Khutbah Jumat: Agar Doa Benar-benar Menjadi Senjata Orang Beriman

Khutbah Pertama

الْحَمْدُ لِلَّهِ الْقَوِيّ الْمَتِينِ، الْقَرِيبِ الْمُجِيبِ، الَّذِي جَعَلَ الدُّعَاءَ بَابًا لَا يُغْلَقُ، وَمَلْجَأً لَا يَرُدُّ مَنْ قَصَدَهُ بِصِدْقٍ وَيَقِينٍ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، جَعَلَ الدُّعَاءَ سِلَاحًا بِيَدِ الْمُؤْمِنِ فِي الشَّدَائِدِ وَالرَّخَاءِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، صَلّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيمًا كَثِيرًا. أَمَّا بَعْدُ؛

Ma’asyirol muslimin wa zumrotal mu’minin…

Tidak ada satu pun di antara kita yang tidak mendambakan rahmat dan kasih sayang dari Rabb-nya. Itulah harapan tertinggi setiap orang beriman. Maka demi menggapai harapan itu, khatib berwasiat kepada diri sendiri dan kepada jama’ah sekalian: marilah kita bertakwa kepada Allah dengan sebenar-benarnya takwa. Karena Allah Ta’ala berfirman:

وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَ لَعَلَّكُمۡ تُرۡحَمُونَ

“Dan bertakwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat.” (QS. Al-Hujurat: 10)

Sidang Jama’ah Jum’at yang dirahmati Allah…

Ada satu senjata istimewa yang hanya dimiliki oleh orang-orang yang beriman. Senjata ini tidak terlihat oleh mata, tetapi kekuatannya melebihi pedang atau peluru. Senjata itu bernama doa.

Rasulullah ﷺ bersabda:

ٱلدُّعَاءُ سِلَاحُ ٱلْمُؤْمِنِ، وَعِمَادُ ٱلدِّينِ، وَنُورُ ٱلسَّمَاوَاتِ وَٱلْأَرْضِ

“Doa adalah senjata orang beriman, tiang agama, dan cahaya langit serta bumi.” (HR. Hakim, no. 1836)

Dengan doa, seorang mukmin tidak hanya meminta hajat kepada Rabb-nya, tetapi juga mampu menolak bahaya, meringankan musibah, dan menyimpan pahala yang sangat besar di sisi Allah Ta’ala.

Rasulullah ﷺ bersabda:

مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَدْعُو اللهَ بِدَعْوَةٍ، لَيْسَ فِيهَا إِثْمٌ، وَلَا قَطِيعَةُ رَحِمٍ، إِلَّا أَعْطَاهُ إِحْدَى ثَلَاثٍ: إِمَّا أَنْ يُعَجِّلَ لَهُ دَعْوَتَهُ، وَإِمَّا أَنْ يَدَّخِرَهَا لَهُ فِي الْآخِرَةِ، وَإِمَّا أَنْ يَصْرِفَ عَنْهُ مِنَ السُّوءِ مِثْلَهَا. قَالُوا: يَا رَسُولَ اللهِ، إِذًا نُكْثِرُ، قَالَ: اللهُ أَكْثَرُ

“Tidaklah seorang muslim berdoa kepada Allah dengan doa yang tidak mengandung dosa atau memutus tali silaturahmi, melainkan Allah akan memberinya salah satu dari tiga: dikabulkan segera, disimpan untuk akhirat, atau dijauhkan dari keburukan yang sebanding dengannya.” Para sahabat berkata: “Kalau begitu kami akan memperbanyak doa.” Nabi bersabda: “Allah lebih banyak (dalam memberi).” (HR. Hakim, no. 1840)

Kaum muslimin yang dimuliakan Allah…

Doa terhadap musibah memiliki tiga keadaan:

Pertama: Doa lebih kuat daripada musibah, maka doa itu mampu menolaknya.

Kedua: Doa lebih lemah daripada musibah, maka musibah itu lebih kuat dan akan menimpa seorang hamba. Meskipun demikian, bisa jadi doa itu tetap meringankan musibah tersebut.

Ketiga: Doa dan musibah memiliki kekuatan yang seimbang, maka keduanya saling menahan dan mencegah satu sama lain.

Rasulullah ﷺ bersabda:

لَا يُغْنِي حَذَرٌ مِنْ قَدَرٍ، وَٱلدُّعَاءُ يَنْفَعُ مِمَّا نَزَلَ وَمِمَّا لَمْ يَنْزِلْ، وَإِنَّ ٱلْبَلَاءَ لَيَنْزِلُ فَيَلْقَاهُ ٱلدُّعَاءُ فَيَعْتَلِجَانِ إِلَى يَوْمِ ٱلْقِيَامَةِ

“Kewaaspadaan tidak bisa menolak takdir. Namun doa dapat bermanfaat terhadap takdir yang telah turun dan belum turun. Sungguh suatu musibah turun, lalu bertemu dengan doa, maka keduanya saling bertarung sampai hari kiamat.” (HR. Hakim, no. 1813)

Doa bukan sekadar opsi pilihan, tetapi satu-satunya jalan bagi seorang mukmin dalam menghadapi setiap keadaan. Karena itu, jangan pernah merasa doa itu sia-sia. Bahkan, tidak berdoa justru mengundang murka dari Allah Ta’ala. Rasulullah ﷺ bersabda:

مَنْ لَمْ يَسْأَلِ اللهَ يَغْضَبْ عَلَيْهِ

“Barangsiapa tidak meminta kepada Allah, maka Allah murka kepadanya.” (HR. Tirmidzi, no. 3373, Ibnu Majah, no. 3827)

Selama seorang mukmin menjadikan doa sebagai senjata utamanya, ia tak akan pernah celaka. Rasulullah ﷺ bersabda:

لَا تَعْجَزُوا فِي ٱلدُّعَاءِ، فَإِنَّهُ لَا يَهْلِكُ مَعَ ٱلدُّعَاءِ أَحَدٌ

“Jangan lemah dalam berdoa. Karena tidak ada yang celaka bersama doa.” (HR. Hakim, no. 1818)

Sidang Jamaah Jum’at yang berbahagia…

Agar doa benar-benar menjadi senjata yang tak terkalahkan, ada beberapa hal yang harus dijaga. Salah satunya adalah tidak tergesa-gesa dalam meminta. Jangan buru-buru menyerah karena merasa doa belum dikabulkan. Rasulullah ﷺ bersabda:

يُسْتَجَابُ لِلْعَبْدِ مَا لَمْ يَدْعُ بِإِثْمٍ، أَوْ قَطِيعَةِ رَحِمٍ، مَا لَمْ يَسْتَعْجِلْ. قِيلَ: يَا رَسُولَ اللهِ، مَا ٱلِٱسْتِعْجَالُ؟ قَالَ: يَقُولُ: قَدْ دَعَوْتُ وَقَدْ دَعَوْتُ، فَلَمْ أَرَ يُسْتَجَابُ لِي، فَيَسْتَحْسِرُ عِنْدَ ذَلِكَ وَيَدَعُ ٱلدُّعَاءَ

“Doa seseorang akan terus dikabulkan selama ia tidak berdoa dengan dosa atau memutus silaturahmi, dan selama ia tidak tergesa-gesa.” Sahabat bertanya, “Apa maksud dari tergesa-gesa?” Beliau menjawab, “Ia berkata: ‘Aku telah berdoa dan berdoa, tapi tidak kulihat dikabulkan,’ lalu ia pun menyerah dan meninggalkan doa.” (HR. Bukhari, no. 6340 dan Muslim, no. 2735)

Ikhwatal Iman…

Apabila sebuah doa dihantarkan dengan hati yang hadir sepenuhnya, fokus secara utuh pada apa yang diminta, bertepatan dengan waktu-waktu mustajab seperti sepertiga malam terakhir, antara adzan dan iqamah, dan waktu-waktu lainnya; lalu disertai dengan kekhusyukan hati, ketundukan di hadapan Rabb, perasaan hina di hadapan-Nya, serta penuh kerendahan dan kelembutan; kemudian sang hamba menghadap kiblat, dalam keadaan suci, mengangkat kedua tangannya kepada Allah Ta‘ala, memulai doanya dengan memuji dan menyanjung Allah, lalu bershalawat kepada Nabi ﷺ; setelah itu ia mendahului permohonannya dengan taubat dan istighfar, kemudian masuk menghadap Allah dengan penuh kesungguhan dalam meminta, merendah, memohon dengan harap dan cemas, bertawassul dengan menyebut nama-nama dan sifat-sifat-Nya serta dengan mentauhidkan-Nya, dan juga memulai doanya dengan bersedekah terlebih dahulu, maka doa seperti ini nyaris mustahil untuk ditolak.

Hadirin yang Allah muliakan…

Salah satu bentuk doa yang paling dahsyat adalah yang dibaca oleh Nabi Yunus saat di perut ikan:

‎لَا إِلَٰهَ إِلَّا أَنتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنتُ مِنَ ٱلظَّالِمِينَ

“Tiada Tuhan (yang berhak disembah) selain Engkau, Mahasuci Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang zhalim.” (QS. Al-Anbiya: 87)

Rasulullah ﷺ bersabda:

فَإِنَّهُ لَمْ يَدْعُ بِهَا مُسْلِمٌ فِي شَيْءٍ قَطُّ إِلَّا ٱسْتَجَابَ اللهُ لَهُ

“Tidaklah seorang muslim berdoa dengan doa tersebut dalam suatu urusan pun, melainkan Allah akan mengabulkannya.” (HR. Tirmidzi, no. 3505)

بَارَكَ اللَّهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيمِ، وَأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ لِي وَلَكُمْ فَاسْتَغْفِرُوهُ، إِنَّهُ هُوَ التَّوَّابُ الْغَفُورُ.

Khutbah Kedua

ٱلْـحَمْدُ لِلَّهِ ٱلَّذِي فَتَحَ لِعِبَادِهِ أَبْوَابَ ٱلرَّجَاءِ، وَجَعَلَ ٱلدُّعَاءَ مَفْزَعًا لِلضُّعَفَاءِ، وَمَلَاذًا لِلْمَهْمُومِينَ، وَسِلَاحًا بِأَيْدِي ٱلْمُؤْمِنِينَ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَٰهَ إِلَّا ٱللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، يَسْمَعُ دَعْوَةَ ٱلدَّاعِينَ، وَيَكْشِفُ كُرَبَ ٱلْمَكْرُوبِينَ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، سَيِّدُ ٱلدَّاعِينَ، وَقُدْوَةُ ٱلرَّاكِعِينَ ٱلسَّاجِدِينَ، صَلَّى ٱللَّهُ عَلَيْهِ وَعَلَىٰ آلِهِ وَأَصْحَابِهِ، وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَىٰ يَوْمِ ٱلدِّينِ.

Ma’asyirol muslimin wa zumrotal mu’minin…

Teruslah mengangkat tangan dan memohon kepada Allah, karena permohonan itu sendiri adalah inti dari ibadah. Ia menjadi bukti kedekatan seorang hamba kepada Rabb-nya, dan dengannya pahala terus mengalir, meskipun jawaban belum kunjung datang.

Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu berkata:

إِنِّي لَا أَحْمِلُ هَمَّ الْإِجَابَةِ، وَلَكِنْ هَمَّ الدُّعَاءِ، فَإِذَا أُلْهِمْتُ الدُّعَاءَ عَلِمْتُ أَنَّ الْإِجَابَةَ مَعَهُ.

“Sesungguhnya aku tidak memikul beban kekhawatiran terhadap jawaban (doa), tetapi kekhawatiranku ada pada (kemauan untuk) berdoa. Maka jika aku diberi ilham untuk berdoa, aku tahu bahwa jawaban (dari Allah) menyertainya.” (Lihat: Ad-Daa’ wa Ad-Dawaa’, hlm. 29)

Ummtal Islam…

Di antara doa-doa yang mustajab adalah doa yang mengandung pengagungan terhadap Allah, menyebut Al-Ismu Al-A’zham (Nama-Nya yang Agung). Diantaranya:

1. Al-Ahad Ash-Shamad (Yang Maha Esa dan Tempat bergantung segala sesuatu).

Suatu ketika Rasulullah ﷺ mendengar seseorang berdoa:

اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ بِأَنِّي أَشْهَدُ أَنَّكَ أَنْتَ اللهُ، لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ، الْأَحَدُ الصَّمَدُ، الَّذِي لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ، وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ

“Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu karena aku bersaksi bahwa Engkaulah Allah, tidak ada ilah (yang berhak disembah) selain Engkau, Yang Maha Esa, tempat bergantung segala sesuatu, yang tidak beranak dan tidak pula diperanakkan, dan tidak ada seorang pun yang setara dengan-Nya.”

Kemudian beliau bersabda:

لَقَدْ سَأَلَ اللهَ بِٱلِٱسْمِ ٱلْأَعْظَمِ، ٱلَّذِي إِذَا سُئِلَ بِهِ أَعْطَى، وَإِذَا دُعِيَ بِهِ أَجَابَ

“Sungguh, ia telah memohon kepada Allah dengan menyebut Nama-Nya Agung, yang apabila Ia diminta dengan nama itu, Dia akan memberi; dan apabila didoakan dengannya, Dia akan mengabulkan.” (HR. Abu Dawud, no. 1493, Tirmidzi, no. 3475)

2. Dzal Jalali wal Ikram (Yang memiliki keagungan dan kemuliaan) dan Al-Hayyu Al-Qayyum (Yang Maha Hidup lagi Maha Berdiri sendiri)

Suatu ketika Anas bin Malik sedang duduk bersama Rasulullah ﷺ, lalu ada seorang laki-laki yang sedang shalat, kemudian ia berdoa seraya berkata:

اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ بِأَنَّ لَكَ الْحَمْدَ، لَا إِلَٰهَ إِلَّا أَنْتَ، الْمَنَّانُ، بَدِيعُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ، يَا ذَا الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ، يَا حَيُّ يَا قَيُّومُ

“Ya Allah, aku memohon kepada-Mu karena sesungguhnya bagi-Mu segala pujian. Tiada ilah (yang berhak disembah) selain Engkau, Yang Maha Pemberi, Pencipta langit dan bumi, Wahai Yang memiliki keagungan dan kemuliaan, Wahai Yang Maha Hidup lagi Maha Berdiri sendiri.”

Maka Nabi ﷺ bersabda:

لَقَدْ دَعَا اللَّهَ بِاسْمِهِ الْعَظِيمِ، الَّذِي إِذَا دُعِيَ بِهِ أَجَابَ، وَإِذَا سُئِلَ بِهِ أَعْطَى

“Sungguh ia telah berdoa kepada Allah dengan menyebut nama-Nya yang Agung, yang apabila Dia diseru dengannya, Dia akan menjawab; dan apabila diminta dengannya, Dia akan memberi.” (HR. Abu Dawud, no. 1495, Tirmidzi, no. 3544, Nasa’i, no. 1300, Ibnu Majah, no. 3858)

Ketika Nabi ‎ﷺ dalam kesulitan, beliau biasa berdoa:

يَا حَيُّ يَا قَيُّومُ بِرَحْمَتِكَ أَسْتَغِيثُ

“Wahai Dzat Yang Maha Hidup, Maha Berdiri Sendiri, dengan rahmat-Mu aku memohon pertolongan.” (HR. Tirmidzi, no. 3524)

Sidang Jama’ah Jum’at yang Allah muliakan..

Sering kita melihat seseorang berdoa, lalu doanya dikabulkan oleh Allah. Tapi sebenarnya, di balik terkabulnya doa itu, ada hal-hal penting yang menyertainya: bisa jadi karena hatinya sungguh-sungguh berharap kepada Allah, karena ia tulus kembali kepada-Nya, atau mungkin karena sebelumnya ia telah melakukan amal shalih, lalu Allah membalasnya dengan mengabulkan doanya. Bisa juga karena doa itu dipanjatkan pada waktu-waktu yang memang mustajab. Maka, Allah pun mengijabahnya.

Namun, orang yang tidak tahu rahasianya sering salah paham. Mereka mengira kekuatan doa itu hanya terletak pada lafaz (kata-katanya) saja. Lalu mereka menirukan doa yang sama, tapi tidak menghadirkan perasaan yang mendalam atau tidak ada amal shalih yang menyertainya. Ini seperti orang yang minum obat mujarab pada waktu dan cara yang tepat, lalu sembuh. Tapi orang lain mengira cukup minum obat yang sama, tanpa peduli waktu atau cara meminumnya. Jelas, ini keliru. Banyak orang tertipu karena hal ini.

Kadang juga ada orang yang berdoa dalam keadaan sangat terdesak, misalnya di dekat kuburan, lalu doanya dikabulkan. Orang awam menyangka tempat kuburan itulah yang membuat doanya mustajab. Padahal, yang membuat doa itu terkabul adalah perasaan butuh yang sangat kuat dan kepasrahan total kepada Allah. Andai doa itu dipanjatkan di masjid, tentu lebih baik dan lebih disukai oleh Allah.

Kaum muslimin yahg Allah muliakan…

Doa dan zikir itu seperti senjata. Tapi kekuatan senjata tidak hanya tergantung pada tajamnya, tapi juga siapa yang menggunakannya, dan apakah ada penghalang atau tidak. Kalau doanya baik, hatinya hadir penuh, dan tidak ada penghalang seperti dosa atau kelalaian, maka doa itu akan sangat berpengaruh. Sebaliknya, kalau lafaznya salah, hati tidak hadir, atau ada dosa yang menghalangi, maka pengaruh doanya pun bisa lemah, bahkan bisa jadi tidak terasa sama sekali.

Mari kita perbanyak doa dengan keyakinan penuh, dan niatkan untuk mendekat kepada Allah. Bersihkan hati dari maksiat, hadirkan rasa hina dan butuh, serta panjatkan doa dengan penuh harap dan takut, karena itulah kunci terkabulnya doa.

Semoga kita menjadi hamba-hamba yang menjadikan doa sebagai kekuatan sejati, dan semoga Allah kabulkan setiap permintaan yang baik untuk dunia dan akhirat kita.

رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ، وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ

أَيُّهَا الْمُؤْمِنُونَ…
إِنَّ اللَّهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيهِ بِنَفْسِهِ، وَثَنَّى بِمَلَائِكَتِهِ الْمُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ، وَأَيَّهَ بِكُمْ أَيُّهَا الْمُؤْمِنُونَ مِنْ جِنِّهِ وَإِنْسِهِ، فَقَالَ عَزَّ وَجَلَّ: إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًاً.
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ.

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيعٌ قَرِيبٌ مُجِيبُ الدَّعَوَاتِ، وَيَا قَاضِي الْحَاجَاتِ.

اللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا دِينِنَا الَّذِي هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا، وَأَصْلِحْ لَنَا دُنْيَانَا الَّتِي فِيهَا مَعَاشُنَا، وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنَا الَّتِي فِيهَا مَعَادُنَا، وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِي كُلِّ خَيْرٍ، وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ شَرٍّ.

اللَّهُمَّ أَصْلِحْ وُلَاةَ أُمُورِنَا وَوَفِّقْهُمْ لِمَا تُحِبُّ وَتَرْضَى، وَقَرِّبَ إِلَيْهِمْ الْبِطَانَةَ الصَّالِحَةَ، وَجَنِّبْهُمْ بِطَانَةَ السُّوءِ.

اللَّهُمَّ أَنْجِ الْمُسْتَضْعَفِينَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ، اللَّهُمَّ أَنْجِ الْمُسْتَضْعَفِينَ مِنْ الْمُؤْمِنِينَ، فِي فِلَسْطِينَ وَفِي كُلِّ مَكَانٍ، اللَّهُمَّ اشْدُدْ وَطْأَتَكَ عَلَى الْيَهُودِ، رَبَّنَا اطْمِسْ عَلَى أَمْوَالِهِمْ وَاشْدُدْ عَلَى قُلُوبِهِمْ، فَلَا يُؤْمِنُوا حَتَّى يَرَوُا الْعَذَابَ الْأَلِيمَ.

اللَّهُمَّ آتِ نُفُوسَنَا تَقْوَاهَا وَزَكِّهَا أَنْتَ خَيْرُ مَنْ زَكَّاهَا أَنْتَ وَلِيُّهَا وَمَوْلَاهَا
اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالْعَفَافَ وَالْغِنَى.
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً، وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.

عِبَادَ اللَّهِ، إِنَّ ٱللَّهَ يَأْۡمُرُ بِٱلِۡعَدْۡلِ وَٱلِۡإِحْۡسَٰنِ وَإِيتَآيِٕ ذِي ٱلِۡقُرْۡبَىٰ وَيَنْۡهَىَٰ عَنِ ٱلِۡفَحْۡشَآءِ وَٱلِۡمُنْكَرِ وَٱلِۡبَغٍّۡيِۚ يَعِظُكُمْۡ لَعَلَّكُمْۡ تَذَكَّرُونَ.

فَاذْكُرُوا اللَّهَ الْعَظِيمَ الْجَلِيلَ يُذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلِذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ، وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ. أَقِمِ الصَّلَاةَ..

(Terinspirasi dari nasehat yang disampaikan oleh Ibnul Qayyim dalam kitabnya Ad-Daa’ wa Ad-Dawaa’, hlm. 11-26)