? Syaikh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin rahimahullah berkata:
فالواجب على المريض أن يصلي بحسب حاله,يصلي بوضوء,فإن عجز عن الوضوء تيمم,فإن عجز عن الوضوء والتيمم صلى ولو بدون وضوء ولا تيمم,ويصليها بثياب طاهرة,فإن عجز صلاها ولو بثياب نجسة,ولا حرج عليه,ويصلي على فراش طاهر إن تمكن,فإن لم يتمكن فإنه يفرش عليه شيئاً طاهراً,فإن لم يتمكن صلى ولو كان نجساً للضرورة. والمهم أن على المريض أن لا يؤخر الصلاة بل يصليها على أي حال كان,لقوله تعالى: (فَاتَّقُوا اللَّهَ مَا اسْتَطَعْتُم) ولقوله تعالى: (حَافِظُوا عَلَى الصَّلَوَاتِ وَالصَّلاةِ الْوُسْطَى وَقُومُوا لِلَّهِ قَانِتِينَ)وما اعتاده بعض العوام أنه إذا كان على بدنه أو ثيابه نجاسة قال:لا أصلي حتى أشفى,فإن هذا خطر عظيم,وخطأ جسيم,فإن مات على هذه الحال فإن عليه إثماً كبيراً.
“Seharusnya orang yang sakit, shalat sesuai kondisinya. Dia shalat dalam kondisi berwudhu. Namun jika tidak mampu wudhu, maka dia bertayamum. Jika tidak mampu tayamum, maka dia shalat meskipun tanpa wudhu dan tayamum. Dia shalat dengan pakaian yang suci. Jika tidak mampu, maka dia shalat meskipun dengan pakaian yang najis dan tidak mengapa baginya. Jika bisa hendaknya dia shalat di atas tempat tidur yang suci. Namun jika tidak bisa hendaknya dia menghamparkan sesuatu yang suci di atasnya. Jika tidak bisa, maka dia shalat meskipun ada najis karena darurat. Yang penting orang yang sakit hendaknya tidak mengakhirkan shalat, bahkan hendaknya dia shalat bagaimanapun kondisinya berdasarkan firman Allah Ta’ala:
فَاتَّقُوا اللَّهَ مَا اسْتَطَعْتُم
“Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu.” (Qs. At-Taghabun:16)
dan firman-Nya Ta’ala :
حَافِظُوا عَلَى الصَّلَوَاتِ وَالصَّلاةِ الْوُسْطَى وَقُومُوا لِلَّهِ قَانِتِينَ
“Peliharalah segala shalat (mu), dan (peliharalah) shalat wusthaa. Berdirilah karena Allah (dalam salatmu) dengan khusyuk.” (Qs. Al-Baqarah 238)
Adapun yang menjadi kebiasaan orang awam ketika badannya atau pakaiannya najis, berkata: Saya tidak akan shalat sampai sembuh; maka ini bahaya besar dan kesalahan yang besar. Karena jika dia meninggal di atas kondisi ini, maka dia menanggung dosa besar.
______________________________
- Majmu’ Fatawa Wa Rasail