Yahya bin Mu’adz rahimahullah berkata,
حُفَّتِ الْجَنَّةُ بِالْمَكَارِهِ وَأَنْتَ تَكْرَهُهَا، وَحُفَّتِ النَّارُ بِالشَّهَوَاتِ وَأَنْتَ تَطْلُبُهَا، فَمَا أَنْتَ إِلَّا كَالْمَرِيْضِ الشَّدِيْدِ الدَّاءِ، إِنْ صَبَرَ نَفْسُهُ عَلَى مَضَضِ الدَّوَاءِ اكْتَسَبَ بِالصَّبْرِ عَافِيَةً وَإِنْ جَزَعَتْ نَفْسُهُ مِمَّا يَلْقَى طَالَتْ بِهِ عِلَّةُ الضَّنَا
“Surga dihias dengan sesuatu yang dibenci dan kamu membencinya, sedangkan neraka dihiasi dengan syahwat dan kamu memburunya. Kamu ibarat orang sakit yang berpenyakit akut, jika jiwa bersabar terhadap pahitnya obat, kesabarannya akan berubah kesembuhan, tetapi jika jiwa mengeluh dengan apa yang ia temui, penyakit akutnya akan semakin bertambah parah”
________________
Shifat Ash-Shafwah, 4/94