Khutbah Pertama
ٱلْـحَمْدُ لِلَّهِ ٱلْوَاحِدِ ٱلْأَحَدِ، ٱلْفَرْدِ ٱلصَّمَدِ، ٱلَّذِي لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ، وَلَمْ يَكُن لَّهُ كُفُوًا أَحَدٌ، لَهُ ٱلْمُلْكُ وَلَهُ ٱلْـحَمْدُ، يُحْيِي وَيُمِيتُ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ.
أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا ٱللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، شَهَادَةً تُنْجِي مِنَ ٱلْعَذَابِ، وَتَفْتَحُ أَبْوَابَ ٱلثَّوَابِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، ٱلدَّاعِي إِلَى ٱلتَّوْحِيدِ وَٱلنُّورِ، وَٱلنَّاهِي عَنِ ٱلشِّرْكِ وَٱلشُّرُورِ، صَلَّى ٱللَّهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ ٱلطَّيِّبِينَ ٱلطَّاهِرِينَ، وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَىٰ يَوْمِ ٱلدِّينِ.
أَمَّا بَعْدُ،
Ma’asyirol muslimin wa zumrotal mu’minin…
Tidak ada satu pun di antara kita yang tidak mendambakan rahmat dan kasih sayang dari Rabb-nya. Itulah harapan tertinggi setiap orang beriman. Maka demi menggapai harapan itu, khatib berwasiat kepada diri sendiri dan kepada jama’ah sekalian: marilah kita bertakwa kepada Allah dengan sebenar-benarnya takwa. Karena Allah Ta’ala berfirman:
وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَ لَعَلَّكُمۡ تُرۡحَمُونَ
“Dan bertakwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat.” (QS. Al-Hujurat: 10)
Sidang Jama’ah Jum’at yang berbahagia…
Tujuan utama Allah menciptakan alam ini, menurunkan kitab-kitab, dan mengutus para rasul adalah agar manusia mengenal-Nya, mentauhidkan-Nya, dan beribadah hanya kepada-Nya.
Seluruh bentuk ketaatan harus ditujukan kepada-Nya semata, dan setiap ajakan dalam agama sejatinya kembali kepada-Nya, bukan kepada selain-Nya. Allah berfirman:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
“Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.” (QS. Az-Zariyat: 56)
وَمَا خَلَقْنَا السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا إِلَّا بِالْحَقِّ
“Dan tidaklah Kami menciptakan langit dan bumi serta apa yang ada di antara keduanya melainkan dengan tujuan yang benar.” (QS. Al-Hijr: 85)
اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ وَمِنَ الْأَرْضِ مِثْلَهُنَّ يَتَنَزَّلُ الْأَمْرُ بَيْنَهُنَّ لِتَعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ وَأَنَّ اللَّهَ قَدْ أَحَاطَ بِكُلِّ شَيْءٍ عِلْمًا
“Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan dari bumi semisal itu. Perintah-Nya turun di antara semuanya agar kalian mengetahui bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu dan ilmu-Nya meliputi segala sesuatu.” (QS. At-Talaq: 12)
جَعَلَ اللَّهُ الْكَعْبَةَ الْبَيْتَ الْحَرَامَ قِيَامًا لِلنَّاسِ وَالشَّهْرَ الْحَرَامَ وَالْهَدْيَ وَالْقَلَائِدَ ذَلِكَ لِتَعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ وَأَنَّ اللَّهَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
“Allah menjadikan Ka’bah, rumah suci itu, sebagai penegak urusan manusia, demikian juga bulan-bulan haram, hewan sembelihan, dan kalung-kalung penanda. Yang demikian itu agar kalian mengetahui bahwa Allah mengetahui apa yang ada di langit dan di bumi, dan bahwa Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS. Al-Ma’idah: 97)
Dari ayat-ayat ini, jelas bahwa tujuan Allah menciptakan dan mengatur alam semesta adalah agar manusia mengenal-Nya melalui nama dan sifat-Nya, menyembah-Nya tanpa menyekutukan-Nya, dan menegakkan keadilan di bumi, karena dengan keadilanlah langit dan bumi tegak.
Allah juga berfirman:
لَقَدْ أَرْسَلْنَا رُسُلَنَا بِالْبَيِّنَاتِ وَأَنْزَلْنَا مَعَهُمُ الْكِتَابَ وَالْمِيزَانَ لِيَقُومَ النَّاسُ بِالْقِسْطِ
“Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan bukti-bukti yang nyata, dan Kami turunkan bersama mereka Kitab dan neraca (keadilan), agar manusia menegakkan keadilan.” (QS. Al-Hadid: 25)
Ma’asyiral Muslimin…
Tujuan diutusnya para rasul dan diturunkannya kitab-kitab suci adalah agar manusia menegakkan keadilan. Dan bentuk keadilan yang paling agung adalah mentauhidkan Allah—mengakui bahwa hanya Dia yang berhak disembah. Inilah fondasi dari seluruh bentuk keadilan.
Sebaliknya, syirik merupakan bentuk kezaliman yang paling besar. Karena itu, semakin suatu dosa bertentangan dengan tujuan utama penciptaan ini, semakin besar pula kedudukannya di sisi Allah sebagai dosa besar. Sebaliknya, semakin suatu amal selaras dengan tujuan ini, semakin tinggi pula nilainya sebagai kewajiban dan bentuk ketaatan.
Renungkan prinsip agung ini dengan sungguh-sungguh, dan gunakan ia sebagai kunci memahami rincian syariat. Dengannya, engkau akan melihat hikmah Allah dalam menetapkan perintah dan larangan, serta mengetahui perbedaan tingkatan antara berbagai amal ketaatan dan kemaksiatan.
Ummatal Islam…
Mengapa syirik menjadi dosa terbesar?
Karena syirik bertentangan secara langsung dan total dengan tujuan penciptaan manusia. Oleh sebab itu, syirik menjadi dosa paling besar dan paling berat.
Allah mengharamkan surga bagi pelaku syirik, itu karena mereka telah berpaling dari ibadah kepada-Nya.
Segala amal mereka tertolak, doa-doa mereka di akhirat tidak akan dikabulkan, syafaat tidak bermanfaat bagi mereka, dan dosa syirik mereka tidak akan diampuni.
Ini semua karena syirik adalah puncak kezhaliman. Bagaimana tidak, seseorang menjadikan makhluk—yang lemah dan diciptakan—sebagai tandingan bagi Allah, Sang Pencipta. Itu adalah bentuk kezhaliman dan penyimpangan terbesar, meski pada akhirnya yang paling dirugikan adalah dirinya sendiri.
Allah Ta’ala berfirman:
إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَغۡفِرُ أَن يُشۡرَكَ بِهِۦ وَيَغۡفِرُ مَا دُونَ ذَٰلِكَ لِمَن يَشَآءُۚ وَمَن يُشۡرِكۡ بِٱللَّهِ فَقَدِ ٱفۡتَرَىٰٓ إِثۡمًا عَظِيمًا
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni (dosa) karena mempersekutukan-Nya (syirik), dan Dia mengampuni apa (dosa) yang selain (syirik) itu bagi siapa yang Dia kehendaki. Barang siapa mempersekutukan Allah, maka sungguh, dia telah berbuat dosa yang besar.” (QS. An-Nisa: 48)
Saudara-saudaraku yang dirahmati Allah..
Salah satu bentuk syirik besar adalah menjadikan orang shalih, nabi, wali, atau makhluk lainnya sebagai perantara dalam berdoa, dengan keyakinan bahwa mereka dapat mendekatkan diri kepada Allah atau menyampaikan hajat kepada-Nya.
Padahal, menjadikan perantara dalam ibadah seperti ini merupakan pelanggaran terhadap tauhid, karena hak untuk disembah dan dimintai langsung hanya milik Allah semata.
Untuk membenarkan perbuatan syirik ini, mereka berkata, “Kami tidak bermaksud merendahkan Tuhan, justru ingin memuliakan-Nya. Karena itu, kami butuh perantara yang menyampaikan doa kami, sebagaimana rakyat tidak bisa langsung menemui raja tanpa perantara. Maka kami mendatangi para perantara dari kalangan orang-orang shalih yang telah wafat, agar mereka mendekatkan kami kepada Allah.”
Namun, mengapa alasan seperti ini tetap membuat pelakunya dibenci oleh Allah, dan diancam kekal di neraka?
Apakah karena tindakan itu hanya dilarang oleh hukum syariat semata?
Ataukah karena pada dasarnya—menurut akal sehat yang lurus dan fitrah yang bersih—perbuatan itu sudah sangat tercela, dan semua ajaran agama hanya datang untuk menegaskan keburukannya?
Ikhwatal Iman…
Sesungguhnya akar dari dosa syirik adalah su’uzh-zhan billah (buruk sangka kepada Allah). Orang yang menyekutukan Allah telah berprasangka buruk bahwa Allah tidak mendengar langsung doa hamba-Nya, atau bahwa Allah butuh perantara untuk mendengar dan menolong makhluk-Nya. Ia menyangka bahwa Allah seperti raja dunia yang terbatas pengetahuannya, lemah, dan butuh bantuan pembantu atau pelapor.
Padahal, Allah Maha Mengetahui segala sesuatu, Maha Kuasa atas segala sesuatu, tidak butuh kepada siapa pun, Pencukup seluruh makhluk tanpa perlu dibantu siapa pun, Maha Penyayang yang tidak butuh dibujuk untuk menyayangi makhluk-Nya.
Allah berbeda dengan para raja lemah yang butuh perantara. Maka menjadikan perantara antara Allah dan makhluk-Nya dalam ibadah, adalah bentuk buruk sangka kepada Allah, bentuk pelecehan terhadap keesaan-Nya, dan penyerupaan dengan makhluk-Nya. Ini adalah keburukan yang sangat nyata dan mustahil Allah perintahkan dalam syariat mana pun.
Ikhwatii fiddiin rahimani wa rahimakumullah…
Orang yang beribadah pada hakikatnya sedang merendahkan diri, tunduk, dan mengagungkan yang disembah. Maka, hak untuk diagungkan dan disembah dengan ketundukan mutlak hanyalah milik Allah. Memberikan sebagian dari penghambaan ini kepada selain Allah adalah kezhaliman paling besar.
Allah memberikan perumpamaan tentang buruknya kesyirikan dalam Al-Qur’an:
ضَرَبَ لَكُمْ مَثَلًا مِنْ أَنْفُسِكُمْ هَلْ لَكُمْ مِنْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ مِنْ شُرَكَاءَ فِي مَا رَزَقْنَاكُمْ فَأَنْتُمْ فِيهِ سَوَاءٌ تَخَافُونَهُمْ كَخِيفَتِكُمْ أَنْفُسَكُمْ
“Apakah kalian rela jika budak kalian menjadi sekutu kalian dalam harta yang Kami berikan kepada kalian, sehingga kalian dan mereka sama-sama menguasainya, dan kalian merasa takut kepada mereka sebagaimana kalian takut kepada sesama kalian?” (Ar-Rum: 28)
Jika kalian enggan menjadikan budak kalian sebagai mitra dalam harta, bagaimana mungkin kalian menjadikan hamba-hamba-Ku sebagai sekutu-Ku dalam hal yang hanya layak bagi-Ku: uluhiyyah (hak untuk disembah)? Siapa yang berbuat demikian, maka ia tidak mengagungkan Allah dengan sebenar-benar pengagungan.
بَارَكَ اللَّهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيهِ مِنْ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيمِ. أَقُولُ قَوْلِي هَذَا فَاسْتَغْفِرُوهُ إِنَّهُ هُوَ الْعَفُورُ الرَّحِيمُ
Khutbah Kedua
ٱلْـحَمْدُ لِلَّهِ ٱلَّذِي خَلَقَ ٱلْخَلْقَ لِيُوَحِّدَ، وَأَنزَلَ ٱلْكُتُبَ وَأَرْسَلَ ٱلرُّسُلَ لِيُعْبَدَ، نَحْمَدُهُ تَعَالَى عَلَى نِعْمَةِ ٱلتَّوْحِيدِ، وَنَسْتَعِيذُ بِهِ مِنْ سُوءِ ٱلشِّرْكِ وَٱلتَّنَاكُرِ وَٱلْجُحُودِ.
أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا ٱللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، شَهَادَةً تَسْلَمُ بِهَا ٱلْأَرْوَاحُ وَتَسْعَدُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، خَيْرُ مَنْ نَصَبَ لِلتَّوْحِيدِ رَايَةً، وَنَعَى عَلَى ٱلشِّرْكِ وَأَهْلِهِ بِأَفْصَحِ عِبَارَةٍ، صَلَّى ٱللَّهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيمًا كَثِيرًا.
أَمَّا بَعْدُ،
Ma’asyiral Muslimin wa Zumrotal Mu’minin…
Inilah inti dari kesesatan syirik: menyamakan Allah dengan raja dunia yang butuh perantara.
Allah berfirman:
أَلَا لِلَّهِ ٱلدِّينُ ٱلۡخَالِصُۚ وَٱلَّذِينَ ٱتَّخَذُواْ مِن دُونِهِۦٓ أَوۡلِيَآءَ مَا نَعۡبُدُهُمۡ إِلَّا لِيُقَرِّبُونَآ إِلَى ٱللَّهِ زُلۡفَىٰٓ إِنَّ ٱللَّهَ يَحۡكُمُ بَيۡنَهُمۡ فِي مَا هُمۡ فِيهِ يَخۡتَلِفُونَۗ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَهۡدِي مَنۡ هُوَ كَٰذِبٞ كَفَّارٞ
“Ingatlah, hanya milik Allah agama yang murni. Adapun orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata): ‘Kami tidak menyembah mereka kecuali agar mereka mendekatkan kami kepada Allah.’ Sungguh, Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka perselisihkan. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada pendusta dan kafir.” (Az-Zumar: 3)
Allah menyebut mereka pendusta dan kafir, meski mereka mengaku niatnya baik. Mereka menolak peringatan, dan berprasangka buruk kepada Allah, seakan Allah lemah, tidak mendengar doa, dan tidak kuasa untuk menghilangkan masalah hamba-Nya, sehingga perlu perantara dalam berdoa.
Dalam ayat lain Allah berfirman:
وَيَعۡبُدُونَ مِن دُونِ ٱللَّهِ مَا لَا يَضُرُّهُمۡ وَلَا يَنفَعُهُمۡ وَيَقُولُونَ هَٰٓؤُلَآءِ شُفَعَٰٓؤُنَا عِندَ ٱللَّهِۚ قُلۡ أَتُنَبِّـُٔونَ ٱللَّهَ بِمَا لَا يَعۡلَمُ فِي ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَلَا فِي ٱلۡأَرۡضِۚ سُبۡحَٰنَهُۥ وَتَعَٰلَىٰ عَمَّا يُشۡرِكُونَ
“Dan mereka menyembah selain Allah sesuatu yang tidak dapat memberi mudarat atau manfaat sedikit pun, lalu mereka berkata: ‘Mereka ini adalah pemberi syafaat kami di sisi Allah.’ Katakanlah: ‘Apakah kalian hendak memberitakan kepada Allah sesuatu yang tidak diketahui-Nya di langit maupun di bumi?’ Maha Suci Allah dan Mahatinggi dari apa yang mereka sekutukan.” (QS. Yunus: 18)
Allah menyatakan bahwa mereka yang mengambil perantara dalam berdoa telah menyembah selain Allah.
Lalu Allah mengakhiri ayat ini dengan firman-Nya:
سُبۡحَٰنَهُۥ وَتَعَٰلَىٰ عَمَّا يُشۡرِكُونَ
“Maha Suci Allah dan Mahatinggi dari apa yang mereka sekutukan.”
Ma’asyiral Muslimin…
Bertakwalah kepada Allah, dan teguhkanlah kaki kalian di atas jalan tauhid, dan jangan berhenti memohon kepada Allah agar kita semua ditetapkan di atas hidayah ini sampai akhir hayat.
Mintalah kepada-Nya agar kita wafat dalam keadaan membawa kalimat laa ilaaha illallah, selamat dari fitnah syirik dan penyimpangan, dan tergolong dalam golongan yang selamat pada hari kiamat.
Doakan juga keluarga kalian: istri, anak-anak, orang tua, dan kerabat, agar Allah menjaga mereka dari kesesatan dan menanamkan tauhid dalam hati mereka hingga ajal menjemput.
Doakan seluruh kaum Muslimin agar diselamatkan dari fitnah syirik, bid’ah, dan kerusakan yang tampak maupun tersembunyi.
Jauhilah sumber-sumber fitnah.
Jangan mendekat atau bergaul akrab dengan orang-orang yang terjatuh dalam syubhat kesyirikan dan pemikiran yang menyimpang.
Hati manusia lemah, dan syubhat itu menular. Maka lindungilah dirimu dan keluargamu dari jalan yang menyesatkan.
Ketahuilah, bahwa semulia-mulia ucapan adalah kalam Allah, dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Nabi Muhammad ﷺ.
Seburuk-buruk perkara adalah yang diada-adakan dalam agama, dan setiap yang diada-adakan adalah bid’ah, dan setiap bid’ah itu sesat.
أَيُّهَا الْمُؤْمِنُونَ، إِنَّ اللَّهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيهِ بِنَفْسِهِ، وَثَنَّى بِمَلَائِكَتِهِ الْمُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ، وَأَيُّهُ بِكُمْ أَيُّهَا الْمُؤْمِنُونَ مِنْ جِنِّهِ وَإِنْسِهِ، فَقَالَ عَزَّ وَجَلَّ: ﴿إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا﴾، اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى عَبْدِكَ وَرَسُولِكَ مُحَمَّدٍ، وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنْ خُلَفَائِهِ الرَّاشِدِينَ، أَبِي بَكْرٍ، وَعُمَرَ، وَعُثْمَانَ، وَعَلِيٍّ، وَعَنْ سَائِرِ الصَّحَابَةِ أَجْمَعِينَ، وَعَنِ التَّابِعِينَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ، وَعَنَّا مَعَهُمْ بِمِنِّكَ وَكَرَمِكَ يَا أَكْرَمَ الْأَكْرَمِينَ.
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيعٌ قَرِيبٌ مُجِيبُ الدَّعَوَاتِ، وَيَا قَاضِي الْحَاجَاتِ.
اللَّهُمَّ ٱقْسِمْ لَنَا مِنْ خَشْيَتِكَ مَا يَحُولُ بَيْنَنَا وَبَيْنَ مَعَاصِيكَ، وَمِنْ طَاعَتِكَ مَا تُبَلِّغُنَا بِهِ جَنَّتَكَ، وَمِنَ ٱلْيَقِينِ مَا يُهَوِّنُ عَلَيْنَا مُصِيبَاتِ ٱلدُّنْيَا، وَمَتِّعْنَا بِأَسْمَاعِنَا وَأَبْصَارِنَا وَقُوَّتِنَا مَا أَحْيَيْتَنَا، وَٱجْعَلْهُ ٱلْوَارِثَ مِنَّا، وَٱجْعَلْ ثَأْرَنَا عَلَىٰ مَنْ ظَلَمَنَا، وَٱنْصُرْنَا عَلَىٰ مَنْ عَادَانَا، وَلَا تَجْعَلْ مُصِيبَتَنَا فِي دِينِنَا، وَلَا تَجْعَلِ ٱلدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّنَا، وَلَا مَبْلَغَ عِلْمِنَا، وَلَا تُسَلِّطْ عَلَيْنَا مَنْ لَا يَرْحَمُنَا.
اللَّهُمَّ أَنْجِ الْمُسْتَضْعَفِينَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ، اللَّهُمَّ أَنْجِ الْمُسْتَضْعَفِينَ مِنْ الْمُؤْمِنِينَ، فِي فِلَسْطِينَ وَفِي كُلِّ مَكَانٍ، اللَّهُمَّ اشْدُدْ وَطْأَتَكَ عَلَى الْيَهُودِ، رَبَّنَا اطْمِسْ عَلَى أَمْوَالِهِمْ وَاشْدُدْ عَلَى قُلُوبِهِمْ، فَلَا يُؤْمِنُوا حَتَّى يَرَوُا الْعَذَابَ الْأَلِيمَ.
اللَّهُمَّ أَصْلِحْ وُلَاةَ أُمُورِنَا وَوَفِّقْهُمْ لِمَا تُحِبُّ وَتَرْضَى، وَقَرِّبْ إِلَيْهِمْ الْبِطَانَةَ الصَّالِحَةَ، وَجَنِّبْهُمْ بِطَانَةَ السُّوءِ.
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
عِبَادَ اللَّهِ، إِنَّ ٱلِلَّهَ يَأْۡمُرُ بِٱلِۡعَدْۡلِ وَٱلِۡإِحْۡسَٰنِ وَإِيتَآيِٕ ذِي ٱلِۡقُرْۡبَىٰ وَيَنْۡهَىَٰ عَنِ ٱلِۡفَحْۡشَآءِ وَٱلِۡمُنْكَرِ وَٱلِۡبَغٍّۡيِۚ يَعِظُكُمْۡ لَعَلَّكُمْۡ تَذَكَّرُونَ.
فَاذْكُرُوا اللَّهَ الْعَظِيمَ الْجَلِيلَ يُذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلِذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ، وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ. أَقِمِ الصَّلَاةَ..
(Terinspirasi dari nasehat yang disampaikan oleh Ibnul Qayyim dalam kitabnya Ad-Daa’ wa Ad-Dawaa’, hlm. 295-298,318-321)