Ibnu Qayyim al-Jauziyyah rahimahullah berkata :
فقراءة آية بتفكر وتفهم خير من قراءة ختمة بغير تدبر وتفهم.
“Membaca satu ayat dengan memikirkan dan memahaminya, lebih baik dibandingkan dengan membaca hingga khatam tanpa tadabur dan memahami.” (Miftah Daar as-Sa’adah 1/187)
membaca Al-Qur’an hendaknya dalam keadaan khusyu’ dan berusaha untuk mentadabbur (merenungkan) setiap ayat yang dibaca.
Perintah untuk mentadabburi Al-Qur’an :
أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآَنَ أَمْ عَلَى قُلُوبٍ أَقْفَالُهَا
“Maka apakah mereka tidak memperhatikan (mentadabburi) Al Quran ataukah hati mereka terkunci?” (QS. Muhammad: 24)
كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ إِلَيْكَ مُبَارَكٌ لِيَدَّبَّرُوا آَيَاتِهِ وَلِيَتَذَكَّرَ أُولُو الْأَلْبَابِ
“Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan (mentadabburi) ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran.” (QS. Shaad: 29)
Imam Nawawi rahimahullah menyatakan, “Hadits yang membicarakan tentang perintah untuk tadabbur banyak sekali. Perkataan ulama salaf pun amat banyak tentang anjuran tersebut. Ada cerita bahwa sekelompok ulama teladan (ulama salaf) yang hanya membaca satu ayat yang terus diulang-ulang dan direnungkan di waktu malam hingga datang Shubuh. (At Tibyan Halaman 86)
Kesimpulannya yang terbaik adalah sering membaca dengan berusaha mentadabburi dan merenungkan setiap ayatnya. Bukan sering membaca tapi hanya lewat tanpa tahu isi kandungan maknanya sama sekali.