PERTANYAAN :
كيف نفرق بين الجدال والمناقشة، ومتى تخرج المناقشة من كونها مناقشة إلى كونها جدالاً؟
Bagaimana kita membedakan antara JIDAL (debat) dan MUNAQASYAH (diskusi)? Dan kapan suatu diskusi bisa keluar dari batas diskusi dan berubah menjadi suatu perdebatan?
JAWABAN :
الجدال هو المناقشة أو أن المناقشة أعم،
والجدال هو: أن الإنسان يجادل من أجل أن يغلب خصمه،
والمناقشة: يستفهم ويستطلع المعنى والعلم وما أشبه ذلك،
• Perdebatan adalah diskusi atau diskusi yang lebih umum.
• JIDAL adalah seseorang berdebat dengan tujuan mengalahkan lawannya.
• Sedangkan DISKUSI adalah untuk memahami dan untuk mengungkap sebuah makna, ilmu dan yang semisalnya.
لكن الجدال إذا كان مراءً هذا هو المحرم،╯← إذا كان المقصود بالجدال أن ينتصر لنفسه بحق أو بباطل فهذا لا يجوز،
أما إذا كان الجدال يصل إلى الحق ويبطل الباطل فهذا حق مأمور به.
Tetapi, jika perdebatan berubah menjadi mira’ (debat kusir), maka ini yang dilarang,╰→ yaitu jika perdebatan itu tujuannya adalah untuk membela dirinya, baik dengan cara yang benar ataupun dengan cara yang salah, maka ini tidak boleh.
Adapun jika perdebatan tersebut mengantarkan untuk sampai kepada kebenaran dan membeberkan suatu kebatilan, maka ini adalah suatu yang benar, yang diperintahkan.
فعندنا الآن مراء وجدال ومناقشة.
المراء: أن يجادل لينتصر قوله.
الجدال: أن يجادل لانتصار الحق.
المناقشة: قد يكون يناقش مع أستاذه لأجل أن يتبين له العلم، ويتبين له وجه الحكم، هذا أيضاً لا بأس به.
Jadi sekarang di sisi kita ada mira’ (debat kusir), jidal (perdebatan) dan munaqasyah (diskusi).
• MIRA’ : berdebat untuk membela pendapatnya.
• JIDAL : berdebat untuk membela kebenaran.
• MUNAQASYAH : kadang dia diskusi dengan gurunya agar menjadi jelas baginya sebuah ilmu, dan menjadi jelas sudut pandang sebuah hukum. Ini juga tidak mengapa.
_____________________________
- Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah
- Liqa Bab Al Maftuh 223/35