Nasehat Ulama

Akhirat Lebih Baik Lebih Kekal..

? Syaikh Hamid Akram Al Bukhari Hafizahullah (Muhaddist dan Musnid Kota Madinah)
Lokasi : Masjid Kampus UGM

1. Malaikat senantiasa mencatat segala amal perbuatan manusia sampai ajal menjemput. Untuk kemudian Allah berkehendak atas Hamba -Nya memasukan ke surga atau neraka.
Allah Ta’ala berfirman,

إِذْ يَتَلَقَّى الْمُتَلَقِّيَانِ عَنِ الْيَمِينِ وَعَنِ الشِّمَالِ قَعِيدٌ * مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ 

“(Yaitu) ketika dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri. Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.” (Qs. Qaaf 17-18)

2. Realita masa kini manusia seakan-akan hidup  selamanya di dunia padahal yang kekal adalah akhirat, tidak Peduli harta yang diperolehnya halal atau Haram, seakan-akan mereka lupa akan hari pembalasan kelak. Disebutkan dalam Shahih al-Bukhari dari hadits Abu Hurairah Radhiyallahu anhu yang berbunyi:

يَأْتِي عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ لاَ يُبَالِي الْمَرْءُ مَا أَخَذَ مِنْهُ؛ أَمِنَ الحَلاَلِ أَمْ مِنَ الحَرَامِ؟!

“Akan datang kepada manusia suatu zaman (ketika itu) seseorang tidak lagi peduli dengan apa yang ia dapatkan, apakah dari yang halal atau haram?!” (HR. Bukhori 2059)

Cukup lah kisah umat terdahulu menjadi pelajaran umat Muslim saat ini, diantaranya Firaun dimasa Nabi Musa ‘alaihisalam, Abu Jahl, dan kaum musyrikin yang memerangi Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi wa sallam.

3. Manusia kelak akan mendapatkan balasan sesuai amal perbuatannya di dunia, barangsiapa dia beramal sholeh maka ganjarannya adalah surga yang dibawahnya mengalir sungai2, sedang kan barangsiapa dia bermaksiat di dunia maka ganjarannya adalah neraka.

Allah ta’ala berfirman,

فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ * وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ

“Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula” (Qs. Az Zalzalah 7-8)

4. Perumpamaan dimasukkan ke dalam tungku panas hanya 1 menit di dunia tidak seberapa dibandingkan dengan siksa kubur dan hari kiamat. Penyesalan kaum kafir ketika di Akhirat karena azab yang sangat berat dari Allah Azza Wa Jalla. Allah ta’ala berfirman,

وَلَوْ تَرَىٰ إِذِ الْمُجْرِمُونَ نَاكِسُو رُءُوسِهِمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ رَبَّنَا أَبْصَرْنَا وَسَمِعْنَا فَارْجِعْنَا نَعْمَلْ صَالِحًا إِنَّا مُوقِنُونَ

“Dan (alangkah ngerinya), jika sekiranya kamu melihat ketika orang-orang berdosa itu menundukkan kepalanya di hadapan Rabbnya, (mereka berkata), “Wahai Rabb kami, kami telah melihat dan mendengar, maka kembalikanlah kami ke dunia. Kami akan mengerjakan amal shaleh. Sesungguhnya kami adalah orang-orang yakin.” (Qs. As-Sajdah 12)

5. Dunia ini bukan tempat tinggal selamanya, karena Kita akan beralih ke alam Akhirat yang kekal. Seseorang yang mengerti hakikat kehidupan maka dia tak akan terperdaya dengan kehidupan dunia yang melenakan/ melalaikan. Namun bagi orang yang mengerti hakikat kehidupan Akhirat maka dia akan menggunakan dunianya sebagai sarana untuk mencapai kehidupan kekal di Akhirat sehingga tidak menyia-yiakan hidupnya di dunia.

Allah ta’ala berfirman :
“Tetapi kalian (orang-orang kafir) lebih memilih kehidupan dunia. Padahal kehidupan akhirat lebih baik dan lebih kekal.” (Qs. Al-A’la 16-17)

6. Dikisahkan dari Abu Thalhah Al Anshari yang memiliki kebun di depan masjid Nabawi yang di dalamnya terdapat sumur yang airnya sangat lezat, kebun tersebut disebut Bairuha.

Ketika Allah menurunkan firman-Nya,

لَنْ تَنَالُوا الْبِرَّ حَتَّى تُنْفِقُوا مِمَّا تُحِبُّونَ

“Kalian tidak akan mendapatkan kebaikan, sampai kalian menginfakkan apa yang kalian cintai.” (Qs. Ali Imran 92)

Abu Thalhah mendengar ayat ini. Kemudian Beliaupun menemui Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan menyampaikan hajatnya : “Ya Rasulullah, Allah berfirman, ‘Kalian tidak akan mendapatkan kebaikan, sampai kalian menginfakkan apa yang kalian cintai’. Sementara harta yang paling aku cintai adalah kebun Bairuha. Ini (kebun) Aku sedekahkan untuk Allah. Aku berharap dapat pahala dan menjadi simpananku di sisi Allah. Silahkan manfaatkan untuk kemaslahatan umat.”

Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyambut keinginan Abu Thalhah,

بَخْ ، ذَلِكَ مَالٌ رَابِحٌ ، ذَلِكَ مَالٌ رَابِحٌ ، وَقَدْ سَمِعْتُ مَا قُلْتَ وَإِنِّى أَرَى أَنْ تَجْعَلَهَا فِى الأَقْرَبِينَ

“Luar biasa, itu kekayaan yang untungnya besar… itu harta yang untungnya besar.”

7. Diriwayatkan dari Tsabit bin al-Bunani dari Anas bahwasanya seorang lelaki berkata : “Wahai Rasulullah, Fulan mengakui pohon kurma sebagai miliknya, padahal pohon itu ada dalam kebun saya.” Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan supaya dia memberikan pohon itu kepadanya. Nabi bersabda, “Berikan kepadanya, kamu akan mendapatkan ganti pohon kurma di surga.” Sayang sekali, lelaki itu tidak mau mengikuti saran Nabi.

Tiba-tiba Abu Dahdah datang dia berkata, “Jualah pohon kurmamu kepadaku, aku tukar dengan kebunku.” Dia menyetujuinya. Lalu Abu Dahdah menemui Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Wahai Rasulullah, aku telah membeli pohon kurma itu, aku bayar dengan kebunku. Sekarang pohon kurma itu aku berikan kepadamu.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Alangkah banyaknya tandan kurma yang harum baunya milik Abu Dahdah di surga kelak.” Rasulullah mengucapkan kalimat tersebut berulang kali.

Abu Dahdah kemudian menemui isterinya, dia berkata, “Wahai Ummu Dahdah, infakkan hartaku, aku telah membelinya dengan pohon kurma di Surga.” Isterinya menjawab, “Alangkah beruntungnya jual beli (perniagaan) itu.” atau dia mengucapkan dengan kalimat yang sejenisnya.

Wallahu a’lam

__________________

  • Pecinta Sunnah – Jogja
  • Sabtu, 11 Syawal 1437/16 Juli 2016

Follow Akun Kami

Berdasarkan Al-Qur’an, As-Sunnah, dengan pemahaman generasi terbaik para Shahabat ridwanullah ‘alaihim jami’an, Ijma.

Shahihfiqih.com © Copyright 2024 | All Rights Reserved
Powered by Fahd Network