Dalam suatu kisah, bahwa ada seorang laki-laki yang buntung tangannya hingga pangkal lengannya berkata, “Barangsiapa yang melihat keadaanku, maka jangan sekali-kali berlaku zhalim kepada seorang pun.” Lalu orang itu ditanya, “Apa yang terjadi atas dirimu?” Lalu dia bercerita, “Kisahku sangat menyedihkan. Dahulunya aku seorang yang mudah sekali menzhalimi orang. Suatu hari aku melihat seorang nelayan mendapatkan ikan besar yang menakjubkanku. Akupun mendekatinya dan berkata, “Berikanlah ikan itu kepadaku.” Dia menjawab, “Tidak, karena ikan ini akan saya jual dan hasilnya untuk membeli makan bagi keluargaku.” Lalu aku memukulnya dan merebutnya dengan paksa dan langsung pergi..
Ketika aku pulang membawa ikan tersebut, tiba-tiba ikan itu menggigit jempol tanganku dengan gigitan yang kuat. Sesampainya di rumah aku letakkan ikan itu, sementara jempol tanganku semakin terasa sakitnya hingga aku tidak bisa tidur karena nyeri. Pagi harinya aku mendatangi tabib dan mengeluhkan rasa sakitku, lalu sang tabib berkata, “Anda terkena infeksi, seharusnya jempol ini dipotong, kalau tidak niscaya akan menjalar ke tanganmu.” Maka saya harus merelakan jempolku diamputasi. Namun rasa sakit telah menjalar ke telapak tangan hingga aku tetap belum bisa tidur karena sakitnya. Akupun kembali mendatangi tabib dan tabib berkata, “potonglah telapak tanganmu, agar penyakit tidak menjalar ke hasta.” Akhirnya telapak tanganku diamputasi juga.”
Penyakit terus menjalar, hingga orang itu harus memotong tangannya sampai siku, lalu dipotong lagi di pangkal lengannya. Hingga seseorang menyarankan agar dia meminta maaf kepada orang yang dizhalimi. Allah berkehendak mempertemukan keduanya, dan penyakit tersebut tak lagi menjalar setelah orang yang dizhalimi memaafkannya.
Begitulah balasan orang yang berlaku zhalim, seperti pepatah ‘menepuk air di dulang, terpercik muka sendiri.”
_____________________________
- Ibnu Hajar al Asqolani rahimahullah dalam az-Zawaajir
- Adz-Dzahabi rahimahullah dalam al-Kaba’ir