Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata :
وبكل حال فالعبد مفتقر إلى الله في أن يهديه ويلهمه رشده
“Bagaimanapun yang jelas seorang hamba butuh kepada Allah agar memberinya hidayah dan mengilhamkan kelurusan kepadanya.”
وقد يكون الرجل م ن أذكياء الناس وأحدهم نظراً ويعميه عن أظهر الأشياء
“Terkadang seseorang termasuk orang yang paling cerdas dan paling tajam pandangannya, namun Allah membutakannya dari melihat sesuatu yang paling jelas.”
وقد يكون من أبلد الناس وأضعفهم نظراً ويهديه لما اختلف فيه من الحق بإذنه
“Sebaliknya terkadang seseorang termasuk yang paling lambat berfikir dan paling lemah pandangannya, namun Allah memberinya hidayah kepada kebenaran pada perkara-perkara yang diperselisihkan dengan seizinNya.”
فلا حول ولا قوة إلا به، فمن اتكل على نظره واستدلاله، أو عقله ومعرفته خذل
“Jadi tidak ada daya dan upaya kecuali semata-mata dengan pertolonganNya. Maka siapa saja yang hanya bersandar kepada pandangan dan pendalilannya atau kepada akal dan pengetahuannya, maka dia akan dibiarkan terlantar.”
ولهذا كان النبي في الأحاديث الصحيحة كثيراً ما يقول
“Oleh karena inilah dahulu Nabi shallallahu alaihi was sallam dalam hadits-hadits yang shahih disebutkan bahwa beliau sering berdoa dengan mengatakan” :
يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِى عَلَى دِينِكَ
“Wahai Yang membolak-balikkan hati, kokohkanlah hatiku di atas agamaMu.” (HR. At-Tirmidzi 3522)
ويقول في يمينه
“Dan beliau juga pernah bersumpah dengan mengatakan” :
لَا وَمُقَلِّبِ الْقُلُوبِ
“Tidak, demi Dzat yang membolak-balikkan hati.” (HR. Ahmad 5094)
____________________________
Dar’ut Ta’arudh Bainal Aqli wan Naqli, 9 : 34