِيبَتَنَا فِي دِينِنَا، وَلَا تَجْعَلِ ٱلدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّنَا، وَلَا مَبْلَغَ عِلْمِنَا، وَلَا تُسَلِّطْ عَلَيْنَا مَنْ لَا يَرْحَمُنَا.
اللَّهُمَّ أَنْجِ الْمُسْتَضْعَفِينَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ، اللَّهُمَّ أَنْجِ الْمُسْتَضْعَفِينَ مِنْ الْمُؤْمِنِينَ، فِي فِلَسْطِينَ وَفِي كُلِّ مَكَانٍ، اللَّهُمَّ اشْدُدْ وَطْأَتَكَ عَلَى الْيَهُودِ، رَبَّنَا اطْمِسْ عَلَى أَمْوَالِهِمْ وَاشْدُدْ عَلَى قُلُوبِهِمْ، فَلَا يُؤْمِنُوا حَتَّى يَرَوُا الْعَذَابَ الْأَلِيمَ.
اللَّهُمَّ أَصْلِحْ وُلَاةَ أُمُورِنَا وَوَفِّقْهُمْ لِمَا تُحِبُّ وَتَرْضَى، وَقَرِّبْ إِلَيْهِمْ الْبِطَانَةَ الصَّالِحَةَ، وَجَنِّبْهُمْ بِطَانَةَ السُّوءِ.
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
عِبَادَ اللَّهِ، إِنَّ ٱلِلَّهَ يَأْۡمُرُ بِٱلِۡعَدْۡلِ وَٱلِۡإِحْۡسَٰنِ وَإِيتَآيِٕ ذِي ٱلِۡقُرْۡبَىٰ وَيَنْۡهَىَٰ عَنِ ٱلِۡفَحْۡشَآءِ وَٱلِۡمُنْكَرِ وَٱلِۡبَغٍّۡيِۚ يَعِظُكُمْۡ لَعَلَّكُمْۡ تَذَكَّرُونَ.
فَاذْكُرُوا اللَّهَ الْعَظِيمَ الْجَلِيلَ يُذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلِذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ، وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ. أَقِمِ الصَّلَاةَ..
(Terinspirasi dari nasehat yang disampaikan oleh Ibnul Qayyim dalam kitabnya Ad-Daa’ wa Ad-Dawaa’, hlm. 273-278)