Kisah Berhikmah

Semangat Imam Syafi’i Dalam Menuntut Ilmu

? Imam asy-Syafi’i rahimahullah berkata :

“Ketika aku telah menghafalkan Alquran (30 juz), aku masuk ke masjid. Aku mulai duduk di majelisnya para ulama. Mendengarkan hadits atau pembahasan-pembahasan lainnya. Aku pun menghafalkannya juga. Ibuku tidak memiliki sesuatu yang bisa ia berikan padaku untuk membeli kertas (buku untuk mencatat). Jika kulihat bongkahan tulang yang lebar, kupungut lalu kujadikan tempat menulis. Apabila sudah penuh, kuletakkan di tempaian yang kami miliki.” (Ibnu al-Jauzi, Shifatu Shafwah, 2/249).

Saat beliau mulai beranjak besar, antara usia 10-13 tahun, beliau butuh kertas untuk menulis apa yang telah dipelajari, tapi tidak ada uang untuk membeli kertas-kertas itu. Ia pergi ke suatu tempat untuk mendapatkan kertas yang telah terpakai di satu sisi halamannya. Separuh lembar yang kosong itu, beliau gunakan untuk mencatat ilmu. (Abu al-Hajjaj al-Mizzi dalam Tadzhib al-Kamal, 24/361).

? Untuk apa usaha besar itu dilakukan oleh Syafi’i kecil, padahal ia masih terlalu muda? Jawabnya untuk ilmu yang menurutnya begitu berharga

? Menurut sebagian orang, alangkah beratnya masa kanak-kanak Imam Syafi’i. Namun apa yang ia capai di masa kecil melahirkan orang sekelas dirinya di saat dewasa. Melalui dirinya, Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan manfaat kepada umat manusia. Kemanfaatan berupa ilmu. Tidak hanya untuk orang-orang di zamannya saja. Tapi manfaat tersebut terus terasa hingga jauh dari masa hidupnya. Hingga masa kita sekarang ini.

___________________________

Follow Akun Kami

Berdasarkan Al-Qur’an, As-Sunnah, dengan pemahaman generasi terbaik para Shahabat ridwanullah ‘alaihim jami’an, Ijma.

Shahihfiqih.com © Copyright 2024 | All Rights Reserved
Powered by Fahd Network