Kebobrokan Bani Israil dan Kesombongan Mereka Menolak Kebenaran

Dalam Al-Qur’an, Allah banyak sekali menceritakan tentang keburukan dan kesombongan kaum Yahudi, bukan sekadar untuk mengungkap sejarah lama, tetapi agar umat Islam mengambil pelajaran agar tidak mengikuti jejak mereka. Allah mengulang kisah mereka berkali-kali, tentang sifat keras hati, kesombongan terhadap kebenaran, dan kebiasaan mereka membunuh para nabi bila ajarannya tidak sesuai dengan hawa nafsu mereka.

1. Menolak Kebenaran Karena Hawa Nafsu dan Kesombongan

Allah Ta’ala berfirman:

وَلَقَدْ آتَيْنَا مُوسَى الْكِتَابَ وَقَفَّيْنَا مِنْ بَعْدِهِ بِالرُّسُلِ وَآتَيْنَا عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ الْبَيِّنَاتِ وَأَيَّدْنَاهُ بِرُوحِ الْقُدُسِ ۗ أَفَكُلَّمَا جَاءَكُمْ رَسُولٌۭ بِمَا لَا تَهْوَىٰٓ أَنفُسُكُمُ ٱسْتَكْبَرْتُمْ فَفَرِيقًۭا كَذَّبْتُمْ وَفَرِيقًۭا تَقْتُلُونَ

“Dan sungguh, Kami telah memberikan Kitab (Taurat) kepada Musa, dan Kami susulkan setelahnya para rasul. Kami berikan kepada Isa putra Maryam bukti-bukti kebenaran dan Kami kuatkan dia dengan Ruhul Qudus. Maka mengapa setiap rasul datang kepadamu membawa sesuatu yang tidak sesuai dengan keinginanmu, kamu menyombongkan diri; lalu sebagian kamu dustakan dan sebagian kamu bunuh?”(QS. Al-Baqarah: 87)

Ayat ini menggambarkan akar dari kerusakan moral Bani Israil: kesombongan untuk tunduk kepada kebenaran. Mereka hanya mau menerima ajaran yang sesuai dengan hawa nafsu mereka. Begitu datang kebenaran yang menentang kepentingan duniawi mereka, mereka menolak, bahkan sampai menumpahkan darah para nabi. Wal’iyadzu billah.

2. Kebiasaan Keji: Membunuh Para Nabi Tanpa Rasa Bersalah

Ibnu Mas‘ud radhiyallahu ‘anhu berkata:

كَانَتْ بَنُو إِسْرَائِيلَ فِي الْيَوْمِ تَقْتُلُ ثَلَاثَمِائَةِ نَبِيٍّ، ثُمَّ يُقِيمُونَ سُوقَ بَقْلِهِمْ فِي آخِرِ النَّهَارِ.

“Bani Israil pada suatu hari biasa membunuh tiga ratus nabi, kemudian di akhir hari mereka tetap membuka pasar sayur-mayur mereka (seolah-olah tidak terjadi apa-apa).” (Lihat: Tafsir Ibnu Katsir 1/283)

Betapa kerasnya hati mereka! Bayangkan, dalam sehari membunuh ratusan nabi, lalu berjualan seakan tak ada dosa yang mereka lakukan. Ini menunjukkan matinya hati, hilangnya rasa takut kepada Allah, dan lenyapnya nurani kemanusiaan.

Rasulullah ﷺ bersabda:

أَشَدُّ النَّاسِ عَذَابًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ رَجُلٌ قَتَلَهُ نَبِيٌّ، أَوْ قَتَلَ نَبِيًّا، وَإِمَامُ ضَلَالَةٍ وَمُمَثِّلٌ مِنَ الْمُمَثِّلِينَ

“Manusia yang paling berat azabnya pada hari Kiamat adalah seseorang yang dibunuh oleh seorang nabi, atau orang yang membunuh seorang nabi, serta pemimpin kesesatan, dan para pembuat patung.”
(HR. Ahmad, no. 1627)

Maka wajar bila Allah timpakan kepada mereka kehinaan di dunia dan azab pedih di akhirat, sebab dosa membunuh para nabi adalah bentuk permusuhan terhadap Allah dan kebenaran itu sendiri.

3. Dihina dan Dimurkai Karena Kekufuran dan Kezhaliman

Allah berfirman:

وَضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ الذِّلَّةُ وَالْمَسْكَنَةُ وَبَاءُوا بِغَضَبٍ مِّنَ اللَّهِ ۚ ذَٰلِكَ بِأَنَّهُمْ كَانُوا يَكْفُرُونَ بِآيَاتِ اللَّهِ وَيَقْتُلُونَ النَّبِيِّينَ بِغَيْرِ الْحَقِّ ۚ ذَٰلِكَ بِمَا عَصَوْا وَكَانُوا يَعْتَدُونَ

“Kemudian mereka ditimpa kenistaan dan kemiskinan, dan mereka mendapat kemurkaan dari Allah. Hal itu karena mereka mengingkari ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi tanpa alasan yang benar. Yang demikian itu karena mereka durhaka dan melampaui batas.”
(QS. Al-Baqarah: 61)

Kemurkaan Allah yang turun kepada mereka bukan tanpa sebab. Allah jelaskan sendiri bahwa penyebabnya adalah kekufuran, pembangkangan, dan kejahatan terhadap para utusan Allah.

Dalam ayat lain, Allah berfirman:

إِنَّ ٱلَّذِينَ يَكۡفُرُونَ بِـَٔايَٰتِ ٱللَّهِ وَيَقۡتُلُونَ ٱلنَّبِيِّـۧنَ بِغَيۡرِ حَقّٖ وَيَقۡتُلُونَ ٱلَّذِينَ يَأۡمُرُونَ بِٱلۡقِسۡطِ مِنَ ٱلنَّاسِ فَبَشِّرۡهُم بِعَذَابٍ أَلِيمٍ

“Sesungguhnya orang-orang yang mengingkari ayat-ayat Allah, membunuh para nabi tanpa hak, dan membunuh orang-orang yang menyeru kepada keadilan, maka sampaikanlah kepada mereka kabar gembira (yaitu) azab yang pedih.” (QS. Ali ‘Imran: 21)

Mereka bukan hanya menolak ajaran kebenaran, tetapi juga memusuhi siapa pun yang menyeru kepada keadilan dan tauhid.

4. Kejahatan yang Berakar dari Hati yang Rusak

Imam Al-Baidlawi dalam Anwar at-Tanzil menjelaskan:

“Sesungguhnya mereka telah membunuh para nabi seperti Nabi Sya‘ya (Yesaya), Nabi Zakariya, Nabi Yahya, dan nabi-nabi lainnya tanpa alasan yang benar. Mereka sama sekali tidak menemukan sedikit pun kesalahan pada para nabi itu yang bisa dijadikan pembenaran untuk membunuhnya. Namun yang mendorong mereka melakukan kejahatan besar itu hanyalah dorongan hawa nafsu dan cinta dunia, sebagaimana disebutkan dalam firman Allah:

ذَٰلِكَ بِمَا عَصَوْا وَكَانُوا يَعْتَدُونَ

“Yang demikian itu karena mereka durhaka dan melampaui batas.”

Artinya, kedurhakaan dan kebiasaan melanggar batas telah menyeret mereka kepada kekafiran terhadap ayat-ayat Allah dan perbuatan membunuh para nabi.

Sesungguhnya dosa-dosa kecil yang terus dilakukan tanpa taubat akan menyeret pelakunya kepada dosa-dosa besar, sebagaimana amal-amal kecil yang baik bila terus dijaga akan menuntun seseorang kepada amal-amal besar yang mulia.” (Anwar at-Tanzil, 1/84)

Keterangan ini menunjukkan bahwa kejahatan besar bermula dari dosa-dosa kecil yang dibiarkan. Ketika hati terbiasa durhaka, maka dosa sebesar membunuh nabi pun terasa ringan di mata pelakunya. Na’udzu billah min dzalik.

5. Pelajaran Bagi Umat Islam

Semua kisah ini bukan untuk menimbulkan kebencian etnis, tapi peringatan keras bagi umat Muhammad ﷺ agar tidak mengikuti jejak Bani Israil. Allah telah mengabadikan perilaku mereka agar kita menjauhi sifat-sifat yang sama: sombong terhadap kebenaran, menolak nasihat, dan menuruti hawa nafsu dalam beragama.

Rasulullah ﷺ bersabda bahwa umat ini akan mengikuti jejak Bani Israil sejengkal demi sejengkal. (HR. Bukhari, no. 7320 dan Muslim, no. 2669). Maka, bila umat Islam tidak berhati-hati, mereka akan jatuh pada kebinasaan yang sama: menolak kebenaran karena kesombongan dan cinta dunia.

Penutup

Kesombongan adalah akar kebinasaan mereka. Mereka tidak mau tunduk kepada wahyu, bahkan berani menumpahkan darah para nabi. Karena itu Allah timpakan kepada mereka kehinaan, kemiskinan, dan kemurkaan yang berlapis.

Semoga kita dijauhkan dari sifat seperti mereka: keras hati, sombong terhadap kebenaran, dan menolak nasihat karena hawa nafsu.

Allah Ta’ala berfirman:

ثُمَّ جَعَلۡنَٰكُمۡ خَلَٰٓئِفَ فِي ٱلۡأَرۡضِ مِنۢ بَعۡدِهِمۡ لِنَنظُرَ كَيۡفَ تَعۡمَلُونَ

“Maka Kami jadikan kalian sebagai penerus di bumi setelah mereka, untuk Kami lihat bagaimana kalian berbuat.” (QS. Yunus: 14)

Wallahu a’lam.